4. Pembela Peran pembelaan dapat dibagi dua: advokasi kasus dan advokasi kausa. Apabila
pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kausa terjadi manakala klien yang dibela
pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat. 5. Pelindung
Dalam melakukan peran sebagai pelindung, pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang beresiko lainnnya. Peranan
sebagai pelindung mencakup penerapan sebagai kemampuan yang menyangkut: kekuasaan, pengaruh, otoritas, dan pengawasan sosial.
2.4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Definisi Corporate Social Responsibility menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari bisnisperusahaan untuk berperilaku etis
dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
masyarakat luas. Definisi lain, Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders
sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi Wibisono, 2007: 6.
Petkoski dan Twose dalam Susanto, 2007: 22 mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai komitmen bisnis untuk berperan untuk mendukung pembangunan
ekonomi. Bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya dan masyarakat lokal dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan.
Green Paper Komisi Masyarakat Eropa 2001 dalam Susanto, 2007: 24 menyatakan bahwa kebanyakan definisi tanggung jawab sosial korporasi menunjukkan
sebuah konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara
perusahaan dan para stakeholder-nya. Ini setidaknya ada dua hal yang terkait dengan tanggungjawab sosial korporat itu yakni pertimbangan sosial dan lingkungan hidup serta
interaksi sukarela. Melalui bukunya berjudul Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of
Twentieth Century Business, Elkington dalam Siagian Suriadi, 2010: 49 mengenalkan konsep Triple Bottom Line. Dalam bukunya tersebut Elkington mencoba
menyadarkan para pelaku usaha, bahwa jika para pelaku ingin aktivitas ekonomi perusahaannya berkesinambungan dan berjalan baik, maka para pelaku usaha tidak
boleh hanya berorientasi pada satu fokus berupa keuntungan, melainkan harus menjadikan tiga fokus sebagai orientasi aktivitas ekonomi, yang oleh Elkington
dinamakan dengan konsep ā3Pā. Cakupan yang harus menjadi pusat perhatian para pelaku usaha adalah, selain
mengejar keuntungan perusahaan Profit, pihak pelaku usaha juga harus memperhatikan dan terlibat secara sungguh-sungguh dalam upaya pemenuhan
kesejahteraan masyarakat People, serta turut berperan aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian lingkungan Planet. Dalam kaitan itulah, penerapan
corporate social responsibility dipandang bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Corporate Social Responsibility adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba, tapi juga
harus mengandung kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar. Sejalan dengan dinamika saat ini, disimpulkan ada enam kecenderungan utama yang semakin
menegaskan arti penting Corporate Social Responsibility, yaitu: 1. Meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin.
2. Posisi negara yang semakin berjarak pada rakyatnya. 3. Makin mengemukanya arti kesinambungan.
4. Makin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik. 5. Tren ke arah transparansi.
6. Harapan-harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi pada era milenium baru Soetomo, 2006: 116.
Corporate Social Responsibility merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola perusahaan yang baik. Diperlukan tata kelola perusahaan yang baik
agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentinga, yang dapat dipenuhi secara
proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah untuk mengembangkan masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan masyarakat
didalam dan diluar perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, meski perusahaan hanya memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi
diharapkan mampu mengembangkan dan membangun masyarakat dari berbagai bidang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya :
Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari
bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan ekploratif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan
pada masyarakat, semua ini diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa karena adanya market driven.
Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,
setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan
bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Implementasikan program karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam, perusahaan telah menyadari bahwa
tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan keuntungan demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk
meredam bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis
yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan, dan dipraktekkan lebih karena faktor eksternal. Hampir bisa dipastikan implementasi adalah sebagai upaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam konteks kehumasan merupakan kebijaksanaan bisnis yang hanya bersifat kosmetik Wibisono, 2007: 23-24.
2.5. Evaluasi Pelaksanaan Program