Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Sistematika Penulisan Kemiskinan

Dengan kata lain, PT. Perkebunan Nusantara IV ingin pula menerapkan konsep 3P, yakni profit, people dan planet sebagai filosofi dalam menjalankan usaha sekaligus untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Gevernance. Arah menuju visi dan misi perusahaan itu nampaknya sudah mulai bisa dirasakan hasilnya. Perolehan keuntungan yang semakin meningkat tiap tahun membuktikan kebijakan yang ditempuh perusahaan sudah berada pada jalan yang benar dan bertanggung jawab http:www.ptpn4.co.idunitusaha.aspx, diakses pada pukul 10.13WIB, 21 Maret 2012. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan sama-sama memliki peran penting dalam pengentasan masalah di masyarakat, namun sistem pelaksanaannya berbeda. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan dasar inilah penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan Program Kemitraan yang merupakan salah satu program dari Corporate Social Responsibility yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IV sebagai judul penelitian saya yang hasilnya akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di latar belakang masalah, maka Penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara?” UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih mempertajam masalah yang ingin diteliti tentang evaluasi pelaksanaan Program Kemitraan di Area Medan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara, Penulis membatasi materi kajian, maka objek sasaran yang diteliti sebagai berikut: a. PT. Perkebunan Nusantara IV. b. Mitra binaan, berupa sebagai berikut: 1. Badan hukum. 2. Perorangan. c. Pelaksanaan Program Kemitraan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV kepada mitra binaan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program Kemitraan yang merupakan salah satu program Corporate Social Responsibility yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara dalam membantu masyarakat mengembangkan kemandirian dengan usaha kecil.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan serta mampu menjadi referensi dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial di berbagai perusahaan di Indonesia. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. BAB V : ANALISIS DATA Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya. BAB VI : PENUTUP Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bermanfaat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kemiskinan

Ada berbagai variasi defenisi dan klarifikasi mengenai kemiskinan yang dikemukakan oleh beberapa pakar ekonomi, salah satunya David Cox dalam Seabrook, 2006: 31 membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi: 1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju, sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi. 2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten yaitu kemiskinan akibat rendahnya pembangunan, kemiskinan pedesaan yaitu kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan, kemiskinan perkotaan yaitu kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan. 3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas. 4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap UNIVERSITAS SUMATERA UTARA individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya http:sumut.bps.go.id, diakses pada pukul 13.46 WIB, 23 Maret 2012. Kemiskinan dilihat dari sisi poverty profile masyarakat. Kemiskinan tidak hanya menyangkut persoalan kesejahteraan semata, tetapi kemiskinan menyangkut persoalan kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk kebutuhan konsumsi, angka ketergantungan yang tinggi, rendahnya akses terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam budaya kemiskinan yang diwarisi dari satu generasi kegenerasi berikutnya Seabrook, 2006: 34. Teori kemiskinan budaya yang dikemukakan Oscar Lewis, misalnya, menyatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya. Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya. Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan struktural. Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan dikarenakan ketidakmauan si miskin untuk bekerja, melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan- kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja http:www.pu.go.idpublikP2KPDesMemahami99.htm, diakses pada pukul 22.01 WIB, 27 Maret 2012. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan tidak bisa hanya dipandang dari sisi kurangnya pemenuhan kebutuhan pokok semata sebagai akibat kerentanan dan ketidakberdayaan seperti yang selama ini banyak didefinisikan dalam kebijakan- kebijakan tentang pengentasannya. Kemiskinan juga harus dipandang dari pengertian kemiskinan relatif sehingga kebijakan yang diambil dapat memberikan solusi terhadap akar permasalahan kemiskinan itu sendiri.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat