Perhitungan Pembobotan Kinerja izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam dalam pelaksanaan pemanenan hutan ramah lingkungan: studi kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah

Tabel 2 Nilai rentang skala skor rataan Skor rataan Penilaian 1,0 - 1,8 Sangat tidak setuju 1,8 - 2,6 Tidak setuju 2,6 - 3,4 Cukup setuju 3,4 - 4,2 Setuju 4,2 - 5,0 Sangat setuju Sumber : Umar 2005

3.6.5 Perspektif Lingkungan

Perspektif lingkungan dilihat dari seberapa besar pemanenan yang dilakukan oleh perusahaan berdampak pada lingkungan. Dalam perspektif ini, sasaran strategi perusahaan adalah pengurangan dampak kerusakan lingkungan dan keterbukaan areal. Kriteria pengukuran kinerja lebih menilai kepada besarnya jumlah pohon yang terkena dampak PWH, besar tingkat keterbukaan areal yang dinilai dari pembuatan jalan angkutan dan jalan cabang. Pengukuran indikator tersebut adalah : 1. Jumlah pohon yang terkena dampak PWH Jumlah pohon yang terkena dampak PWH merupakan pengukuran jumlah pohon yang ditebang akibat kegiatan pembukaan wilayah hutan yang meliputi pembuatan jalan angkutan, jalan sarad, base camp serta TPn. 2. Tingkat Keterbukaan Areal Tingkat keterbukaan areal diukur dari pelaksanaan kegiatan PWH dalam satu tahun pelaksanaan kerja pemanenan hutan. Nilai ini diukur dari jumlah luasan pembukaan wilayah hutan antara lain pembuatan jalan angkutan dan jalan cabang.

3.7 Perhitungan Pembobotan

Sebelum melakukan pengukuran kinerja, terlebih dahulu ditentukan bobot atau tingkat kepentingan perusahaan terhadap masing-masing perspektif Balanced Scorecard, sasaran strategis dan ukuran strategisnya Sari 2006. Pembobotan dilakukan agar pengukuran kinerja memberikan indikasi yang lebih terperinci dan terkait langsung dengan kepentingan perusahaan. Semakin penting suatu perspektif, sasaran dan ukuran hasil bagi perusahaan, semakin besar bobot yang diberikan. Penentuan nilai bobot kepentingan dari tiap perspektif beserta sasaran strategis dan ukuran hasil utamanya diberikan agar dapat menghasilkan skor untuk dibandingkan tingkat kepentingannya satu sama lain. Menurut Giatiningrum 2009 langkah-langkah dalam pemberian bobot masing-masing perspektif, sasaran dan ukuran tolok ukur strategis adalah : 1. Melakukan perbandingan antara suatu elemen perspektif, sasaran strategis atau ukuran hasil dengan elemen lainnnya yang disajikan dalam bentuk tabulasi dalam Tabel 3. Perbandingan dilakukan dengan memberikan nilai pada skala 1 samapai 3. Nilai 1 berarti elemen dianggap tidak penting dibandingkan dengan elemen pembandingnya. Nilai 2 berarti kedua elemen memiliki tingkat kepentingan yang sama. Nilai 3 berarti suatu elemen dianggap lebih penting dibandingkan dengan elemen pembandingnya. Nilai yang telah dipertimbangkan, kemudian diisikan pada sel Aij. Perbandingan antara dua unsur elemen yang sama tidak diberi nilai. Untuk sasaran yang hanya memiliki satu ukuran, maka bobot dari ukuran tersebut disamakan dengan bobot dari sasarannya. 2. Memberikan nilai kebalikan dari perbandingan pada langkah satu untuk mengisi sel Aji, misalnya nilai 1 kebalikan dari nilai 3. 3. Menjumlahkan masing-masing nilai unsur elemen tiap baris dan tiap kolom, kemudian menjumlahkan hasilnya. 4. Melakukan perhitungan bobot untuk masing-masing elemen dengan cara membandingkan total nilai masing-masing elemen dengan jumlah total nilai lalu dikalikan 100. Tabel 3 Matriks pembobotan Perspektif A 1 A 2 A 3 A 4 A 5 ∑ Bobot A 1 A 12 A 13 A 14 A 15 A 2 A 21 A 23 A 24 A 25 A 3 A 31 A 32 A 34 A 35 A 4 A 41 A 42 A 43 A 45 A 5 A 51 A 52 A 53 A 54 Total Keterangan : A1 : Perspektif FinansialEkonomi A2 : Perspektif Proses Bisnis Internal A3 : Perspektif Pelanggan A4 : Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran A5 : Perspektif Lingkungan Perhitungan nilai bobot dalam elemen Balanced Scorecard : Bobot Ai = ∑ Ai Aij x 100 3.8 Penarikan Kesimpulan Penentuan pengukuran kinerja pemanenan hutan dengan menggunakan metode BSC menentukan lima perspektif untuk mengukur nilai kinerja tersebut. Kelima perspektif tersebut adalah perspektif finansial, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif pelanggan dan perspektif lingkungan. Penarikan kesimpulan pengukuran kinerja pelaksanaan pemanenan hutan ini mengacu pada arah manfaat dari tujuan kelima perspektif yang diukur dengan metode Balanced Scorecard dan tujuan penerapan konsep RIL dalam pemanenan hutan. Perspektif finansial mengukur segala aspek yang berkaitan dengan finansial perusahaan. Sasaran perspektif ini adalah peningkatan profitabilitas dan efisiensi biaya. Menilai dari sasaran yang ditetapkan, peningkatan profitabilitas bagi perusahaan merupakan aspek pendukung berjalannya kegiatan perusahaan dalam jangka panjang, terlebih lagi dalam kegiatan pengelolaan hutan yang memberikan hasil dalam jangka panjang. Efisiensi biaya dilakukan untuk mengurangi jumlah biaya pengeluaran perusahaan. Semakin berkurang biaya pengeluaran yang dilakukan perusahaan, semakin baik tingkat pengelolaan dan profitabilitas perusahaan. Sedangkan peningkatan profitabilitas yang semakin meningkat mengindikasikan pendapatan perusahaan yang meningkat. Dalam proses bisnis internal, penentuan aspek penerapan standar dan aturan kerja serta peningkatan K3 sebagai sasaran perspektif dinilai sebagai proses yang mendukung pencapaian misi perusahaan. Semakin tinggi tingkat penerapan standar dan aturan kerja serta pelaksanaan peningkatan K3 memberikan pengaruh positif terhadap nilai perusahaan dalam pengaturan manajemen SDM. Sehingga, penarikan kesimpulan dalam perspektif ini adalah semakin tinggi persentase peningkatan yang diperoleh perusahaan menerangkan tingkat kinerja pemanenan hutan dalam perspektif proses bisnis internal yang semakin baik. Perspektif yang ketiga adalah perspektif pelanggan yang menitikberatkan pada perilaku konsumen dalam menggunakan kayu yang dipanen oleh perusahaan. Dalam perspektif ini, sasaran yang dinilai adalah permintaan kayu berkualitas. Penarikan kesimpulan dalam perspektif ini adalah semakin tinggi capaian yang diperoleh perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan pada perspektif ini. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memfokuskan pada kapasitas dan kapabilitas SDM. Aspek ini juga yang menentukan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Sasaran perspektif ini adalah peningkatan kualitas SDM dan peningkatan kepuasan tenaga kerja. Peningkatan kualitas SDM dinilai dari aspek tenaga kerja, sedangkan peningkatan kepuasan tenaga kerja dinilai dari penilaian interaksi dua arah antara perusahaan dengan tenaga kerja. Peningkatan kedua sasaran tersebut memberikan kesimpulan bahwa semakin tinggi capaian perusahaan maka semakin baik penilaian kinerja perusahaan. Perspektif lingkungan berhubungan erat dengan kegiatan pemanenan hutan. Dalam kegiatan pemanenan hutan ramah lingkungan menitikberatkan perhatian pada kondisi lingkungan sebelum dan sesudah kegiatan pemanenan hutan sehingga penambahan perspektif lingkungan sebagai salah satu perspektif pengukur kinerja dalam pemanenan hutan dinilai tepat dilakukan. Sasaran perspektif yang digunakan adalah pengendalian kerusakan lingkungan. Semakin kecil kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pemanenan hutan dinilai pengelolaan perusahaan dalam kegiatan pemanenan hutan dan kinerja perusahaan semakin baik. BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Luas Areal Kerja