Konvensi Montreal 1991 sebagai Konvensi Internasional yang Mengatur tentang Pembajakan Udara Konvensi New York 1973, Konvensi New York 1979, Konvensi Wina 1980,

Hague 1970 dapat dilakukan dengan cara a ratifikasi yang berlaku bagi negara yang ikut menandatangani konsep konvensi, dan b dengan cara menyetujui accede yang dapat dilakukan kapan saja sebelum konvensi berlaku. Negara-negara yang ditunjuk sebagai penyimpan instrumen ratifikasi adalah Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat. Konvensi mulai berlaku tiga puluh hari terhitung sejak sepuluh negara yang menandatangani konsep konvensi maupun yang menyampaikan instrumen persetujuan yang disampaikan kepada negara penyimpan instrumen ratifikasi ada menyetujui accede. Setelah konvensi berlaku segera didaftarkan pada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional ICAO sesuai dengan Pasal 83 Konvensi Chicago 1944 dan Pasal 102 PBB. C. Perlindungan Penerbangan Sipil Internasional Terhadap Pembajakan Udara Berdasarkan Konvensi Montreal 1991

1. Konvensi Montreal 1991 sebagai Konvensi Internasional yang Mengatur tentang Pembajakan Udara

Konvensi Montreal 1991 yang berjudul Convention on the Marking of Plastic Explosive for the Purpose of Detection tersebut lahir sebagai akibat peledakan pesawat udara Boeing 747 milik Pan American Airways yang menewaskan tidak kurang dan 259 penumpang termasuk awak pesawat udara di dekat Skotlandia yang dikenal sebagai kasus Lockerbie 1988. Pesawat udara tersebut diledakkan dengan bom plastik. Bom plastik tersebut merupakan persenyawaan kimia, tidak berbentuk, tidak berbau, dak berwarna, tidak mampu diditeksi dengan detector paling canggih saat ini, namun mempunyai daya ledak yang sangat dasyat. Bom plastik tersebut ditemukan oleh warga negara Zechoslovakja yang dikenal dengan istilah SEMTEX. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kasus tersebut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional menciptakan konvensi internasional guna mencegah terulangnya peledakan serupa. Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor SRES635 1989 tanggal 14 Juni 1989 dan Resolusi Sidang Umum Nomor Res.UNGA44 1989 tanggal 29 Desember 1989, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional berwenang menciptakan rezim hukum internasional baru yang tidak terbatas pada penandaan peledakan untuk maksud identifikasi, tetapi juga rezim hukum terorisme internasional yang berkaitan dengan deklarasi tentang keamanan internasional, penyerangan aggression, konvensi yang berkaitan dengan konflik bersenjata, Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970, Konvensi Montreal

1971, Konvensi New York 1973, Konvensi New York 1979, Konvensi Wina 1980,

Protokol Montreal 1988, Konvensi Roma 1988, dan Protokol Roma 1988. Mengingat luasnya wewenang untuk menciptakan rezim hukum yang berkaitan dengan teroris internasional tersebut, pembahasan konsep Penandaan Peledakan untuk Identifikasi dalam rapat diplomatik dihadiri oleh berbagai organisasi internasional baik organisasi swasta internasional seperti IATA, IFALPA dan INTERPOL maupun organisasi internasional khusus di lingkungan PBB seperti International Maritime Organization IMO. Dalam hubungannya dengan rezim hukum baru tentang peledakan bahan plastik, Ad Hoc Committee maupun Komite Hukum Organisasi Penerbangan Sipil Internasional sepakat bahwa bentuknya adalah konvensi baru yang mengatur kewajiban negara anggota mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melarang prohibit dan mencegah prevent pembuatan bahan peledak yang tidak diberi tanda, sebagaimana diatur dalam Pasal II Konvensi Montreal 1991. Universitas Sumatera Utara 2. Upaya Konvensi Montreal 1991 dalam Melindungi Penerbangan Sipil Internasional dari Ancaman Pembajakan Udara Upaya Konvensi Montreal 1991 dalam melindungi penerbangan sipil internasional dari ancaman pembajakan udara adalah memberikan kewajiban kepada negara anggota untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut-berikut: a. Setiap negara anggota wajib mengambil langkah-langkah yang efektif untuk melarang dan mencegah produksi di wilayahnya bahan peledak yang tidak diberi tanda. Yang dimaksud bahan peledak adalah produk peledak yang biasanya disebut bahan peledak plastik termasuk juga bahan yang mudah dibentuk atau lempengan sebagaimana diatur dalam lampirannya, sedangkan yang dimaksudkan dengan “produksi” adalah proses atau barang-barang yang didaur ulang. Barang- barang tersebut harus diberi tanda agar dapat diidentifikasi. b. Setiap negara anggota wajib mengambil langkah-langkah tertentu untuk mencegah dan melarang mobilitas barang-barang peledak yang tidak diberi tanda dan atau ke wilayahnya. Larangan ini tidak berlaku terhadap mobilitas barang- barang peledak yang tidak diberi tanda untuk keperluan pejabat yang militer atau polisi yang berwenang negara anggota Konvensi Montreal 1991. c. Setiap negara anggota wajib mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengawasi dengan ketat terhadap pemilikan dan penyerahan kepemilikan bahan peledak tanpa diberi tanda yang telah diproduksi di atau dibawa ke wilayahnya sehingga penyebaran atau penggunaan yang bertentangan dengan maksud konvensi ini dapat dihindari. d. Setiap negara anggota wajib mengambil langkah-langkah tertentu untuk menjamin bahwa semua persediaan bahan peledak yang tidak diberi tanda oleh Universitas Sumatera Utara pejabat militer atau polisi yang berwenang dimusnahkan atau digunakan untuk keperluan yang sejalan dengan Konvensi Montreal 1991. e. Setiap negara anggota wajib mengambil langkah-langkah tertentu untuk menjamin pemusnahan, secepatnya, bahan barang peledak yang tidak diberi tanda yang ditemukan di wilayahnya dan persediaan-persediaan bahan peledak yang digunakan oleh pejabat militer atau polisi yang berwenang pada saat konvensi ini berlaku. Konvensi Montreal 1991 juga membentuk Komisi Ahli di bidang bahan peledak yang terdiri tidak kurang dari 15 anggota yang berpengalaman di bidang produksi atau penemu kenalan atau penelitian barang peledak yang ditunjuk oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan orang-orang yang dicalonkan oleh negara anggota Konvensi. Komisi tersebut bekerja dalam kurun waktu tiga tahun yang dapat ditunjuk kembali. Mereka minimum sekali setahun melakukan sidang di kantor pusat Organisasi Penerbangan Sipil Internasional. Konvensi Montreal 1991 tidak mewajibkan kepada negara anggota untuk menciptakan hukum pidana pelanggaran maupun kejahatan yang mengancam tindakan terorisme, baik nasional maupun internasional. Hal ini diserahkan sepenuhnya kepada negara anggota masing-masing sesuai dengan semangat Pasal 1 Konvensi Chicago 1944 dengan memerhatikan aspek filosofis, yuridis, sosiologis serta asas-asas hukum internasional yang berlaku baik yang lama maupun yang baru.

3. Kewenangan Negara Anggota Konvensi Montreal 1991 dalam Upaya Mengatasi Pembajakan Udara