memiliki granul yang serupa, tetapi inti sel basofil mengalami segmentasi, sedangkan inti sel mast berbentuk bulat atau oval Vanteenhouse, 2006. Jumlah
basofil dalam sirkulasi hanya sedikit, sekitar 0,4 dari jumlah leukosit Kresno, 1988; Vansteenhouse, 2006. Sel basofil mengandung granul kasar yang bewarna
biru bila diwarnai dengan zat warna basa dan bewarna terang bila diwarnai dengan zat warna metakromatik. Sel yang mirip basofil sangat banyak dijumpai
dalam jaringan kulit, mukosa saluran nafas dan jaringan ikat. Sel-sel ini disebut mastisit yang mengandung histamin dalam granulnya dan bertanggung jawab
terhadap terjadinya reaksi alergi atau hipersensitivitas. Basofil dalam sirkulasi dan basofil dalam jaringan mempunyai fungsi dan sifat biokimia yang serupa Kresno,
1988.
e. Monosit
monosit dalam darah pada keadaan normal hanya berada dalam jumlah terbatas. Secara umum, monosit merupakan jenis leukosit berukuran terbesar
dalam darah Campbell, 2004. Jumlah monosit hanya sekitar 5 dari jumlah total leukosit. Monosit berukuran besar dan memiliki nucleus tunggal serta
memiliki granular sitoplasma yang sedikit Kresno, 1988. Monosit biasnya berukuran lebih besar dari limfosit dan neutrofil Vansteenhouse, 2006. Monosit
berasal dari sel induk yang sama dengan granulosit. Sel ini mengalami maturasi di dalam sumsum tulang, berada dalam sirkulasi sebentar kemudian masuk ke dalam
jaringan dan menjadi magrofag Kresno, 1988; Vansteenhouse, 2006. Monosit yang telah tumbuh menjadi magrofag mampu bergerak, melakukan fagositosis,
mensekresi enzim, mengenal partikel dan melakukan interaksi yang kompleks dengan imunogen dan komponen seluler maupun humoral sistem imun Kresno,
Universitas Sumatera Utara
1988. Menurut Campbell 2004, monosit memiliki kemampuan untuk menelan dan mendegradasi mikroorganisme dan sel-sel abnormal. Monosit juga berperan
dalam regulasi respon imun dan mielopoiesis. Proses fagositosis monosit bekerja sam dengan neutrofil di jaringan untuk mengeliminasi agen infeksi Guyton dan
Hall, 2007.
f. Limfosit
limfosit tersebar dalam nodul limfe, dapat juga dijumpai dalam jaringan limfoid, seperti limpa, daerah submukosa dari traktus gastrointestinal dan sumsum
tulang Guyton dan Hall, 2007. Jumlah limfosit sekitar 30 dari jumlah total sel darah putih. Pada umumnya peningkatan jumlah limfosit didahului dengan
kejadian peningkatan jumlah neutrofil. Kondisi tersebut biasanya ditemukan pada keadaan stress dan infeksi kronis. Penurunan jumlah limfosit berhubungan dengan
infeksi virus dan pemberian obat imunosupresan Meyer, dkk., 1992. Menurut Raskin 2000, peningkatan jumlah limfosit limfositosis dapat
terjadi karena induksi epinefrin, penyakit infeksius dan neoplasia, sedangkan penurunan jumlah limfosit limfopenia dapat terjadi karena induksi
kortikosteroid, penyakit infeksius, kerusakan pada sistem limfatik, kongenital dan mastositosis mastositemia.
Limfosit mempunyai inti yang bulat atau inti yang agak berlekuk dengan tanpa kondensasi kromatin yang berubah-ubah atau tetap. Sitoplasma limfosit
membentuk lingkaran yang sempit dan berwarna sangat biru. Limfosit beredar secara ekstensif sehingga mengakibatkan pertukaran secara terus menerus antara
limfosit yang ada di dalam jaringan, cairan limfe dan sirkulasi darah Kresno, 1988. Aktivitas imunologik umumnya terjadi di luar sirkulasi darah. Namun
Universitas Sumatera Utara
demikian, respons imunologik kadang-kadang menyebabkan perubahan yang khas pada limfosit yang beredar dalam sirkulasi darah. Limfosit berfungsi dalam
pembentukan antibody Coles, 1986.
2.5 Prednison