Komponen-komponen utama yang mengalami breakdown pada sistem produksi sterilizer di PT. Pancakarsa Bangun Reksa dapat dilihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.4. Komponen Utama Mengalami Breakdown Pada Proses Produksi Sterilizer
No Nama mesin
Kode Komponen
A Cutting Torch
A-1 Nozzle
A-2 Swirl Baffle
A-3 Shield cup
B Rolling
B-1 Cool Feeding
B-2 Roll Former
C Mesin Las Listrik
C-1 Mosfet
C-2 IGBT
C-3 Selenoid Valve
C-4 Fan
C-5 Trafo Switching
D Drilling
D-1 Drill chuck
D-2 V-block
D-3 Scriber
D-4 T-bolt
E Shanding master
E-1 Solonoid Fuld
E-2 Bearing Bushing
5.2.2.4. Pendeskripsian Fungsi Sistem dan Kegagalan Sistem
Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi dilakukan dengan memberikan kode terhadap fungsi dan kegagalan fungsi, dimana angka pertama
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan nama unit proses, angka kedua menunjukkan fungsi unit proses dan angka ketiga menunjukkan kegagalan fungsi unit proses.
Tabel 5.5. Fungsi dan Kegagalan Fungsi Sistem
No. Fungsi No. Kerusakan Fungsi
Uraian FungsiKegagalan Fungsi 1.1
Proses pemotongan 1.1.1
Pemotongan masih tidak sesuai dengan harapan 1.1.2
Ukurang potongan plat masih tidak sesuai 1.2
Melakukan pengerollan 1.2.1
Proses pengerollan tidak sempurna 1.3
Melakukan proses pengeboran 1.3.1
Lubang masih tidak sesuai dengan harapan 1.4
Melakukan proses pengelasan 1.4.1
Terjadi kesalahan pada material saat pengelasan 1.4.2
Plat masih terdapat gundulan 1.5
Melakukan proses penghalusan 1.5.1
Terdapat bagian yang tidak halus pada badan
Dari fungsi dan kegagalan fungsi sistem yang telah dibuat pada Tabel 5.5 dapat dibuat matrix kegagalan fungsi. Matrix kegagalan fungsi sistem produksi
sterilizer dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Matrix Kegagalan Fungsi Sistem Produksi Sterilizer
Subsistem No. Kegagalan Fungsi
1.1.1 1.1.2
1.2.1 1.3.1
1.4.1 1.4.2
1.5.1 Cutting torch
X X
Rolling X
Mesin las listrik X
Drilling X
X Shanding Master
X
5.2.2.5. Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis FMEA
FMEA menggambarkan tingkat keseringan kejadiaan kerusakan, keparahan dan tingkat deteksi kerusakan yang dinyatakan dengan nilai RPN Risk
Priority Number. Berdasarkan tabel tersebut dan hasil wawancara dengan operator dan supervisor maka dapat dijelaskan nilai occurrence, severity, dan
detection sebagai berikut: 1.
Pada part Nozzle diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan part tersebut 5 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 2 karena memiliki
kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 7 karena menyebabkan pengurangan fungsi utama.
2. Pada part Swirl Baffle diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan
part tersebut 6 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 2 karena memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 8
karena menyebabkan kehilangan fungsi utama.
Universitas Sumatera Utara
3. Pada part Shield Cup diberikan nilai occurrence 2 karena tingkat kerusakan
part tersebut 4 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 2 karena memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 8
karena menyebabkan kehilangan fungsi utama. 4.
Pada part Cool Feeding diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan part tersebut 7 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 3 karena
memiliki kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 7 karena menyebabkan pengurangan fungsi utama.
5. Pada part Roll Former diberikan nilai occurrence 4 karena tingkat kerusakan
part tersebut 10 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 4 karena memiliki kesempatan yang cukup tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 10
karena menyebabkan mesin tidak berfungsi sama sekali. 6.
Pada part Mosfet diberikan nilai occurrence 4 karena tingkat kerusakan part tersebut 11 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 6 karena memiliki
kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 10 karena menyebabkan mesin tidak berfungsi sama sekali.
7. Pada part IGBT diberikan nilai occurrence 5 karena tingkat kerusakan part
tersebut 15 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 6 karena memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 10 karena
menyebabkan mesin tidak berfungsi sama sekali. 8.
Pada part Selenoid Valve diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan part tersebut 8 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 3
Universitas Sumatera Utara
karena memiliki kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 7 karena menyebabkan mesin mengalami pengurangan fungsi utama.
9. Pada part Fan diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan part
tersebut 8 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 2 karena memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 8 karena
menyebabkan mesin kehilangan fungsi utama. 10.
Pada part Trafo Switching diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan part tersebut 9 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 2
karena memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 7 karena menyebabkan mesin mengalami penurunan fungsi utama.
11. Pada part Drill Chuck diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan
part tersebut 8 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 2 karena memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 7
karena menyebabkan mesin mengalami penurunan fungsi utama. 12.
Pada part V-Block diberikan nilai occurrence 4 karena tingkat kerusakan part tersebut 10 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection karena memiliki
kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 9 karena kesempatan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk terdeteksi.
13. Pada part Scriber diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan part
tersebut 7 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 3 karena memiliki kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 7 karena menyebabkan
mesin mengalami penurunan fungsi utama.
Universitas Sumatera Utara
14. Pada part T-Bolt diberikan nilai occurrence 3 karena tingkat kerusakan part
tersebut 6 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 2 karena memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 7 karena
menyebabkan mesin mengalami penurunan fungsi utama. 15.
Pada part Solonoid Fuld diberikan nilai occurrence 2 karena tingkat kerusakan part tersebut 4 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 2
karena memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi, nilai severity 7 karena menyebabkan mesin mengalami penurunan fungsi utama.
Universitas Sumatera Utara
16. Pada part Bearing Bushing diberikan nilai occurrence 4 karena tingkat
kerusakan part tersebut 11 kali per 7200 jam penggunaan, nilai detection 6 karena kesempatan yang rendah untuk terdeteksi, nilai severity 10 karena
menyebabkan mesin tidak berfungsi sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Failure Mode and Effect Analysis FMEA
No Parts Failure Mode
Occ Failure Cause Det Failure Effect
Sev RPN 1
Nozzle Tali Penghubung
Putus 3
Masa pakai habis 2 Mesin tidak bisa
beroperasi 7
42
2 Swirl
Baffle Tidak dapat menahan
beban listrik 3
Overheated, Sambungan
terputus 2
Jadwal produksi terganggu
8 48
3 Shield
Cup Tidak dapat enahan
gesekan terlalu tinggi 2
Tabung pecah 2
Downtime meningkat
8 32
4 Coll
Feeding Tidak dapat menahan
putaran yang terlalu cepat
3 Koefisien gesek
tinggi, pelumas kurang
3 Mesin terhenti
bekerja 7
63
5 Roll
Former Tidak dapat menahan
plat yang terlalu tebal 4
Beban plat yang tidak sesuai
4 Jadwal produksi
perusahaan terhambat
10 160
6 Mosfet
Tali penggerak putus 4
Koefisien gesek tinggi
6 Waktu downtime
meningkat 10
240 7
IGBT Tali Penghubung
5 Overheated
6 Mesin tidak bisa 10
300
Universitas Sumatera Utara
Putus beroperasi optimal
8 Selenoid
Valve Tabung bocor
3 Overload
3 Jadwal produksi
tertunda 7
63
9. Fan
tidak dapat menahan putaran yang terlalu
tinggi 3
Tali penggerak putus
2 Mesin terhenti
8 48
10 Trafo
switching Tidak dapat menahan
daya energi terlalu tinggi
3 Overheated
2 Waktu Downtime
meningkat 7
42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Failure Mode and Effect Analysis FMEA Lanjutan
No Parts Failure Mode
Occ Failure Cause Det Failure Effect
Sev RPN 11
Drill Chuck
Cengkraman tidak berfungsi dengan baik
3 Kurangnya
pelumas 2
Mesin tidak dapat berfungsi dengan
baik 7
42
12 V-block Tidak dapat menahan
beban plat dengan baik
4 Kurangnya
pelumas mesin 3
Mesin tidak dapat bekerja dengan
maksimal 9
108 13 Scriber
Scriber tidak berfungsi dengan baik
3 Sudah habis
pakai 3
Jadwal produksi terganggu
7 63
14 T-bolt T-bolt tidak berfungsi
dengan baik 3
Kurangnya pelumas yang
digunakan 2
Mesin tidak beroperasional
dengan baik 7
42
15 Solonoid
fuld Solonoid Fuld bekerja
tidak stabil 2
Korosi, Pemasangan
yang tidak sesuai 2
Mesin dihentikan 7
28
16 Bearing
bushing Tidak dapat menahan
putaran yang terlalu tinggi
4 Koefisien gesek
tinggi 6
Waktu downtime meningkat
10 240
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.6. Logic Tree Analysis LTA