d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.
2.5.4. Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program
Evaluasi dalam pelaksanaan suatu program yaitu, melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah
pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan- perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan Siagian
Suriadi, 2010: 117-118. Dapat diketahui bahwa evaluasi pelaksanaan program adalah sejauhmana pelaksanaan suatu program, yaitu sosialisasi yang dilakukan, ketepatan
sasaran dan waktu program, pelayanan program yang diberikan, manfaat dan tujuan serta penanganan dari pengaduan masyarakat terhadap program.
2.6. BUMN
Sesuai dengan isi Undang Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, dalam BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 disebutkan bahwa Badan Usaha
Milik Negara ,yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Perusahaan Perseroan, diatur juga dalam PP No. 12 tahun 1998, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 45 tahun 2001, yang
selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu
persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan Wibisono, 2007: 67.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perusahaan Umum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum, berupa penyediaan
barang atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya
disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Secara filosofis, BUMN lahir sebagai wujud implementasi dari kewajiban negara
mempersembahkan kesejahteraan kepada rakyatnya. Membangun struktur perekenomian yang kuat, melalui bisnis yang sehat dan beretika, merupakan salah satu jalan meraih
kesejahteraan itu. Hal ini dikarena negara tidak mungkin secara langsung menjalankan aktivitas bisnis, maka BUMN adalah pilihan dengan cara menempatkan modal negara di
dalamnya. Badan Usaha Milik Negara memiliki peran dan fungsi yang strategis, sebagai
pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecilkoperasi. Demikian vitalnya eksistensi suatu
BUMN dan untuk memberikan landasan pijakan hukum yang kuat bagi ruang gerak usaha BUMN, maka pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
menyetujui dan mengesahkan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang mulai berlaku sejak tanggal 19 Juni 2003. Pasal 2 ayat 1 huruf e Undang-undang
BUMN menyebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah,
koperasi, dan masyarakat. Selanjutnya didalam Pasal 88 ayat 1 Undang-undang BUMN tersebut disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk keperluan pembinaan usaha kecil dan koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN Wibisono, 2007: 69.
Meski tidak secara eksplisit menegaskan mengenai organ perseroan suatu BUMN, Undang-undang BUMN menyebutkan bahwa pengurusan BUMN dilakukan
oleh Direksi Pasal 5 ayat 1, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas Pasal 6 ayat 1. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi, Komisaris, maupun Dewan Pengawas harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan
serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran. Direksi selaku organ
BUMN yang ditugasi melakukan pengurusan tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN, dan tetap berpegang pada penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance yang meliputi: a Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
b Kemandirian, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
c Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat. e Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat Wibisono, 2007: 70.
2.7. Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV