17 2.
Memikat Intrigue Jika kejutan berangkat dari sebuah harapan, Intrigue campaign mencoba
membangkitkan rasa ingin tahu pelanggan, apa saja yang memikat pelanggan. Namun, daya pikat ini tergantung dari acuan yang dimiliki oleh
setiap pelanggan. Terkadang apa yang dapat memikat seseorang dapat menjadi sesuatu yang membosankan bagi orang lain, tergantung pada
tingkat pengetahuan, kesukaan, dan pengalaman pelanggan tersebut. 3.
Provokasi Provocation Provokasi dapat menimbulkan sebuah diskusi, atau menciptakan sebuah
perdebatan. Provokasi dapat beresiko jika dilakukan secara tidak baik dan agresif.
2.1.3 Pemasaran Emosional
Emosional adalah pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang dan bersifat subjektif seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, dan
sebagainya. Pembelian yang didasari motivasi emosional terjadi pada saat proses penyeleksian barang dan jasa, didasari oleh alasan yang subjektif dan pribadi,
seperti misalnya kebanggaan, ketakutan, afeksi atau status. Pemasaran emosional merupakan strategi pemasaran yang dirancang berdasarkan keinginan membeli
konsumen untuk dapat mengekspresikan emosi dan perasaannya Kartajaya, 2004:14.
Perasaan disini sangatlah berbeda dengan kesan sensorik karena hal itu berkaitan dengan suasana hati dan emosi jiwa seseorang. Ini bukan sekedar
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
18 menyangkut keindahan, tetapi suasana hati dan emosi jiwa yang mampu
membangkitkan kebahagiaan atau bahkan kesedihan Andreani, 2007:2. Menurut Schmitt dalam Rini 2009:3 menyatakan bahwa perasaan
berhubungan dengan perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan. Iklan yang bersifat feel good biasanya digunakan untuk membuat hubungan dengan
pelanggan, menghubungkan pengalaman emosional mereka dengan produk atau jasa, dan menantang pelanggan untuk bereaksi terhadap pesan feel campaign
sering digunakan untuk membangun emosi pelanggan secara perlahan. Ketika pelanggan merasa senang terhadap produk yang ditawarkan perusahaan,
pelanggan akan menyukai produk dan perusahaan. Sebaliknya, ketika pelanggan merasa tidak senang terhadap produk yang ditawarkan perusahaan, maka
konsumen akan meninggalkan produk tersebut dan beralih kepada produk lain. Jika sebuah strategi pemasaran dapat mencipktakan perasaan yang baik secara
konsisten bagi pelanggan, maka perusahaan dapat menciptakan loyalitas merek yang kuat dan bertahan lama.
Menurut Schmitt dalam Rini 2009:3, yakni Affective experience adalah tingkat pengalaman yang merupakan perasaan yang bervariasi dalam intensitas,
mulai dari perasaan yang positif atau pernyataan mood yang negatif sampai emosi yang kuat. Jika pemasar bermaksud untuk menggunakan affective experience
sebagai bagian dari strategi pemasaran, maka ada dua hal yang harus diperhatikan dan dipahami, yaitu:
1. Suasana hati moods, Moods merupakan affective yang tidak spesifik.
Suasana hati dapat dibangkitkan dengan cara memberikan stimulus yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
19 spesifik. Suasana hati merupakan keadaan afektif yang positif atau negatif.
Suasana hati seringkali mempunyai dampak yang kuat terhadap apa yang diingat konsumen dan merek apa yang mereka pilih.
2. Emosi emotion, lebih kuat dibandingkan suasana hati dan merupakan
pernyataan afektif dari stimulus yang spesifik, misalnya marah, iri hati, dan cinta. Emosi-emosi tersebut selalu disebabkan oleh sesuatu atau
seseorang orang, peristiwa, perusahaan, produk, atau komunikasi. Menurut Berndt Schmitt dalam Kartajaya 2006:10 bahwa di era ini
sangatlah penting menyentuh panca indra pelanggan. Untuk itu, pemasar haruslah dapat mengidentifikasi bagaimana produk atau servis mereka dapat menyentuh
emosi pelanggan.
2.1.4 Pemasaran Spiritual