5.1.2 Analisis Kualitatif Sakarin Pada Selai Buah
Hasil pemeriksaan sakarin secara kualitatif pada lima belas 15 sampel selai buah yang tidak bermerek melalui metode pereaksi ekstraksi uji warna dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya sakarin pada sampel. Setelah dilakukan perlakuan dan diteteskan FeCl
3
1 apabila larutan berwarna ungu menunjukkan adanya asam salisilat yaitu terbentuk sakarin. Diperoleh bahwa tidak ada satupun sampel yang menggunakan sakarin pada selai
buah yang telah diperiksa. Penggunaan sakarin jarang ditemukan pada selai buah dibandingkan dengan
penggunaan siklamat, ini disebabkan sakarin memiliki rasa manis dan meninggalkan rasa pahit. Disamping itu harganya lebih mahal bila dibandingkan dengan pemanis buatan
lainnya. Sakarin dikalangan produsen selai buah mungkin tidak begitu dikenal karena biasanya digunakan pada industri skala besar seperti produk minuman ringan.
Hasil penelitian ini menunjukkan berkurangnya persentase penggunaan sakarin pada produsen makanan dan minuman yang berbeda dari beberapa tahun sebelumnya, seperti
penelitian dilakukan pada es krim yang ada di Kota Medan, setelah dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terbukti dari lima belas sampel terbukti seluruh sampel
menggunakan sakarin dan kadar sakarin melebihi batas yang ditetapkan oleh Permenkes No.722MenkesIX88 yaitu sebesar 300 mgkg. Kadar sakarin tertinggi 8631 mgkg dan
kadar sakarin terendah 5754 mgkg Hernike, 2005. Sakarin memiliki manis 300-500 kali tingkat sukrosa, sakarin juga memiliki nilai
kalori 0 kkalg atau setara dengan 0 kgg dan ADI 5 mgkg berat badan. Batas maksimum penggunaan sakarin pada selai yaitu 200 mgkg. Biasanya sakarin digunakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
pengganti gula bagi penderita diabetes mellitus dan diet untuk penderita obesitas Purba, 2006.
Penambahan kadar sakarin yang berlebih menimbulkan rasa pahit gentir serta menyebabkan gangguan ginjal, kanker kandung kemih, pusing, mual, migran, diare, asma,
hipertensi dan lain-lain Sinulingga, 2011. Winarno mengatakan bahwa di Indonesia, meskipun ada pembatasan dalam
peredaran dan produksi sakarin dan siklamat, tetapi belum ada larangan bagi pemerintah mengenai penggunaannya Cahyadi,2009. Karena itu kemungkinan setiap hari masyarakat
di Indonesia mengonsumsi sakarin dan siklamat dalam jumlah tertentu baik secara terpisah ataupun gabungan dari kedua jenis pemanis tersebut yang ditambahkan kedalam produksi
makanan dan minuman dan djual secara bebas di pasaran.
5.2 Zat Pewarna 5.2.1 Analisis Kualitatif Zat Pewarna Pada Selai Buah