Konvensi Montreal 1991 Keterkaitan Konvensi Internasional Terhadap Pembajakan Udara 1. Konvensi Tokyo 1963

Berdasarkan basil studi Sub-Komite Hukum Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, rekomendasi ILA maupun Perserikatan Bangsa-Bangsa serta organisasi-organisasi internasional lainnya, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional mengadakan konferensi diplomatik pada bulan Desember 1970 yang diselenggarakan di The Hague Belanda. Konferensi diplomatik yang dihadiri oleh 77 negara dan 12 organisasi internasional tersebut mengesahkan konvensi yang berjudul “Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft” pada angga1 16 Desember 1970 dengan mayoritas suara tanpa perlawanan dan dua negara abstein. 63 Konvensi Montreal 1991 yang berjudul “Convention on the Marking of Plastic Explosive for the Purpose of Detection” lahir sebagai akibat peledakan pesawat udara Boeing 747 milik Pan American Airways yang menewaskan tidak kurang dari 259 nenumpang termasuk awak pesawat udara di dekat Skotlandia yang dikenal sebagai kasus Lockerbie 1988. Pesawat udara tersebut diledakkan dengan bom plastik. Bom plastik tersebut merupakan persenyawaan kimia, tidak berbentuk, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mampu diditeksi dengan detector paling canggih saat ini, namun mempunyai daya ledak yang sangat dasyat. Bom plastik tersebut Pengesahan konvensi tersebut merupakan titik puncak instrumen hukum pemberantasan pembajakan udara. Kedua konvensi internasional tersebut merupakan instrumen yang saling mengisi kekurangan masing-masing. Dengan lahirnya Konvensi The Hague 1970 lebih memantapkan kekurangan Konvensi Tokyo 1963 dalam hal keterkaitan konvensi tersebut terhadap pembajakan udara.

3. Konvensi Montreal 1991

63 Ibid., hal. 92-93 Universitas Sumatera Utara ditemukan oleh warga negara Zechoslovakja yang dikenal dengan istilah SEMTEX. Berdasarkan kasus tersebut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional menciptakan konvensi internasional guna mencegah terulangnya peledakan serupa. 64 Dalam sidang Dewan Harian Organisasi Penerbangan Sipil International yang ke-126 tanggal 30 Januari 1989, Presiden Dewan Harian Organisasi Penerbangan Sipil Internasional memerintahkan Dewan Harian untuk membentuk Panitia Ad Hoc Penemuan Peledakan Detection of Explosive. Setelah dibentuk Panitia Ad Hoc Penemuan Peledakan rapat diselenggarakan pada tanggal 6-10 Maret 1989 di Montreal. Berdasarkan hasil rapat Panitia Ad Hoc Penemuan Bahan Peledak, Dewan Harian Organisasi Penerbangan Sipil Internasional tersebut pada bulan Mei 1989 memerintahkan ketua Komite Gangguan Melawan Hukum agar menyusun ”Persiapan Instrumen Hukum Internasional Baru Mengenai Bentuk Penandaan atau Lempengan Peledakan untuk Penemuan” dimasukkan dalam program kerja Komite Hukum dengan prioritas tinggi. 65 Tanggal 14 Juni 1989, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan Res.635 1989 yang mendorong organisasi Penerbangan Sipil Internasional lebih mengintensifkan program kerjanya untuk mencegah semua tindakan terorisme terhadap penerbangan sipil, khususnya menciptakan tatanan hukum internasional untuk penandaan bahan peledakan untuk identifikasi. Berdasarkan Res. DK Res.635 1989 tersebut, Dewan Harian Organisasi 64 Ibid., hal. 116-117. 65 Ibid., hal.116. Universitas Sumatera Utara Penerbangan Sipil Internasional menyusun program kerja baru dengan “Preparation of a new legal instrument regarding the marking of explosives for detect ability”. 66 Dalam Sidang Umum ke-27 Organisasi Penerbangan Sipil Internasional tahun 1989 Delegasi Zechoslovakia dan Inggris menyampaikan konsep resolusi yang berisikan Penandaan Peledakan untuk Identifikasi. Resolusi tersebut disahkan oleh Sidang Umum Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dengan pengarahan agar segera mengadakan sidang Komite Hukum Legal Committee dan jika mungkin pada pertengahan awal tahun 1990 dapat dilangsungkan konferensi diplomatik untuk membahas konsep Konvensi tentang Penandaan Bahan Peledakan untuk Identifikasi Convention on the Marking of Plastic Explosive for the Purpose of Detection. Dalam Sidang Umum tahun 1989, IFALPA mengusulkan “Status Hukum Pesawat Udara the Legal Status of Aircraft” diprioritaskan dalam program kerja Komite Hukum, tetapi usul tersebut ditolak oleh Sidang Komisi Hukum. 67 Dalam sidang ke-128 tanggal 14 November 1989, Dewan Harian Organisasi Penerbangan Sipil Internasional menyetujui program kerja Komite Hukum Legal Committee Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan membentuk Sub-Komite Hukum Khusus menyelenggarakan sidang di Montreal tanggal 9-19 Januari 1990 untuk menyiapkan konsep instrumen hukum mengenai Penandaan Peledakan untuk Identifikasi. Sidang Komite Hukum ke-27 mengagendakan pembahasan “Persiapan Instumen Hukum Baru Mengenai Penandaan Peledakan untuk enemuan Preparation of a new legal instrument regarding the marking of explosive for detectability” 68 66 Ibid., hal. 117-118. 67 Ibid., hal. 118. 68 Ibid., hal. 118. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor SRES635 1989 tanggal 14 Juni 1989 dan Resolusi Sidang Umum Nomor ReS.UNGA44 1989 tangg 29 Desember 1989, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional berwenang menciptakan rezim hukum internasional baru yang tidak terbatas pada penandaan peledakan untuk maksud identifikasi, tetapi juga rezim hukum terorisme internasional yang berkaitan dengan deklarasi tentang keamanan internasional, penyerangan aggression, konvensi yang berkaitan dengan konflik bersenjata, Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970, Konvensi Montreal

1971, Konvensi New York 1973, Konvensi New York 1979, Konvensi Wina 1980,