mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua
mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya. putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel bakal buah. bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau
pohon. bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja dalam satu pohon. bunga melakukan penyerbukan silang, karena
umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya Radi, 1998.
c. Buah
Buah sejati berganda agregat fruit yakni buah yang berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. buah memiliki duri sisik
halus. apabila sudah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman Radi, 1998.
d. Biji
Berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. jumlah
biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20 - 70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi Radi, 1998.
e. Pohon
Memiliki model Troll, ketinggian mencapai 8 - 10 meter, dan diameter batang 10 - 30 cm Radi, 1998.
2.1.5 Kandungan Kimia
Daun sirsak mengandung alkaloid, tanin, dan beberapa kandungan kimia lainnya termasuk annonaceous acetogenins. Annonaceous acetogenins merupakan
senyawa yang memiliki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik adalah senyawa
Universitas Sumatera Utara
yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker Mardiana, 2011.
2.1.6 Khasiat Tumbuhan
Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak. Selain untuk
pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat,
gatal-gatal, bisul, flu, dan lain-lain Mardiana, 2011.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Ditjen
POM, 2000. Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995.
Farmakope Indonesia menetapkan bahwa cairan penyari untuk ekstraksi adalah air, etanol, dan etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat
tradisional masih terbatas pada penggunaan penyari air, etanol, atau etanol-air Ditjen POM, 1986.
2.2.1. Metode-Metode Ekstraksi
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari 2 cara, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Cara dingin Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari:
a. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.
b. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
penetesanpenampungan ekstrak, terus-menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat.
2. Cara panas Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas terdiri dari:
a. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Universitas Sumatera Utara
c
. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar 40-50
o
C. d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit.
e. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama 30 menit dan temperatur
sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
2.3 Sistem Imun
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh, baik manusia maupun hewan, yang mempunyai kemampuan mengenal suatu benda asing terhadap tubuh
dan selanjutnya tubuh akan memberikan respon dalam bentuk netralisasi, melenyapkan atau memasukkan dalam proses metabolisme dengan akibat dapat
menguntungkan dirinya atau menimbulkan kerusakan bagi jaringan tubuhnya Subowo,1993.
Semua makhluk hidup vertebrata mampu memberikan tanggapan dan menolak benda-benda atau konfigurasi yang dianggap asing oleh tubuhnya.
Kemampuan ini disebabkan oleh sel-sel khusus yang mampu mengenali dan membedakan konfigurasi asing non-self dari konfigurasi yang berasal dari
tubuhnya sendiri self. Sel khusus tersebut adalah limfosit yang merupakan sel imunokompeten dalam sistem imun. Konfigurasi asing tersebut dinamakan
Universitas Sumatera Utara
antigen atau imunogen, sedangkan proses serta fenomena yang menyertainya dinamakan respon imun Subowo, 1993.
Tahap awal mekanisme tubuh dalam mengenal molekul asing adalah tahap pengenalan. Ada 2 sistem pertahanan tubuh yang berperan dalam hal ini, yaitu:
Handojo, 2003. 1. Sistem pertahanan tubuh alamiah innate immune system, yang dibawa
sejak lahir. Komplemen memegang peranan penting dalam mengenal jasad mikroorganisme tertentu dan segera menghancurkannya.
2. Sistem pertahanan tubuh yang didapat adaptive immune system, dalam hal ini antibodi memegang peranan utama. Dalam mengenal molekul asing
yang masuk ke dalam tubuh reseptor dibentuk dengan cara menyatukan beberapa segmen dari gen sehingga terbentuk suatu reseptor yang spesifik
untuk molekul tertentu. Bila sistem imun bekerja pada zat yang diangap asing, maka ada dua jenis
respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon
imun spesifik Kresno, 2001. 2.3.1 Imunomodulator
Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meregulasi sistem imun dengan tujuan menormalkan atau membantu mengoptimalkan sistem imun.
Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Imunomodulator dapat dibagi menjadi 2, yaitu imunostimulator dan
imunosupresor.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.1 Imunostimulator
`Imunostimulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan respon imun. Imunostimulator dapat mereaktivasi sistem imun dengan berbagai cara seperti
meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, NK-cells dan makrofag serta melepaskan interferon dan interleukin
Tan dan Rahardja, 2007.
2.3.1.2 Imunosupresor
Imunosupresor adalah senyawa yang dapat menurunkan respon imun. Imunosupresor mampu menghambat traskripsi dari sitokin dan memusnahkan sel
T. Imunosupresor dapat dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu agen alkilasi, tiopurin, antimetabolit, produk fungi misalnya siklosporin, dan golongan kortikosteroid
Tan dan Rahardja, 2007.
2.4 Darah