Alat– Alat Penelitian Bahan – Bahan Penelitian Kesimpulan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Alat– Alat Penelitian

Adapun alat –alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: - Kromatografi Gas Shimazu - Pulsed NMR Anlyzer Bruker NMS 120 - Melting Point Apparatus - Shaker - Water Bath - Rotary evaporator Heidolph - Oven Lab-line - Labu takar 250 mL Pyrex - Beaker glass 250 mL Pyrex - Beaker glass 500 mL Pyrex - Gelas ukur 250 mL Pyrex - Gelas ukur 100 mL Pyrex - Labu leher tiga 250 mL Pyrex - Corong pisah 1 L Pyrex - Alu dan lumpang - Alat vakum - Alat refluks - Tabung CaCl 2 - Hotplate stirrer IKA - Magnetic bar - Neraca analitis Radwag - Termometer 110 o C Fisher Universitas Sumatera Utara

3.2. Bahan – Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: - RBDPS - Minyak kemiri - n-heksana - H 3 PO 4 p.a. E. Merck - Etanol p.a. E. Merck - Metanol p.a. E. Merck - Benzena p.a. E. Merck - H 2 SO 4 p.a. E. Merck - Na 2 SO 4 anhidrat p.a. E. Merck - NaOC 2 H 5 p.a. E. Merck - Asam sitrat 20 - Kertas saring biasa - Bleaching eart - Fenolftalien p.a. E. Merck - Natrium Tiosulfat p.a E. Merck - Asam Asetat p.a E. Merck - Sikloheksana p.a E. Merck - Larutan Wijs p.a E. Merck - Kalium Iodida p.a E. Merck - Kloroform p.a E. Merck - Amilum p.a E. Merck Universitas Sumatera Utara

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Ekstraksi Minyak Kemiri

Sebanyak 3000 gram daging dari biji buah kemiri kemiri digiling hingga menjadi serbuk halus. Serbuk halus yang diperoleh direndam menggunakan pelarut n-heksana sebanyak 6 liter selama 2 hari dan setiap selang waktu 6-8 jam sekali dilakukan pengadukan. Hasil perendaman selanjutnya disaring, sekaligus residu yang tertinggal dalam saringan dibilas dengan n-heksana. Filtrat dari hasil saringan dikeringkan air dengan Na 2 SO 4 anhidrat. Selanjutnya filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh minyak kemiri. Adapun prosedur selanjutnya yang dilakukan adalah pemucatan bleaching dan penghilangan getah degumming yang merupakan bagian dari pemurnian dari minyak kemiri.

3.3.2. Pemurnian Minyak Kemiri

Sebanyak 100 ml minyak kemiri ditambah 0,05 H 3 PO 4 dan dicampur dengan 2 bleaching earth di dalam gelas Erlenmeyer bercabang volume 300 ml. Selanjutnya diaduk diatas pengaduk magnet dan dipanaskan pada suhu 105 C dalam keadaan vakum selama 90 menit. Hasil yang diperoleh kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whatmann no.4 dalam penyaring Buchner menggunakan bantuan pompa vakum untuk mendapatkan filtrat yang merupakan minyak hasil pemucatan bleaching. Minyak yang diperoleh dianalisis nilai bilangan iodin, bilangan peroksida, kandungan asam lemak bebas, kandungan air, dan komposisi asam lemak maupun komposisi trigliseridanya menggunakan Kromatografi Gas Cair. Universitas Sumatera Utara

3.3.3. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak

Pembuatan metil ester asam lemak dilakukan terhadap RBDPS, minyak kemiri, lemak margarin hasil blending, dan lemak margarin hasil interesterifikasi. Ke dalam labu leher tiga yang telah dilengkapi kondensor bola dan tabung CaCl 2 serta pengaduk magnet dimasukkan 20 g sampel lemakminyak, 40 ml metanol, dan 80 ml benzena. Campuran tersebut diaduk dan didinginkan, kemudian diteteskan H 2 SO 4p sebanyak 2 ml secara perlahan. Campuran tersebut kemudian direfluks selama 3 jam. Pelarut benzena dan methanol yang berlebih diuapkan dengan alat rotary evaporator. Residu yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan 100 ml n-heksana dan dicuci dengan aquadest sebanyak 3 kali. Lapisan atas diambil, kemudian dikeringkan dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Filtrat yang diperoleh lalu diuapkan dengan alat rotary evaporator sehingga diperoleh metil ester asam lemak sebagai hasil. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan Kromatografi Gas Cair untuk diuji komposisi asam lemaknya. 3.3.4. Blending RBDPS dengan Minyak Kemiri pada Perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60 dan 30:70 vv Blending dilakukan dengan cara mencampurkan minyak kemiri dengan stearin kelapa sawit dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 50:50 vv. Stearin yang akan diblending dicairkan terlebih dahulu di dalam oven. Setelah diperoleh stearin dalam bentuk cair, stearin tersebut diblending dengan minyak kemiri dengan cara pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 5 menit sambil dipanaskan pada suhu 55 C dengan kecepatan 450 rpm. Lemak margarin yang diperoleh dianalisis FAC, TFA, komposisi trigliserida, titik lebur, dan SFC. Universitas Sumatera Utara 3.3.5. Interesterifikasi RBDPS dengan Minyak Kemiri pada Perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, dan 30:70 vv Interesterifikasi dilakukan dengan memasukkan RBDPS dengan minyak kemiri masing-masing 100 ml untuk setiap perbandingan ke dalam labu leher tiga yang telah dilengkapi termometer dan stopper. Kemudian ditambahkan Natrium etoksida sebanyak 0,2 g yang dilarutkan dalam etanol. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 90 o C selama 90 menit sambil diaduk. Setelah itu katalis dinonaktifkan dengan menggunakan larutan asam sitrat 20 sebanyak 20 ml. Pengadukan dilanjutkan selama 15 menit. Hasil pengadukan dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian dipisah lapisan bawah dan lapisan atas dianalisis FAC, TFA, komposisi trigliserida, titik lebur, dan SFC. 3.3.6. Analisis Minyak Hasil Pemurnian dan Hasil Reaksi 3.3.6.1 Penentuan Bilangan Iodin IV, Bilangan Peroksida PV, Asam Lemak Bebas FFA, dan Kandungan Air 3.3.6.1.1. Penentuan Bilangan Iodin Untuk penentuan bilangan iodin dilakukan terhadap minyak kemiri hasil pemurnian mengikuti metode Wijs, AOAC, 1995. Ditimbang dengan teliti sebanyak 0,3 gram minyak kemiri dalam gelas Erlenmeyer. Ditambahkan 15 ml pelarut sikloheksana-asam asetat ke dalam sampel dan kocok sampai sampel melarut seluruhnya. Dimasukkan 25 ml larutan Wijs ke dalam labu yang berisi sampel, kemudian ditutup dan dikocok agar tercampur sempurna. Kemudian disimpan di tempat yang gelap pada suhu kamar selama 30 menit. Kemudian ke dalam campuran ditambahkan 20 ml larutan KI 15 dan dikocok. Ditambahkan 100 ml aquadest dan dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,1N hingga warna kuning yang terjadi hampir hilang. Selanjutnya ditambahkan 1 - 2ml larutan indikator pati ke dalam labu dan titrasi dilanjutkan dengan sampai warna biru tepat hilang, catat volume Na 2 S 2 O 3 yang terpakai. Dilakukan titrasi terhadap blanko dengan prosedur yang sama. Bilangan iodin dapat ditentukan dengan rumus : Universitas Sumatera Utara Bilangan Iodin = B −S X N X 12,69 Berat Sampel gram Dimana : B = Volume Titrasi Blanko ml S = Volume Titrasi Sampel ml N = Normalitas Na 2 S 2 O 3 0,1N

3.3.6.1.2. Penentuan Bilangan Peroksida

Penentuan bilangan peroksida terhadap minyak kemiri hasil pemurnian mengikuti metode AOAC, 1995. Ke dalam gelas Erlenmeyer dimasukkan 5 gram minyak kemiri, kemudian dipanaskan selama ± 1 menit. Dilarutkan minyak dengan kloform dan asam asetat dengan perbandingan 1 : 1. Ditambahkan 0,5 ml KI jenuh ke dalam campuran dan diaduk selama ± 2 menit. Ditambahkan 30 ml aquadest dan indikator amilum 1. Dititrasi campuran dengan Na 2 S 2 O 3 0,002 N sampai terjadi perubahan warna menjadi putih dan dicatat volume Na 2 S 2 O 3 yang digunakan. Dilakukan titrasi terhadap blanko dengan prosedur yang sama. Bilangan iodin dapat ditentukan dengan rumus : Bilangan Peroksida = S − B X N X 1000 Berat Sampel gram Dimana : B = Volume Titrasi Blanko ml S = Volume Titrasi Sampel ml N = Normalitas Na 2 S 2 O 3 0,1N

3.3.6.1.3. Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas

Penentuan kandungan asam lemak bebas terhadap minyak kemiri hasil pemurnian mengikuti metode AOAC, 1995. Ke dalam gelas Erlenmeyer ditambahkan minyak kemiri sebanyak 20 gram dan dipanaskan hingga cair, kemudian dicampur dengan 75 ml alkohol netral dan diaduk sampai larutan homogen kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Universitas Sumatera Utara Larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,02 N sampai menjadi warna merah lembayung. Dicatat volume NaOH yang digunakan, selanjutnya dihitung persentasi asam lemak bebas dengan rumus sebagai berikut : Asam Lemak Bebas = N NaOH x V NaOH x 25,6 Berat Sampel gram Dimana : N = Normalitas NaOH N V = Volume NaOH ml

3.3.6.1.4. Penentuan Kadar Air

Minyak kemiri hasil pemurnian yang diperoleh ditimbang dan dipanaskan dalam oven pada suhu 110 C selama 90 menit, kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang berat hingga konstan. Kadar Air = W − W 1 � 1 x 100 Dimana : W = Berat Awal W 1 = Berat Akhir

3.3.6.2. Penentuan Komposisi Asam Lemak FAC dan Asam Lemak Trans TFA dengan Kromatografi Gas Cair

Sampel yang akan diuji komposisi asam lemaknya adalah RBDPS, minyak kemiri, lemak margarin hasil blending, dan lemak margarin hasil interesterifikasi. Pada analisis komposisi asam lemak, diatur kondisi alat kromatografi gas cair. Temperatur oven diatur kenaikan suhunya mulai dari 140 C selama 0,5 menit dengan kenaikan suhu rata-rata 20 C sampai dicapai suhu maksimum 220 C. Kondisi kolom kromatografi diatur pemisahannya dengan kecepatan rata-rata 1,2 menit, dimana dalam sekali penginjeksian sampel dibutuhkan waktu 36,25 menit. Kemudian sampel Universitas Sumatera Utara yang sudah dalam bentuk metil ester asam lemak diinjeksikan ke dalam septum Kromatografi Gas Cair. Diperoleh komposisi asam lemak berdasarkan puncak yang terbentuk pada kromatogram.

3.3.6.3. Penentuan Komposisi Trigliserida dengan Kromatografi Gas Cair

Sampel yang akan diuji komposisi trigliseridanya adalah RBDPS, minyak kemiri, lemak margarin hasil blending, dan lemak margarin hasil interesterifikasi. Pada analisis komposisi trigliserida, temperatur oven diatur kenaikannya mulai dari 100 C selama 0,5 menit dengan kenaikan suhu rata-rata 50 C sampai dicapai temperatur maksimum 360 C. kondisi kolom kromatografi gas cair diatur pemisahannya dengan kecepatan rata-rata 2,5 menit, dimana dalam sekali penginjeksian sampel dibutuhkan waktu 31,50 menit. Sampel dipipet ±3 µl dan dimasukkan ke dalam vial tube 1,5 ml, lalu ditambah 1,5 ml n-heksana kemudian diaduk. Diinjeksikan larutan ke dalam septum Kromatografi Gas. Diperoleh komposisi trigliserida berdasarkan puncak yang terbentuk pada kromatogram.

3.3.6.4. Penentuan Kandungan Lemak Padat SFC

Penentuan kandungan lemak padat dilakukan dengan menggunakan pulsed NMR. Sampel lemak margarin dipanaskan dalam oven sampai suhu 70 o C. dimasukkan sampel ke dalam masing-masing vial sebanyak 12 vial, masing-masing vial berisi ± 3 ml sampel. Kemudian semua vial dipanaskan dalam water bath suhu 60 o C selama 30 menit. Semua vial dimasukkan ke dalam water bath suhu 0 o C selama 1 jam. Setelah itu, masing-masing vial dimasukkan ke water bath suhu 0 o C, 5 o C, 10 o C, 15 o C, 20 o C, 25 o C, 30 o C, 33 o C, 35 o C, 38 o C, 40 o C, dan 45 o C selama 30 menit. Diukur SFC setiap vial pada setiap suhu tersebut menggunakan alat pulsed NMR. Universitas Sumatera Utara

3.3.6.5. Penentuan Titik Cair Lemak Margarin

Penentuan titik cair dilakukan terhadap lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi. Ke dalam tabung kapiler berdiameter 1 mm dimasukkan lemak margarin menggunakan spuit injeksi. Kemudian dibekukan ke dalam refrigerator selama 16 jam. Setelah dibekukan, tabung kapiler dikeluarkan dan diikat pada thermometer sedemikian rupa sehingga ujung tabung berisi minyak sejajar dengan ujung thermometer yang berisi air raksa. Selanjutnya dicelupkan ke dalam beaker glass 500 ml yang berisi air setengah penuh sehingga termometer terendam . Beaker glass kemudian dipanaskan dengan kecepatan 0,5 o Cmenit dan diaduk dengan stirrer perlahan-lahan. Suhu yang menunjukkan cairan dalam tabung kapiler jernih merupakan titik cair lemak margarin. Universitas Sumatera Utara

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Ekstraksi Minyak Kemiri

Biji Kemiri Dipisahkan dari kulit buah Dikeringkan Dihaluskan Serbuk Kemiri Ditambahkan n-heksana sampai terendam Dimaserasi selama 48 jam Disaring Filtrat Residu Dirotarievaporator hingga pelarut habis Minyak Kemiri Residu n-heksana Destilat Dikeringkan air dengan Na 2 SO 4 anhidrat Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Pemurnian Minyak Kemiri

100 ml Minyak Kemiri Ditambahkan 0,05 H 3 PO 4 Ditambahkan 2 bleaching eart Diaduk dan dipanaskan pada suhu 105 o C dalam keadaan vakum selama 90 menit Disaring Minyak Kemiri Residu Analisis Kadar Air, Bilangan Asam, Bilangan Iodin, Bilangan Peroksida Analisis FAC dan TFA Analisis Komposisi Trigliserida Universitas Sumatera Utara

3.4.3. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak

20 g sampel lemakminyak Dimasukkan ke dalam labu leher tiga Ditambahkan 40 ml metanol Ditambahkan 80 ml benzena Dirangkai alat refluks yang dilengkapi tabung CaCl 2 Diteteskan H 2 SO 4p sebanyak 2 ml secara perlahan-lahan melalui corong penetes Direfluks selama 3 jam pada suhu 70-80 o C Campuran Didinginkan pada suhu kamar Diuapkan kelebihan metanol dan benzena dengan rotary evaporator Destilat Residu Diekstraksi dengan 100 ml n-heksana Dicuci dengan 10 ml aquadest sebanyak 3 kali Lapisan atas Lapisan bawah Dikeringkan air dengan Na 2 SO 4 anhidrous Disaring Filtrat Residu Diuapkan pelarutnya dengan alat rotari evaporator Hasil Analisis Kromatografi Gas Analisis FAC dan TFA Universitas Sumatera Utara

3.4.4. Blending RBDPS dengan Minyak Kemiri

Dimasukkan ke dalam beaker glass Ditambahkan 10 ml minyak kemiri Diaduk selama 5 menit sambil dipanaskan pada suhu 55 C Hasil Analisis FAC dan TFA Analisis Komposisi TG Analisis Titik Lebur Analisis SFC RBDPS Diukur sebanyak 90 ml Dicairkan Dilakukan hal yang sama untuk RBDPS : Minyak kemiri dengan perbandingan 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, dan 30:70 vv. Universitas Sumatera Utara

3.4.5. Interesterifikasi RBDPS dengan Minyak Kemiri

100 ml Campuran RBDPS dengan Minyak Kemiri pada perbandingan 90:10 Dimasukkan ke dalam labu leher tiga Ditambahkan NaOC 2 H 5 0,2 g yang dilarutkan dalam etanol Dipanaskan pada suhu 90 o C selama 90 menit Didinginkan Ditambahkan 20 ml asam sitrat 20 Campuran Dipisahkan dengan corong pisah Lapisan atas Lapisan bawah Asam Sitrat+NaOC 2 H 5 Hasil Analisis Titik lebur Analisis FAC dan TFA Analisis SFC Analisis Komposisi TG Dilakukan hal yang sama untuk RBDPS : Minyak kemiri dengan perbandingan 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, dan 30:70 vv. Universitas Sumatera Utara 3.4.6. Analisis Hasil Penelitian 3.4.6.1. Penentuan Kandungan Lemak Padat SFC Sampel Dipanaskan sampai suhu 70 o C Disaring Residu Filtrat Dimasukkan ke dalam 12 vial masing-masing ± 3ml Dipanaskan semua vialdi water bath suhu 60 o C selama 30 menit Dipindahkan semua vial ke water bath suhu 0 o C selama 1 jam Dibagi masing-masing vial ke beberapa water bath Water Bath o C Water Bath 5 o C Water Bath 10 o C Water Bath 15 o C Water Bath 20 o C Water Bath 25 o C Water Bath 30 o C Water Bath 33 o C Water Bath 35 o C Water Bath 38 o C Water Bath 40 o C Water Bath 45 o C Dibiarkan masing-masing vial pada water bath selama 30 menit Diukur SFC minyak dalam setiap vial pada setiap suhu dengan alat pulsed NMR Hasil Universitas Sumatera Utara

3.4.6.2. Penentuan Titik Cair Lemak Margarin

Lemak Margarin Dimasukkan ke dalam tabung kapiler berdiameter 1 mm menggunakan spuit injeksi Dibekukan dalam refrigerator selama 16 jam Diikat tabung kapiler pada termometer sehingga tabung berisi minyak sejajar dengan ujung termometer Dicelupkan ke dalam beaker glass 500 ml yang berisi air setengah penuh Dipanaskan dengan kecepatan 0,5 o Cmenit sambil diaduk Hasil Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil Ekstraksi dan Pemurnian Minyak Kemiri Dari sebanyak 3000 g inti biji buah kemiri yang telah dihaluskan dan diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana melalui perendaman diperoleh minyak kemiri sebanyak 1560,2 g 52 . Minyak kemiri hasil ekstraksi kemudian dimurnikan melalui proses pemucatan Bleaching menggunakan bleaching eart dan penghilangan getah degumming menggunakan Asam Posfat. Hasil analisis minyak yang diperoleh antara lain : kadar air 0,070 , kandungan asam lemak bebas 0,99 , bilangan iodin 138,28, dan bilangan peroksida 2,39. 4.1.2. Komposisi Asam Lemak dan Trigliserida Minyak Kemiri dan Komposisi Asam Lemak dan Trigliserida RBDPS Hasil analisis kromatografi gas menunjukkan kromatogram komposisi asam-asam lemak utama dan komposisi trigiserida dalam minyak kemiri dan RBDPS yang digunakan dalam penelitian ini. Komposisi Asam Lemak dan trigliserida dari minyak kemiri, juga komposisi asam lemak RBDPS digunakan sebagai pembanding dengan komposisi asam lemak dan komposisi trigliserida dari lemak margarin yang dihasilkan. Komposisi asam lemak dan trigliserida dari minyak kemiri beserta persentasenya dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2, sedangkan komposisi asam lemak dan trigliserida dari RBDPS beserta persentasenya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Komposisi asam lemak minyak kemiri Asam Lemak Jumlah Asam Laurat C12 0,01 Asam Miristat C14 0,06 Asam Palmitat C16 6,50 Asam Palmitoleat C16:1 0,08 Asam Heptadekanoat C17 0,05 Asam Stearat C18 2,95 Asam Trans Oleat C18:1T 0,82 Asam Cis Oleat C18:1C 24,78 Asam Trans Linoleat C18:2T 0,23 Asam Cis Linoleat C18:2C 38,74 Asam Trans Linolenat C18:3T 0,25 Asam Cis Linolenat C18:3C 24,75 Asam Arakidat C20 0,07 Asam Didekanoleat C20:1 0,40 Asam Behenat C22 0,02 Asam Dodidekanoleat C22:1 0,13 Asam Tetradidekanoat C24 0,08 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. komposisi trigliserida minyak kemiri Trigliserida Jumlah C501-PSP 0,2999 C502-POP 0,3403 C521-PSS 0,2309 C522-POS 1,8301 C523-POO 0,3224 C524-PLS 4,1977 C525-POL 6,6452 C526-PLL 4,3792 C541-SSS 0,6248 C542-SOS 4,3267 C543-SOO 7,0382 C544-SLS 2,6334 C545-OOO 17,7088 C546-SLO 21,5667 C547-OLO 18,0190 C548-OLL 7,9596 C549-LLL 1,8771 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Komposisi asam lemak RBDPS Asam Lemak Jumlah Asam Laurat C12 0,17 Asam Miristat C14 1,23 Asam Palmitat C16 58,61 Asam Palmitoleat C16:1 0,11 Asam Heptadekanoat C17 0,10 Asam Stearat C18 4,86 Asam Trans Oleat C18:1T 0,06 Asam Cis Oleat C18:1C 27,43 Asam Trans Linoleat C18:2T 0,11 Asam Cis Linoleat C18:2C 6,13 Asam Trans Linolenat C18:3T 0,02 Asam Cis Linolenat C18:3C 0,10 Asam Didekanoat C20 0,34 Asam Didekanoleat C20:1 0,09 Asam Dodidekanoat C22 0,05 Asam Dodidekanoleat C22:1 0,01 Asam Tetradidekanoat C24 0,05 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. komposisi trigliserida RBDPS Trigliserida Jumlah C46 2,1352 C481-PPP 26,0791 C482-POM 1,0094 C483-PLM 0,1464 C501-PSP ,4,8598 C502-POP 30,6962 C503-MOO 0,7199 C504-PLP 5,4479 C505-MLO 0,1960 C521-PSS 0,7926 C522-POS 5,0810 C523-POO 11,3476 C524-PLS 1,3510 C525-POL 3,7896 C526-PLL 0,4740 C541-SSS 0,1415 C542-SOS 0,5007 C543-SOO 1,4735 C544-SLS 0,2026 C545-OOO 2,1556 C546-SLO 0,4317 C547-OLO 0,6014 C548-OLL 0,1166 C549-LLL 0,1093 C56 0,1143 Universitas Sumatera Utara 4.1.3. Komposisi Asam Lemak FAC dan Asam Lemak Trans TFA dari Lemak Margarin Hasil Blending dan Interesterifikasi RBDPS dengan Minyak Kemiri Hasil analisis kromatografi gas menunjukkan komposisi asam lemak dari hasil blending dan interesterifikasi RBDPS dengan minyak kemiri dengan perbandingan 90:10 sampai 30:70. Komposisi asam lemak dan asam lemak trans dari lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi dapat dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6. Tabel 4.5. Komposisi Asam Lemak dan Asam Lemak Trans Lemak Margarin Hasil Blending RBDPS dengan Minyak Kemiri Asam Lemak Jumlah

90:10 80:20

70:30 60:40

50:50 40:60

30:70 C12 0,09 0,09 0,08 0,16 0,18 0,01 - C14 1,07 0,94 0,89 0,67 0,58 0,26 0,10 C16 53,43 47,61 44,75 36,58 31,15 24,14 20,03 C16:1 0,11 0,09 0,08 0,09 0,09 0,04 0,05 C17 0,11 0,11 0,10 0,08 0,07 0,01 0,02 C18 4,65 4,44 4,30 4,05 3,77 3,70 3,50 C18:1T 1,29 1,47 1,47 0,27 0,30 - 0,01 C18:1C 26,25 26,21 26,06 26,87 26,14 25,23 25,44 C18:2T 0,62 0,75 0,79 0,35 0,41 0,17 0,04 C18:2C 8,86 12,33 14,17 20,21 23,90 27,65 29,98 C18:3T 0,06 0,07 0,10 0,12 0,15 - 0,09 C18:3C 2,66 5,15 6,52 10,14 12,77 0,09 0,01 C20 0,35 0,30 0,26 0,03 0,1 17,86 20,24 C20:1 0,14 0,18 0,20 0,19 0,22 0,41 0,31 C22 0,11 0,07 0,07 0,06 0,04 0,25 0,02 C24 0,08 0,07 0,07 0,04 0,01 0,03 0,02 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Komposisi Asam Lemak dan Asam Lemak Trans Hasil Interesterifikasi RBDPS dengan Minyak Kemiri Asam Lemak Jumlah

90:10 80:20

70:30 60:40

50:50 40:60

30:70 C12 0,15 0,12 0,10 0,11 0,16 0,03 0,01 C14 1,10 0,99 0,87 0,71 0,57 0,12 0,08 C16 53,06 48,73 43,39 37,72 30,78 24,14 19,66 C16:1 0,62 0,22 0,19 0,12 0,15 0,04 0,05 C17 0,11 0,11 0,09 0,08 0,07 0,04 0,02 C18 4,57 4,44 4,30 3,98 3,74 3,54 3,48 C18:1T 1,27 1,35 1,44 0,32 0,30 - 0,01 C18:1C 25,70 25,77 25,80 25,74 26,07 25,52 25,41 C18:2T 0,91 0,80 0,87 0,45 0,45 0,08 0,11 C18:2C 8,93 11,82 14,97 20,08 20,08 27,51 30,01 C18:3T 0,13 0,10 0,14 0,12 0,12 0,08 0,05 C18:3C 2,70 4,83 7,15 10,20 10,20 0,06 0,03 C20 0,34 0,28 0,26 0,03 0,03 18,15 20,24 C20:1 0,14 0,18 0,20 0,20 0,2 0,25 0,30 C22 0,07 0,07 0,06 0,07 0,07 0,09 0,31 C24 0,06 0,06 0,05 0,02 0,02 0,06 0,08 Universitas Sumatera Utara 4.1.4. Komposisi Trigliserida dari Lemak Margarin Hasil Blending dan Interesterifikasi RBDPS dengan Minyak Kemiri Hasil analisis kromatografi gas menunjukkan komposisi trigliserida lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi RBDPS dengan minyak kemiri dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, dan 30:70. Dari komposisi trigliserida lemak margarin yang diperoleh dapat dilihat ada tidaknya pertukaran gugus asil baik untuk lemak margarin hasil blending maupun lemak margarin hasil interesterifikasi. Komposisi trigliserida dari lemak margarin hasil blending dapat dilihat pada tabel 4.7, sedangkan komposisi trigliserida dari lemak margarin hasil interesterifikasi dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.7. Komposisi Trigliserida dari Lemak Margarin Hasil Blending RBDPS dengan Minyak Kemiri Trigliserida Jumlah

90:10 80:20 70:30 60:40 50:50 40:60 30:70

TG-C34 0,61 0,52 0,14 - - - - TG-C36 1,06 0,94 0,38 - - - - TG-C38 0,46 0,47 0,15 - - - - TG-C44 0,08 0,07 0,05 - - 0,07 0,07 TG-C46 1,52 1,30 1,18 0,01 0,03 0,62 0,48 TG-C48 21,26 17,69 16,93 - - 8,38 6,48 TG-C50 32,81 27,90 26,29 - 3,54 14,69 11,59 TG-C52 25,19 24,07 23,56 8,89 5,29 20,71 20,24 TG-C54 16,40 26,15 30,45 29,92 35,16 52,27 57,56 TG-C56 0,37 0,71 0,63 61,15 50,86 1,61 1,84 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Komposisi Trigliserida dari Lemak Margarin Hasil Interesterifikasi RBDPS dengan Minyak Kemiri Trigliserida Jumlah

90:10 80:20 70:30 60:40 50:50 40:60 30:70

TG-C34 1,49 0,80 0,52 - - - - TG-C36 2,02 1,37 0,87 - - - - TG-C38 0,85 0,71 0,48 - - - - TG-C44 0,05 0,07 0,05 - - 0,12 0,06 TG-C46 1,51 1,35 1,13 0,04 0,01 0,64 0,46 TG-C48 21,46 19,72 16,33 - - 8,31 6,28 TG-C50 31,16 28,27 24,55 6,11 - 14,21 11,34 TG-C52 24,50 23,83 22,64 - - 20,62 20,21 TG-C54 16,32 23,17 32,49 58,91 57,52 51,07 58,18 TG-C56 - - 0,70 23,89 29,39 1,80 1,85 Universitas Sumatera Utara

4.1.5. Titik Lebur Lemak Margarin Hasil Blending dan Interesterifikasi RBDPS dengan Minyak Kemiri

Titik lebur hasil blending dan interesterifikasi RBDPS dengan minyak kemiri pada berbagai perbandingan dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Data titik lebur lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi pada berbagai perbandingan No Perbandingan RBDPS : Minyak Kemiri Titik Lebur C Blending Interesterifikasi 1 90:10 69 65,5 2 80:20 64,5 63 3 70:30 59,5 59 4 60:40 53 52,5 5 50:50 46 43,5 6 40:60 39 37 7 30:70 33 32,5

4.1.6. Kandungan Lemak Padat SFC Lemak Margarin

Data hasil pengujian nilai kandungan lemak padat SFC hasil blending dan interesterifikasi RBDPS dengan minyak kemiri menggunakan alat pulsed NMR dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, dan 30:70 pada suhu C, 10 C, 15 C, 20 C, 25 C, 30 C, 35 C, dan 40 C. hasilnya dapat dilihat masing- masing pada tabel 4.10 dan tabel 4.11. Tabel 4.10. Data Kandungan Lemak Padat SFC Hasil Blending No RBDPS : Minyak Kemiri Kandungan Lemak Padat C 10 C 15 C 20 C 25 C 30 C 35 C 37,5 C 1 90:10 73,89 70,85 64,48 58,06 49,60 42,42 34,86 32,52 2 80:20 67,45 62,06 56 50,21 43,22 37 30,72 27,83 3 70:30 58,32 52,21 46,57 41,64 35,73 29,97 25,07 22,87 4 60:40 48,93 43,49 38,14 32,30 26,63 22,40 18,97 17,28 5 50:50 39,94 35,17 30,71 25,97 21,34 18,08 14,49 12,95 6 40:60 28,47 25,55 22,72 17,91 14,67 12,34 8,32 5,41 7 30:70 21,63 20,19 17,82 12,57 8,37 5,43 2,43 0,35 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11. Data Kandungan Lemak Padat SFC Hasil Interesterifikasi No RBDPS : Minyak Kemiri Kandungan Lemak Padat C 10 C 15 C 20 C 25 C 30 C 35 C 37,5 C 1 90:10 69,74 64,32 57,82 51,63 44,24 38,08 31,89 29,31 2 80:20 64,85 59,01 52,99 47,24 40,16 35,21 29,32 26,77 3 70:30 58,26 51,96 46,30 41,37 35,55 29,75 24,76 22,59 4 60:40 44,88 40,21 35,76 31,16 26,37 21,65 17,86 15,8 5 50:50 37,15 32,95 27,95 23,36 19,30 15,92 12,99 11,21 6 40:60 27,05 24,31 20,71 16,33 13,55 11,31 7,43 4,21 7 30:70 20,45 19,13 14,38 11,98 9,64 5,37 2,31 0,26

4.2. Pembahasan

4.2.1. Analisis Hasil Pemurnian Minyak Kemiri

Minyak kemiri yang diperoleh dari hasil ekstraksi dimurnikan melalui tahap penghilangan getah degumming menggunakan asam fosfat dan tahap bleaching menggunakan bleaching eart. Minyak kemiri yang diperoleh memiliki warna kuning pucat, dimana sebelumnya warna minyak kemirinya orange kekuningan. Minyak kemiri hasil pemurnian kemudian dianalisis kadar air, asam lemak bebas, bilangan iodin, dan bilangan peroksida. Kadar air minyak kemiri yang diperoleh adalah 0,070 yang menunjukkan bahwa kadar airnya sudah sangat sedikit dan tidak akan mengganggu dalam reaksi. Kadar asam lemak bebas yang diperoleh adalah 0,99 sehingga dari jumlah tersebut minyak kemiri hasil pemurnian sudah dapat dioalah menjadi bahan dasar lemak margarin. Sementara bilangan iodin dan bilangan peroksida dari minyak kemiri hasil pemurnian berturut-turut adalah 138,28 dan 2,39. Dari bilangan iodin dapat diketahui bahwa minyak kemiri hasil pemurnian masih memiliki tingkat ketidakjenuhan yang tinggi, sedangkan dari bilangan peroksida dapat diperoleh bahwa minyak kemiri masih berpotensi rusak karena proses oksidasi. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Komposisi Asam Lemak dan Trigliserida

Ekstraksi minyak kemiri dari buah kemiri yang telah dihaluskan menggunakan pelarut n-heksana diperoleh kandungan minyak sebesar 52. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa minyak kemiri memiliki komposisi asam lemak tak jenuh yang dominan. Diantara ketiga asam lemak tak jenuh yang dominan, asam linoleat memiliki jumlah terbanyak 38,97 diikuti oleh asam oleat 25,61 dan asam linolenat 25. Sementara asam lemak yang paling sedikit jumlahnya adalah asam laurat 0,0104. Komposisi trigliserida dari minyak kemiri dapat dilihat pada tabel 4.2. Trigliserida dengan komposisi terbesar adalah trigliserida dengan susunan asam lemak stearat, linoleat, dan oleat sebesar SLO 21,56, sedangkan trigliserida dengan komposisi terkecil adalah trigliserida dengan susunan asam lemak palmitat, stearat, dan palmitat sebesar PSP 0,29. Dari komposisi trigliserida yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa komposisi trigliserida yang dominan terdiri dari asam- asam lemak yang tak jenuh. Lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi memiliki komposisi asam lemak dan trigliserida yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 yang merupakan data komposisi asam lemak dan trigliserida minyak kemiri dibandingkan dengan data dari tabel 4.5 tabel 4.6 yang merupakan data komposisi asam lemak dan trigliserida dari lemak margarin yang dihasilkan. Sebagai contoh dapat dilihat dari komposisi asam lemak dari lemak margarin hasil interesterifikasi dengan perbandingan 90:10 RBDPS:minyak kemiri. Jumlah asam linoleat yang merupakan asam lemak terbanyak dalam minyak kemiri sebesar 38,99 persentasenya berubah menjadi 9,85 , sedangkan jumlah asam palmitat yang awalnya 58,61 dalam RBDPS berubah menjadi 53,06. Dapat disimpulkan bahwa perubahan komposisi asam lemak terjadi karena terjadinya pertukaran gugus asil antara trigliserida minyak kemiri dengan trigliserida RBDPS. Sementara lemak margarin hasil blending juga memiliki perubahan persentase asam lemak. Sebagai contoh dapat dilihat dari lemak margarin dengan perbandingan 8:2. Perubahan Universitas Sumatera Utara komposisi asam lemak dari lemak margarin juga dipengaruhi oleh banyaknya minyak kemiri yang ditambahkan dalam setiap perbandingan. Semakin banyak minyak kemiri menyebabkan lemak margarin yang dihasilkan memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi. Untuk perubahan komposisi trigliserida dapat dilihat pada lemak margarin hasil interesterifikasi dengan perbandingan 80:20 RBDPS:Minyak Kemiri. Jumlah TG-C50 dari lemak margarin tersebut adalah 27,90 , sedangkan jumlah TG-C50 untuk minyak kemiri dari RBDPS dan minyak kemiri masing-masing adalah 0,64 dan 41,91. Dari persentase tersebut dapat dilihat adanya pertukaran gugus asil pada masing-masing trigliserida dari RBDPS dan minyak kemiri, sehingga dihasilkan lemak margarin bersifat semipadat.

4.2.3. Kandungan Asam Lemak Trans Lemak Margarin

Analisis kandungan asam lemak trans lemak margarin dilakukan sekaligus dengan analisis kandungan asam lemak dari lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi menggunakan Kromatografi Gas Shimazu. Data kandungan TFA total dari lemak margarin hasil blending dan interestrifikasi dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Kandungan TFA Total Lemak Margarin Hasil Blending dan Interesterifikasi pada Berbagai Perbandingan Perbandingan RBDPS: Minyak Kemiri Kandungan TFA Total Blending C 18:1T + C 18:2T +C 18:3T Interesterifikasi C 18:1T +C 18:2T +C 18:3T 90:10 1,97 2,31 80:20 2,29 2,25 70:30 2,36 2,45 60:40 0,74 0,89 50:50 0,86 0,87 40:60 0,17 0,16 70:30 0,14 0,17 Universitas Sumatera Utara Kandungan asam lemak trans lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi tidak jauh berbeda, meskipun kandungan asam lemak trans lemak margarin hasil interesterifikasi lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses interesterifikasi tidak mempengaruhi kualitas lemak margarin yang akan dihasilkan. Asam lemak trans hanya akan sedikit terbentuk pada reaksi interesterifikasi dengan suhu 90 C dalam waktu 90 menit dengan adanya katalis Natrium etoksida karena trans isomer akan terbentuk mulai suhu 110 C. Temperatur yang tinggi akan menghasilkan lebih banyak TFA. Tekanan yang tinggi dari katalis Ni akan mengurangi TFA. Klasifikasi kandungan asam lemak trans : High trans product : 20 TFA Low trans product : 5 TFA minimal trans fat Zero trans product : 0,5 TFA Perryman, et.al., 2006. Struktur molekul asam lemak tak jenuh di alam berbentuk cis dan struktur ini dapat diubah dalam bentuk trans karena proses pemanasan pada suhu yang tinggi. Asam lemak trans sangat ditakuti sebagai pemicu jantung koroner dan penyakit lainnya. Dalam penelitian ini, kandungan asam lemak trans yang diperoleh masih aman dikonsumsi terdapat pada lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi pada perbandingan 30:70 RBDPS:Minyak Kemiri, dimana nilai total TFA-nya masing-masing adalah 0,14 dan 0,17.

4.2.4. Titik Lebur

Analisis titik lebur dari lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8. Dari tabel 4.7 dan 4.8 dapat dilihat bahwa perbandingan RBDPS dan minyak kemiri mempengaruhi titik lebur lemak margarin yang dihasilkan. Bertambahnya volume minyak kemiri menyebabkan menurunnya titik lebur dari lemak margarin. Minyak kemiri yang berwujud cair akan mempengaruhi wujud dari lemak margarin seiring dengan berkurangnya RBDPS yang digunakan. Universitas Sumatera Utara Titik lebur dari lemak margarin hasil blending dengan perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, dan 30:70 masing-masing adalah 69 C; 64,5 C; 59 C; 53 C, 46 C; 39 C; dan 33 C, sedangkan titik lebur lemak margarin hasil interesterifikasi adalah 65,5 C; 63 C; 59 C; 52,5 C; 43,5 C; 37 C; dan 32,5 C. Terjadinya perubahan titik lebur berkaitan dengan adanya pencampuran secara fisik antara RBDPS dengan minyak kemiri dalam proses blending, sedangkan perubahan titik lebur dari lemak margarin hasil interesterifikasi karena adanya penataan ulang molekul-molekul asam lemak dari minyak atau lemak yang semula sehingga titik lebur menjadi berubah .Lemak margarin yang dihasilkan harus padat pada suhu kamar 27 C dan mencair pada suhu tubuh 32-37 C. Lemak margarin hasil interesterifikasi memiliki titik lebur yang lebih rendah dibandingkan lemak margarin hasil blending. Dari ketujuh perbandingan, lemak margarin hasil blending dengan perbandingan 30:70 memiliki titik lebur terendah yaitu 38 C, demikian juga dengan hasil interesterifikasi pada perbandingan 30:70 memiliki titik lebur terendah yaitu 37,5 C. Reaksi interesterifikasi yang melibatkan reaksi pertukaran gugus asil menyebabkan pertukaran yang lebih merata dari struktur RBDPS dan minyak kemiri sehingga dihasilkanlah produk lemak margarin dengan titik lebur yang lebih rendah.

4.2.5. Reaksi Interesterifikasi

Reaksi interesterifikasi dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan katalis Natrium etoksida. Mekanisme reaksi interesterifikasi ini terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah pembentukan ion enolat sebagai zat antara yang bertindak sebagai inisiator pada trigliserida dan tahap kedua adalah adisi inisiator terhadap gugus karboksil dari trigliserida tersebut maupun trigliserida yang lain secara intermolekular dan intramolekular. Adapun mekanisme reaksi interesterifikasi secara intermolekular dapat dilihat pada gambar 4.1, sedangkan mekanisme reaksi interesterifikasi secara intramolekular dapat dilihat pada gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara O C O C O C C H O H 2 C H 2 C O O H R 1 R 2 R 3 O C O C O C - CH O H 2 C H 2 C O O R 2 R 3 R 1 O C O C O C H 2 C H 2 C O O R 2 R 3 O - C H R 1 O C O C O C H 2 C H 2 C O O R 2 R 3 O - C H R 1 - -C 2 H 5 OH - OC 2 H 5 Na + O C O C O C O H 2 C H 2 C O O R 2 R 3 O C O C H 2 C H 2 C O O R 5 R 6 C H C R 1 O - CH 2 R 4 O - O C O C O C O H 2 C H 2 C O O R 2 R 3 O C O C H 2 C H 2 C O O R 5 R 6 C H C R 1 O + CH 2 R 4 O - Universitas Sumatera Utara R 2 H 2 C C O O O C O H 2 C R 3 O C O - O C H R 1 C O CH 2 R 4 O C O H 2 C R 5 O C O H 2 C R 6 R 2 H 2 C C O O O C O H 2 C R 3 O - + O O O C O C H R 1 C C C O H 2 C R 5 O H 2 C R 4 O H 2 C R 6 R 2 H 2 C C O O O C O H 2 C R 3 O C O - H 2 C R 4 C H R 1 C O O O C O R 5 O C O R 6 O O O C C C O O O H 2 C R 4 H 2 C R 2 H 2 C R 3 O O O C C C O O O H - C R 1 H 2 C R 5 H 2 C R 6 + H + Gambar 4.1 Mekanisme Reaksi Pertukaran Ester-Ester secara Intermolekular Sari, 2016. O O O C C C O O O H 2 C R 4 H 2 C R 2 H 2 C R 3 O O O C C C O O O H 2 C R 1 H 2 C R 5 H 2 C R 6 + Universitas Sumatera Utara O O O C C C O O C H H 2 C H 2 C H R 1 R 2 O R 3 - OC 2 H 5 O O O C C C O O CH - H 2 C H 2 C R 1 R 2 O R 3 O C O H C R 1 O O C - O H 2 C R 2 C O H 2 C R 3 O O O C C O - H 2 C O R 3 C H R 1 C O CH 2 -C 2 H 5 OH R 2 O - O O C C O C H H 2 C O R 3 R 1 C O H 2 C R 2 O O O O C C C H H 2 C O R 3 C H O - CH 2 R 1 O O O C C C O O H 2 C CH - H 2 C R 2 R 1 O R 3 H + O O O C C C O O H 2 C H 2 C H 2 C R 2 R 1 O R 3 R 2 Gambar 4.2 Mekanisme Reaksi Pertukaran Ester-Ester secara Intramolekular Sari, 2016 Universitas Sumatera Utara

4.2.6. Kandungan Lemak Padat SFC

Analisis kandungan lemak padat SFC lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi RBDPS dan miyak kemiri dilakukan menggunakan alat pulsed NMR Analizer Bruker NMS 120. Berkurangnya jumlah RBDPS dan bertambahnya jumlah minyak kemiri menyebabkan menurunnya nilai kandungan lemak padat dari lemak margarin yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan lemak padat berbanding lurus dengan titik lebur. Nilai kandungan lemak padat SFC lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi menunjukkan hasil yang berbeda. Lemak margarin hasil interesterifikasi memiliki nilai kandungan lemak padat yang lebih rendah dibandingkan lemak margarin hasil blending. Adanya katalis Natrium etoksida menyebabkan adanya pertukaran gugus asil antar trigliserida baik secara intermolekular atau maupun intramolekular, sehingga lemak margarin yang dihasilkan lebih padu dan memiliki titik lebur yang lebih rendah. Lemak margarin hasil penelitian yang memiliki kandungan lemak padat yang paling sesuai sebagai bahan lemak margarin hasil blending dan interesterifikasi dengan perbandingan RBDPS: minyak kemiri di 30:70 dengan nilai SFC masing- masing untuk blending dan interesterifikasi pada suhu 35 C adalah 2,43 dan 2,31. Nilai minimum SFC untuk lemak margarin pada suhu 35 C adalah dibawah 5. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perbandingan antara RBDPS dengan minyak kemiri untuk menghasilkan lemak margarin baik metode blending maupun interesterifikasi ditinjau dari nilai SFC dan TFA total adalah 30:70 vv, dimana nilai SFC lemak margarin hasil blending sebesar 2,43 pada suhu 35 C dengan jumlah TFA total sebesar 0,14, sedangkan lemak margarin hasil interesterifikasi diperoleh nilai SFC nya sebesar 2,31 pada suhu 35 C dengan persentase TFA total sebesar 0,17 2. Dari hasil penelitian yang diperoleh, perubahan kandungan asam lemak trans TFA oleat C18:1T, linoleat C18:2T, dan linolenat C18:3T lemak margarin hasil interesterifikasi dibandingkan dengan blending tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa baik metode blending dan interesterifikasi akan menghasilkan lemak margarin dengan kandungan asam lemak trans TFA yang masih aman dikonsumsi. 3. Dari hasil penelitian diperoleh perubahan komposisi trigliserida pada proses interesterifikasi dibandingkan dengan blending pada perbandingan 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, dan 30:70. Pertukaran gugus asil terjadi sesuai dengan jumlah minyak yang lebih dominan. Jika RBDPS lebih banyak dari minyak kemiri maka trigliserida yang lebih banyak bertukar adalah trigliserida rantai pendek, sedangkan jika minyak kemiri lebiah banyak, maka trigliserida yang lebih banyak bertukar adalah trigliserida rantai panjang. Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran