Konvensi The Hague 1970 Keterkaitan Konvensi Internasional Terhadap Pembajakan Udara 1. Konvensi Tokyo 1963

yang biasanya disebut dengan istilah hijacking, skyjacking, air piracy, aerial piracy, aerial skyjacking, aircraft hijacking, air banditisme maupun illegal diversion of aircraft. Salah satu pasal yang mengatur pembajakan udara terdapat dalam Pasal 11 Konvensi Tokyo 1963. Dalam pasal tersebut digunakan istilah unlawful seizure of aircraft. 60 Sidang pertama Sub-Komite Hukum berlangsung pada tanggal 21 Februari 1969 yang mempunyai tugas utama memecahkan masalah pembajakan udara “should be to deter persons from committing acts of unlawful seizure of aircraft and, more

2. Konvensi The Hague 1970

Dalam rangka pemberantasan tindak kejahatan penerbangan, khususnya pembajakan udara, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional menyelenggarakan sidang umum di Buenos Aires pada bulan September 1968 serta menyerukan agar negara anggota Organisasi Penerbangan Sipil Internasional segera meratifikasi Konvensi Tokyo 1963. Sementara itu, Sidang Umum Organisasi Penerbangan Sipil Internasional menginstruksikan Dewan Harian Organisasi Penerbangan Sipil Internasional untuk segera mempelajari instrumen hukum guna memberantas penguasaan pesawat udara secara melawan hukum. Dalam bulan Desember 1968, dengan menunjuk resolusi sidang Umum Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, meneruskan kepada Komite Hukum Legal Committee minta agar Ketua Komite Hukum membentuk Sub-Komite Hukum Penguasaan Pesawat Udara Secara Melawan Hukum Unlawful Seire of Aircraft. 60 Ibid., hal. 61. Universitas Sumatera Utara specifically, to ensure, as far as possible, the prosecution and punishment of these persons.” Menurut Sub-Komite Hukum salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah menciptakan instrumen hukum internasional di antara negara-negara anggota. Sub-Komite Hukum telah merumuskan instrumen hukum dengan mengakomodasi pengertian pembajakan udara, yurisdiksi, ekstradisi, dan lain-lain yang kemudian diedarkan kepada seluruh negara anggota Organisasi Penerbangan Sipil Internasional beserta organisasi-organisasi internasional lainnya yang berkaitan dengan pembajakan udara, untuk memperoleh tanggapan mereka. Sub Komite ini terdiri dari negara-negara Aljeria, Kanada, Colombia, Denmark, Prancis, India, Israel, Jepang, Nigeria, Swiss, Tunisia,Inggris dan Amenika Serikat. 61 Sidang kedua Sub-Komite Hukum berlangsung pada tanggal 23 September sampai tanggal 3 Oktober 1969 untuk mempelajari tanggapan negara-negara anggota beserta organisasi internasional lainnya, setelah dipelajari secepatnya Sub-Komjte Hukum menyiapkan konsep instrumen hukum, tanpa banyak perbedaan-pendapat, diserahkan kepada Komite Hukum Organisasi Penerbangan Sipil Internasional yang segera dibahas dalam sidang Komite Hukum tanggal 9 Februari - 11 Maret 1970 di Montreal. Komite Hukum mempelajari pasal demi pasal dan menyetujui konsep yang berjudul “Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft” dan disampaikan kepada Dewan Harian Organisasi Penerbangan Sipil Internasional untuk diadakan konferensi diplomatik yang diikuti oleh negara anggota Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan organisasi internasional lainnya. 62 61 K. Martono, Op. Cit., hal. 90. 62 Ibid., hal. 95. Universitas Sumatera Utara Sementara Organisasi Penerbangan Sipil Internasional menyiapkan instrumen hukum tentang pemberantasan penguasaan Pesawat udara secara melawan hukum, International Law Association ILA juga membahas masalah dampak penguasaan pesawat udara secara melawan hukum dan pengaruhnya terhadap hukum penerbangan sipil internasional Dalam sidangnya ke-53 tahun 1968 pada bulan Agustus 1968, ILA juga membentuk Committee on Piracy Sea and Air untuk mempelajari model ‘instrumen hukum internasional yang menampung pembajakan udara air piracy dengan perompakan kapal laut sea piracy. Dalam sidangnya Committee on Piracy di The Hague tahun 1970, merekomendasikan asimilasi antara pelanggaran-pelanggaran dalam pesawat udara hijacking maupun perompakan sea piracy dapat dikenakan ancaman bukuman dengan mengacu prinsip-prinsip hukum internasional umum general principles recognized by civilized nations. Rekomenasi tersebut mengatakan pembajakan udara hijacking maupun perompakan kapal laut sea piracy dapat diancam hukuman. Oleh karena itu, semua negara wajib menghukum pelaku di mana pun kejahatan tersebut berada dan berlangsung. Resolusi tersebut juga merekomendasikan setiap pembajakan udara harus diekstrasikan sesuai dengan perjanjian dan hukum nasional masing-masing negara. Namun demikian, konferensi ILA mengesahkan resolusi yang menolak rekomendasi Committee on Piracy. Dalam resolusinya ILA juga merekomendasikan kepada Komite Hukum agar prinsip-prinsip umum yang berlaku pada hukum internasional juga sebagai pertimbangan dalam merumuskan instrumen hukum tentang penguasaan pesawat udara secara malawan hukum. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan basil studi Sub-Komite Hukum Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, rekomendasi ILA maupun Perserikatan Bangsa-Bangsa serta organisasi-organisasi internasional lainnya, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional mengadakan konferensi diplomatik pada bulan Desember 1970 yang diselenggarakan di The Hague Belanda. Konferensi diplomatik yang dihadiri oleh 77 negara dan 12 organisasi internasional tersebut mengesahkan konvensi yang berjudul “Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft” pada angga1 16 Desember 1970 dengan mayoritas suara tanpa perlawanan dan dua negara abstein. 63 Konvensi Montreal 1991 yang berjudul “Convention on the Marking of Plastic Explosive for the Purpose of Detection”