16 kebijakan  tarif  di  pasar  Eropa  berpengaruh  nyata  terhadap  volume  ekspor  udang
Indonesia  di  pasar  Eropa.  Hal  ini  terlihat  dalam  data  yang  menunjukkan  bahwa pernah  terjadi  penurunan  volume  ekspor  dikarenakan  udang  yang  di  ekspor
Indonesia tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pasar Eropa. Lambaga  2009  juga  melakukan  penelitian  mengenai  kebijakan
perdagangan.  Dalam  analisis  yang  dilakukan  menunjukkan  bahwa  dengan ditetapkannya  peraturan  EC  No  8822004  yang  mewajibkan  pemerintah  untuk
melakukan  pengawasan,  ternyata  menunjukkan  pengaruh  negatif.  Ini  berarti  jika importir  menetapkan  kebijakan  nontarif  maka  volume  ekspor  perikanan  akan
menurun.  Sedangkan  Painthe  2008  dan  Rastikarany  2008  melakukan  analisis yang sama namun dengan komoditas yang berbeda yaitu udang dan tuna terhadap
ditetapkannya  peraturan  EC  1782002  tentang  persyaratan  mutu  undang-undang pangan  serta  prosedur  keamanan  pangan.  Hasil  analisis  menunjukkan  pengaruh
positif terhadap hambatan nontarif bagi penelitian Painthe dan tidak berpengaruh nyata  terhadap  model  dugaan  bagi  penelitian  Rastikarany.  Dalam  penelitiannya
dikatakan  bahwa  hal  ini  tidak  sesuai  dengan  hipotesis  yang  seharusnya  karena pada  saat  yang  sama  volume  ekspor  udang  ke  Uni  Eropa  ternyata  mengalami
peningkatan. Untuk  itu  penelitian  dengan  menganalisis  pengaruh  kebijakan
perdagangan  yang  diterapkan  seperti  yang  dilakukan  oleh  Painthe  2008, Rastikarany 2008, dan Lambaga 2009, harusnya menempatkan variabel dalam
blok-blok  perdagangan  dengan  menambahkan  variabel  lain  yang  diduga  juga memiliki  hubungan  dengan  kebijakan  yang  diterapkan  pada  saat  itu  seperti  nilai
tukar  mata  uang  dan  pertumbuhan  ekonomi  negara  tujuan  ekspor  seperti  yang telah  dilakukan  Koeshendrajana  dan  Aisya  2006.  Penelitian  dengan  melihat
pengaruh  kebijakan  perdagangan  juga  bisa  menggunakan  analisis  deskriptif- tabulatif untuk melihat pengaruh nyata penerapan kebijakan pada saat itu terhadap
kinerja produk ekspor pada saat itu seperti yang dilakukan Hartono 2005.
2.3.3. Keterkaitan dengan Peneltian Terdahulu
Pada  penelitian-penelitian  terdahulu,  khususnya  skripsi  menggunakan analisis kuantitatif, namun pada penelitian kali ini menggunakan analisis kualitatif
deskriptif  untuk  membahas  kebijakan  yang  diberlakukan  Uni  Eropa  serta  kasus
17 penolakan  yang terjadi akibat kebijakan tersebut. Penelitian terdahulu  yang telah
dilakukan  menjadi  bahan  perbandingan  dalam  mendeskripsikan  kondisi  ekspor udang Indonesia di pasar internasional, khususnya di Uni Eropa. Dalam kaitannya
dengan penelitian
terdahulu, penelitian
mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi  penawaran  ekpor  udang  di  pasar  internasional  digunakan  untuk
melihat signifikansi volume ekspor udang  yang terjadi saat ini dengan kebijakan yang diterapkan oleh Uni Eropa terkait perdagangan udang.
Penelitian  ini  terdapat  kesamaan  dengan  penelitian  sebelumnya,  yaitu dalam gambaran umum mendeskripsikan kondisi ekspor udang Indonesia di pasar
internasional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tujuan ekspor yang lebih difokuskan pada pasar Eropa, yaitu mengkaji kebijakan-
kebijakan  yang  diberlakukan  di  Uni  Eropa  dan  menganalisis  kasus-kasus  yang terjadi  terkait  penetapan  kebijakan  yang  diberlakukan  Uni  Eropa.  Analisis
deskriptif digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja ekspor pada saat itu,  serta  melihat  respon  pemerintah  dalam  mengatasi  kebijakan  yang  berlaku.
Penggunaan  data  terbaru  yang  digunakan  untuk  membandingkan  kondisi  ekspor udang Indonesia di Uni Eropa dari tahun sebelumnya hingga saat ini.
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Pembentukan  kerangka  pemikiran  dalam  penelitian  ini  didukung  oleh teori-teori yang terkait dengan tujuan penelitian. Teori-teori tersebut meliputi teori
perdagangan internasional, kebijakan perdagangan, dan analisis kebijakan.
3.1.1. Teori Perdagangan Internasional
Setiap  negara  memiliki  sumberdaya  alam,  letak  geografis,  iklim, karakteristik  penduduk,  keahlian,  tenaga  kerja,  tingkat  harga,  keadaan  struktur
ekonomi,  dan  sosial  yang  berbeda-beda.  Perbedaan  yang  dimiliki  oleh  masing- masing  negara  tersebut  menghasilkan  produk  yang  berbeda  baik  dari  segi
kuantitas  maupun  kualitas.  Perbedaan  tersebut  secara  tidak  langsung mengharuskan  suatu  negara  untuk  melakukan  perdagangan,  baik  dengan  alasan
perluasan  pasar,  mendapatkan  sumberdaya,  mendapatkan  keuntungan,  ataupun mendapatkan teknologi yang lebih modern.
Perdagangan  merupakan  faktor  penting  dalam  merangsang  pertumbuhan ekonomi  di  setiap  negara  karena  perdagangan  akan  memperbesar  kapasitas
konsumsi  suatu  negara  dan  meningkatkan  output  dunia.  Perdagangan  juga cenderung meningkatkan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan
dalam  lingkup  domestik  ataupun  internasional.  Perdagangan  dapat  membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunannya melalui promosi
serta  mengutamakan  sektor-sektor  ekonomi  yang  mengandung  keunggulan komparatif Todaro, 2003.
Menurut  Kindleberger  1995  diacu  dalam  Anwar  2009,  perdagangan internasional  dianggap  sebagai  suatu  akibat  dari  adanya  interaksi  antara
permintaan  dan  penawaran  bersaing.  Pada  prinsipnya,  perdagangan  antara  dua negara  timbul  akibat  adanya  perbedaan  permintaan  dan  penawaran.  Perbedaan
permintaan disebabkan oleh selera dan tingkat pendapatan, sedangkan perbedaan penawaran  disebabkan  oleh  jumlah  dan  kualitas  faktor  produksi  serta  tingkat
teknologi.  Perdagangan  internasional  menjadi  salah  satu  faktor  utama  untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu negara.
19
3.1.2. Pergeseran Pola Perdagangan Internasional