Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan Publik Public Service oleh birokrasi publik merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai abdi negara. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik diartikan sebagai pemberian layanan melayani keperluan oarang atau masyarakat yang mampunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. 1 Kualitas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah sering dianggap sebagai cerminan dari kualitas birokrasi secara umum. Pelayanan publik terkait dengan sistem dan sumber daya aparatur birokrasinya dalam proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Walaupun otonomi daerah telah lama ditetapkan di Indonesia, kenyataan tersebut tidak serta-merta meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan Publik seharusnya berorientasi pada penciptaan demokrasi dalam kehidupan bernegara yang meliputi legitimasi, hak asasi manusia, otonomi masyarakat dan desentralisasi pemerintahan. Hal tersebut tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki 1 Mitfah Toha,2004.Birokrasi dan Politik Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo, .Hal 17 Universitas Sumatera Utara 2 kompetensi dan sejauh mana masyarakat bisa ikut bekerja sama dalam menciptakan pemerintahan yang baik. Birokrasi yang buruk menjadi salah satu masalah yang penting di Indonesia. Rendahnya kinerja pelayanan publik dan minimnya kualitas sumber daya aparatur seperti tidak pernah ada akhirnya. Mulai dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme KKN sampai dengan sistem birokrasi yang buruk menjadi hambatan dalam mengwujudkan birokrasi yang peduli terhadap kepentingan banyak. 2 Melihat kenyataan sekarang, angin segar reformasi ternyata belum banyak membuat kondisi Indonesia berubah. Hal ini dapat dilihat dari pewacanaan media massa yang saat ini cenderung transparan dalam membuka tabir ketimpangan ekonomi, seperti banyaknya orang miskin, masih sulitnya merasakan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah Rumah Sakit dan Pendidikan. Reformasi birokrasi dalam pelayanan publik menjadi pedoman yang harus dilaksanakan. Berakhirnya Orde baru di Indonesia memberikan angin segar untuk membentuk birokrasi yang bersih. Salah satu indikatornya, birokrasi tidak lagi menjadi bagian dari politik praktis nasional maupun di daerah. Telah menjadi pelajaran bahwa kekuatan politik dan birokrasi tidak hanya merusak kinerja birokrasi, namun malah menghancurkan proses politik itu sendiri. Pada masa lalu mudah dijumpai kekuatan politik dan birokrasi lebih banyak menghasilkan aspek negatif. Akibatnya ketimpangan pembangunan menjadi hal yang lumrah terjadi dan Korupsi menjadi meraja rela sehingga dapat dikatakan menjadi budaya. 2 Ahmad Ainur Rohman,2008. Reformasi Pelayanan Publik,Malang:Averroes Press . Hal 106 Universitas Sumatera Utara 3 Selain sekedar melakukan perbaikan sistem secara rapi dan terencana yang terpenting lagi adalah bagaimana melakukan perubahan paradigma berfikir birokrasi yang berorientasi pada kehidupan masyarakat banyak. Arus otonomi daerah semakin membuka pandangan baru terkait kinerja birokrasi, dalam rangka mempercepat pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan perubahan kinerja para birokrat sangatlah dinilai penting dalam pembangunan nasional maupun didaerah. Masyarakat semakin dinamis sangatlah membutuhkan tenaga-tenaga yang prepesional. Sering dengan dinamika masyarakat maka kebutuhan akan pelayanan semakin kompleks serta tuntutan akan pelayanan yang semakin baik dalam pelaksanaan otonomi daerah yang ada. 3 Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupatenkota yang menurut Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1974 hanya merupakan kepanjangan tangan pusat daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 dan di pertegas lagi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah dibuka saluran baru bagi pemerintah provinsi dan kabupaten untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat setempat, untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. 4 Penyesuain kewenangan dan fungsi penyediaan pelayanan antar pemerintah pusat,provinsi, dan kabupatenkota sudah memuat tujuan politis, 3 Ibid hal 107 4 Prof.Drs.HAW.Widjaja,2002.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persad,Jakarta,Hal 1 Universitas Sumatera Utara 4 maupun teknis. Secara politis, desentralisai kewenangan pada masing-masing daerah menjadi perwujudan dari suatu tuntutan reformasi seperti direfleksikan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara GGBHN. Secara teknis masih terdapat sejumlah besar persiapan yang harus dilakukan untuk menjamin penyesuaian kewenangan dan fungsi-fungsi tersebut secara efektif. 5 Otonomi daerah merupakan fenomena politis yang sangat dibutuhkan dalam globalisasi dan demokrasi, apalagi dikaitkan dengan tantangan masa depan dalam era perdagangan bebas. Melalui otonomi diharapkan daerah dapat mampu mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu mainkan perannya dalam memajukan daerahnya sendiri 6 5 Ibid 6 Prof.Drs.HAW.Widjaja,2002.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persad,Jakarta,Hal 1 . Pembangun daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsp otonomi daerah. Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan luas, nyata dan bertanggung jawab terhadap daerahnya secara proposional dan keadilan,sehingga dapat terhindar dari praktek KKN serta terwujudnya perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Universitas Sumatera Utara 5 Reformasi sistem pemerintahan Indonesia dimulai sejak Tahun 1998 yang di antaranya ditandai dengan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. reformasi sistem pemerintahan tersebut berimbas pada trend pemekaran daerah. Fenomena keinginan masyarakat untuk membentuk daerah otonomi baru diberbagai wilayah di Indonesia banyak muncul seiring dinamika perkembangan reformasi. Dengan pembentukan daerah otonomi baru, masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang besar untuk mengelolah sumber daya daerah masing-masing dalam rangka meningkatkan kesejahteraan di masyarakat tidak terkecuali di Sumatra Utara. Isu pemekaran daerah semakin menguat sejak disahkannya Undang- Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa” dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi dibentuk dan disusun daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat”. Dalam konteks desentralisasi tersebut, pemerintah memberikan otonomi daerah yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,pelayanan umum dan dana saing daerah. 7 Sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No.22 Tahun 1999, terutama mengenai pemekaran daerah, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah PP Nomor 129 Tahun 2000 tentang persyaratan, pembentukan dan kriteria 7 http:www.dpr.go.iddoksetjendokumenbpkdpd_Analisis_tentang_Pemekaran_Daerah20130306170435.pd f di akses pada tanggal 27 agustus 2015 Universitas Sumatera Utara 6 pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Peraturan pemerintah secara tegas menyatakan bahwa pembentukan daerah adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota sebagai akibat dari pemekaran daerah atau penggabungan bagian dari dua wilayah atau lebih dari daerah provinsi, daerah kabupaten atau daerah kota yang ditetapkan dengan undang-undang. Sedangkan pemekaran adalah daerah pemecahan provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota menjadi lebihb dari satu daerah. 8 Pengertian Otonomi Daerah secara etimologis menrut situmorang 1993 berasal dari bahasa latin “autos” yang artinya sendiri, dan “Nomos”, yang artinya aturan. Jadi dapat diartikan bahwa otonomi adalah mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri. Hak yangdiperoleh dan pemerintah pusat. Lebih lanjut UU No 5 Tahun 1974 mendefinisikan Otonomi Daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Sementara itu dalam UU No.22 Tahun 1999 mendefenisikan bahwa Otonomi Daerah adalah wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setelah direvisi kembali UIJ No.22 Tahun 1999 berganti menjadi UU No.32 Tahun 2004 yang menyatakan Otonomi Daerah sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah Otonomi Daerah untuk mengaturdan mengurus 8 Ibid hal108 Universitas Sumatera Utara 7 sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundang-undangandan berbagai rumusanOtonomi. 9 9 karim Abdul Gaffar, Kompleksitas Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar : hal 56 Berdasarkan pernyataan tersebut secara konseptual pemekaran daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pelayanan publik dan memeperkuat daya saing daerah. Namun, untuk melakukan pemekaran daerah haruslah ada penjelasan secara jelas kepada masyarakat yang menginginkan pemekaran tersebut terkait masalah yang harus dihadapi setelah pemekaran. Sebab, pemekaran daerah tidaklah mudah. Pemekaran daerah seharusnya menjadi solusi atas suatu permasalahan yang dihadapi, bukan malah nambah beban masalah atau menciptakan masalah yang baru. Seiring dengan perkembangan diberbagai daerah, masyarakat Batu Bara juga mengajukan pembentukan daerah otonom sendiri yang terdiri dari 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Lima puluh, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecataman Talawi, Kecamatan Sei Balai. Adapun alasan yang mendasari untuk mengajukan pemekaran pemerintahan Kabupaten Batu Bara sebagai daerah otonom adalah perundang-undangan yang berlaku saat ini seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No 129 Tahun 2000, dan didasari dengan adanya pandangan tentang keuntungan yang di dapat bagi masyarakat Batu Bara baik itu fasilitas sosial, ekonomi dan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 8 Keuntungan yang paling penting untuk masyarakat adalah agar dapat memperoleh pelayanan publik lebih baik dengan semakin sedikitnya birokrasi yang harus dihadapi dalam mendapatkan pelayanan publik dan juga keinginan untuk mengelolah sumber daya dan potensi daearah secara mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kehidupan politik, kinerja birokrasi dalam pelayanan publik terkait daerah otonom baru memiliki implikasi luas. Akan tetapi, keuntungan tersebut bisa menjadi tidak berjalan apabila birokrasi yang diharapkan tidak melakukan sebagaimana mestinya dan malah pemekaran daerah hanya sebagai alat penguasa daerah untuk mendapatkan keuntungan pribadikelompok. Maka dari itu, penulis bertujuan untuk melakukan penelitian yang berjudul Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PELAYANAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) DI KOTA MALANG(Studi di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang)

5 100 34

Analisis Kebijakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Online Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purwakarta

0 11 147

Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pesawaran

3 46 186

KINERJA APARAT DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM PELAYANAN PUBLIK

4 15 102

Kompetensi Sumber Daya Aparat Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Manado (Studi Dalam Pelayanan Kartu Tanda Penduduk).

0 0 2

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 13

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 2

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 29

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 29

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 2