Kesimpulan Saran Perlindungan Penerbangan Sipil Internasional Terhadap Pembajakan Udara Berdasarkan Konvensi Internasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pengaturan penerbangan sipil internasional sesuai dengan Konvensi Chicago 1944 di antaranya adalah pengaturan kedaulatan di udara bagi penerbangan sipil dan adanya kewajiban pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara maupun sertifikasi pesawat udara dan awak pesawat udara, dan larangan-larangan jenis angkutan pada penerbangan sipil. Selain itu juga diatur tentang percarian dan pertolongan kecelakaan pesawat udara dan investigasi terhadap kecelakaan udara tersebut. 2. Keterkaitan Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970 dan Konvensi Montreal 1991 dengan pembajakan udara dapat dilihat dari pembahasan dari masing-masing konvensi internasional tersebut, yaitu Konvensi Tokyo 1963 tentang pelanggaran-pelanggaran dan tindakan-tindakan tertentu lainnya yang dilakukan di dalam pesawat udara, Konvensi The Hague 1970 tentang pemberantasan penguasaan pesawat udara secara melawan hukum, dan Konvensi Montreal 1971 tentang pemberantasan tindakan-tindakan melawan hukum yang mengancam keamanan penerbangan sipil. 3. Perlindungan penerbangan sipil internasional terhadap pembajakan udara berdasarkan konvensi internasional adalah upaya penaggulangan atau tindakan yang harus diambil setiap negara anggota dalam hal terjadinya pembajakan udara. Selain itu, diatur juga tentang ekstradisi pelaku pembajakan. Dalam ekstradisi ini Universitas Sumatera Utara ada perbedaan antara Konvensi Tokyo 1963 dengan Konvensi The Hague 1970. Di mana Konvensi Tokyo tidak mewajibkan adanya ekstradisi, sedangkan Konvensi The Hague 1970 negara anggota wajib melakukan ekstradisi pelaku pembajakan udara.

B. Saran

1. Pemerintah selain meratifikasi ketentuan penerbangan sipil internasional dalam peraturan perundangan nasional juga harus diterapkan secara tegas kepada pelaku usaha penerbangan sipil, terutama terkait syarat-syarat kelaikan dan sertifikasi pesawat dan awak pesawat, sebagai upaya menghindari terjadinya kecelakaan pesawat di Indonesia. 2. Perlu dilakukan pemantauan secara berkelanjutan terhadap kemampuan peralatan pemeriksaan detector di bandara untuk mengidentifikasi senjata atau bahan- bahan yang dapat digunakan dalam pembajakan dan terorisme dalam pesawat udara sesuai ketentuan konvensi internasional sebagai upaya awal penanggulangan terjadinya pembajakan udara. 3. Ketentuan ekstradisi pada Konvensi The Hague 1970 adalah sangat berlebihan yang menyatakan ekstradisi wajib dilakukan apupun alasannya. Hal ini mengingat secara normal tidak ada perjanjian multilateral mana pun yang dapat memaksakan negara untuk mengekstradisikan pembajak udara. Oleh karena itu organisasi penerbangan sipil internasional perlu meninjau kembali ketentuan tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUN UMUM TENTANG PEMBAJAKAN UDARA

A. Pengertian Penerbangan Sipil Internasional