2.3 Kerangka Konseptual
Waringin 2011 menyatakan bahwa biasanya seseorang membeli berdasarkan pertimbangan logika atau rasionya dan setelah secara rasional orang mau, tertarik dan
membeli produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan, tahap selanjutnya perusahaan juga harus mampu memberikan sesuatu yang menyentuh emosi mereka. Salah satu
tujuannya, agar penjualan bisa terus berlanjut, bukan hanya dalam waktu singkat. Di antaranya bisa dengan; menjalin kedekatan, memberikan perhatian secara tulus dan
rutin. Selain kepada konsumen yang bersangkutan, perusahaan juga bisa memberikan perhatian pula kepada orang-orang di sekitarnya yang memiliki kedekatan atau
artitersendiri bagi konsumen misalnya: anak, pasangan hidup, orang tuanya dan sebagainya sehingga konsumen merasa diperhatikan dan dihargai. Secara umum,
Astria 2012
Pengaruh Pemasaran
Rasional, Emosional, Dan
Spiritual Terhadap
Keputusan Membeli Teh
Botol Sosro Pada Mahasiswa FE
USU Variabel
independen: Pemasaran
Rasional, Emosional,
dan Spiritual.
Variabel dependen:
Keputusan pembelian
Secara serempak pemasaran rasional, emosional, dan
spiritual berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
keputusan membeli produk Teh Botol Sosro pada
mahasiswa FE USU. Sedangkan secara parsial
bahwa pemasaran emosional merupakan yang dominan
yang berpengaruh terhadap keputusan membeli prosuk
Teh Botol Sosro pada Mahasiswa FE USU
rational dan emotional marketing yang dijalankan dengan baik akan mampu memberikan kepuasan pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa perusahaan.
Selain itu, pemasaran rasional dan emosional juga dapat mempengaruhi kepercayaan. Kotler, 2006:176 mendefinisikan keyakinan atau kepercayaan sebagai gambaran
pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Keyakinan yang didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat, dan iman dapat dipengaruhi oleh faktor rasional dan
emosional. Faktor lain yang mendasari masyarakat untuk menjadi nasabah bank adalah
faktor spiritual. Spiritual marketing merupakan bentuk pemasaran yang dijiwai dengan nilai-nilai spiritual agama dalam setiap proses dan bentuk transaksinya.
Spiritual marketing mengandung nilai-nilai ibadah yang dilandasi pada kebutuhan yang paling pokok seperti kejujuran, moral dan etika dalam berbisnis dan oleh karena
itu dapat berpengaruh terhadap kepercayaan nasabah. Dalam Spiritual Marketing, seorang konsumen akan mempertimbangkan apa
yang diputuskan, dibeli atau digunakan juga bisa memberi arti bagi kehidupannya di akhirat nanti. Masyarakat menggunakan nilai-nilai agama seperti prinsip perbankan
yang sesuai dengan syariah dan penggunaan dana yang hanya disalurkan pada usaha yang halal dan apabila ini berlangsung terus menerus maka nasabah akan terus
menjadi nasabah yang loyal. Penerapan strategi pemasaran rasional, emosional dan spiritual diprediksi
akan menimbulkan kepercayaan pelanggan.Hal ini selaras dengan penelitain yang
dilakukan pada tahun 2015 tentang strategi pemasaran rasional,emosional dan spiritual yang berpengaruh positif terhadap kepercayaan dan loyalitas
pelangganRini,dkk:2015:24-25
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka kerangka konseptual digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3 Hipotesis