Faktor Krisis Keberhasilan Kinerja Tahapan Perumusan Strategi Tahapan Perencanaan Strategi

Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik operasional suatu organisasi dan pegawainya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya Mulyadi 2001. Menurut Yuwono et al 2003, pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas di dalam rantai nilai yang ada pada organisasi. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan hal-hal yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas rencana dan pengendalian. Penentuan ukuran kinerja berkaitan dengan tipe ukuran yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Produktivitas b. Kualitas c. Ketepatan waktu d. Cycle time e. Pemanfaatan sumberdaya dan biaya Klasifikasi ukuran lain yang dapat digunakan untuk pengukuran kinerja yang bersifat pelayanan, antara lain productivity, indicators, time target, volume of services, demand, service provision Wibowo 2007. Hasil pengukuran kinerja dihitung berdasarkan target yang telah ditetapkan dengan hasil faktual pada periode waktu tertentu. Pada beberapa ukuran yang telah ditentukan dalam beberapa perspektif menuntut adanya pengambilan sampel. Pengambilan sampel ini dilakukan untuk melihat realisasi terhadap pencapaian hasil, apakah telah sesuai dengan target atau tidak.

2.5 Faktor Krisis Keberhasilan Kinerja

Faktor-faktor krisis keberhasilan kinerja Critical Success FactorsCSF adalah karakteristik-karakteristik kondisi-kondisi atau variabel-variabel yang memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan konsumen akan luaran berupa produk atau jasa ataupun keduanya yang dihasilkan dari proses-proses bisnis tertentu, dengan demikian bersifat menentukan bagi kesuksesan bisnis yang dapat diukur serta diamati, yang bila dijalankan dengan baik akan menghasilkan pertumbuhan dan kesuksesan bisnis yang berkelanjutan. Secara singkatnya, hal ini merupakan sejumlah kecil faktor penentu yang memiliki dampak terbesar dalam segenap sistem bisnis. Contoh-contoh faktor krisis keberhasilan kinerja antara lain adalah manajemen biaya, mutu produk dalam persepsi konsumen, ciri-ciri desain produk serta citra perusahaan Watson 1996.

2.6 Metode Penilaian Kinerja Dengan Balanced Scorecard

Dalam akutansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu Balanced dan Scorecard. Scorecard kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk melihat atau mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan akan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan akan digunakan untuk mengevaluasi atas kinerja personil yang bersangkutan Mulyadi, 2001. Kata Balanced berimbang ditujukan untuk menunjukkan bahwa kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek : aspek finansial dan aspek non finansial, aspek jangka pendek dan aspek jangka panjang, aspek proses dan personal, serta aspek internal dan aspek eksternal. Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, dimana keberhasilan finansial yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang Mulyadi Setyawan 1999. Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan, tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategi secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya merupakan ukuran-ukuran finansial tetapi penggabungan ukuran – ukuran finansial dan non finansial. Menurut Mulyadi 2001, konsep Balanced Scorecard bertujuan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif sebelumnya. Konsep pengukuran kinerja ini digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif tidak hanya kepada kinerja finansial saja tetapi juga kinerja non finansial dalam lingkup kinerja jangka pendek dan jangka panjang. Dengan memperluas ukuran kinerja kepada ukuran kinerja non finansial, maka kinerja finansial yang dihasilkan oleh eksekutif harus merupakan akibat dari diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan pelanggan oleh proses bisnis internal yang optimal didasari pembangunan tenaga kerja yang produktif dan berkomitmen. Mulai saat itu, Balanced Scorecard tidak hanya dijadikan alat pengukuran kinerja, namun sudah berkembang menjadi alat inti pada manajemen strategis Mulyadi 2001. Proses pengembangan metode Balanced Scorecard ini disajikan pada Gambar 1.

2.6.1 Balanced Scorecard Dalam Manajemen Strategi Perusahaan

Balanced Scorecard memegang peranan yang cukup berpengaruh dalam sistem manajemen strategis perusahaan yang terdiri dari dua tahapan utama, yaitu perencanaan dam pengimplementasian. Dalam perencanaan yang terdiri dari empat tahapan yaitu : 1. Perumusan strategi 2. Perencanaan Strategi 3. Penyusunan Program, dan 4. Penyusunan Anggaran Balanced Scorecard berampak signifikan dalam tahap perencanaan strategik dan penyusunan program. Tahap implementasi rencana terdiri dari dua tahapan, yaitu : a. Tahap Implementasi b. Tahap Pemantauan Balanced Scorecard berperan dalam memperluas ukuran kinerja personil. Proses pertama dalam rumusan ukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard yaitu penerjemahan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan atau sasaran strategi, yang digolongkan dalam beberapa perspektif. Bagan perencanaan perusahaan disajikan pada Gambar 2.

a. Tahapan Perumusan Strategi

Pada tahapan awal dari rangkaian sistem manajemen strategi, perusahaan melakukan pengamatan terhadap arah perubahan lingkungan mikro dan lingkungan industri untuk melakukan penyesuaian. Hasil pengamatan lingkungan tersebut disinergikan dengan hasil analisis internal melalui analisis strength, weakness, opportunities dan threats atau SWOT analisys. Hasil penggabungan tersebut digunakan sebagai dasar untuk merumuskan visi, misi, keyakinan dasar dan nilai organisasi. Gambar 1 Perkembangan Peran Balanced Scorecard dalam sistem Manajemen Strategis Mulyadi 2001. Visi perusahaan kemudian dijabarkan ke dalam tujuan melalui strategi untuk mewujudkan tujuan dan visi tersebut. Balanced Scorecard memperluas segmen dan penafsiran dari lingkup makro dan industri dalam proses pengamatan lingkungan dan analisis internal melalui analisis SWOT, ke dalam penjabaran beberapa perspektif dalam Balanced Scorecard Mulyadi 2001.

b. Tahapan Perencanaan Strategi

Strategi yang telah ditetapkan dalam perumusan strategi dijadikan alat untuk menerjemahkan tujuan perusahaan menjadi sasaran-sasaran strategik ke dalam beberapa perspektif Balanced Scorecard. Pada tahap ini, setiap sasaran strategik kemudian ditetapkan berbagai inisiatif strategik untuk mewujudkan sasaran tersebut. Balanced Scorecard berperan untuk mengkomprehensifkan sasaran dan inisiatif strategik yang ditetapkan dan juga memiliki kekoherenan diantara keduanya. Perumusan Strategi Perencanaan Strategi Implementasi Penyusunan Program Penyusunan Anggaran Pemantauan Pada perkembangan selanjutnya 1993 – 1995 Balanced Scorecard diterapkan untuk menghasilkan rencana strategik yang komprehensif dan koheren Perkembangan awal 1990 – 1992, Balanced Scorecard diterapkan untuk pengukuran kinerja secara komprehensif. Gambar 2 Bagan perencanaan perusahaan dengan pendekatan Balanced Scorecard Islamiarani 2008.

c. Tahapan Penyusunan Program