keahliannya didapat secara turun temurun tanpa adanya jaminan kesehatan terhadap keahlian yang dimilikinya.
C. Bentuk Penyelesaian Sengketa yang Timbul antara Konsumen dan Ahli Tukang Gigi
Sengketa konsumen adalah sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha publik atau privat tentang produk konsumen, barang danatau jasa
konsumen tertentu.
130
1. Pihak konsumen yang bersengketa harus merupakan konsumen akhir,
seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 Undang - Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan apakah suatu sengketa termasuk dalam sengketa konsumen dalam Undang -
Undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 :
2. Produk yang disengketakan haruslah merupakan produk konsumen
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsumen yang dimaksud dalam Undang - Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 ini
merupakan konsumen akhir, yaitu konsumen yang menggunakan barang consumer goods dengan maksud memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri,
keluarga, danatau rumah tangganya.
131
Oleh karena itu, yang bersengketa hanyalah konsumen akhir dan yang disengketakan adalah consumer goodproduk konsumen yang digunakan oleh
konsumen. Yang dimaksud dengan produk konsumen adalah “ barang danatau
130
Az Nasution, Op Cit, hal 38
131
Sidharta, Op Cit, hal 33
Universitas Sumatera Utara
jasa yang umumnya dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan diri, keluarga, danatau rumah tangga konsumen ”.
132
Sengketa konsumen dalam pelayanan jasa ortodonti dapat diselesaikan melalui dua 2 cara penyelesaian, yaitu penyelesaian sengketa secara damai atau
penyelesaian melalui lembaga atau instansi yang berwenang.
133
Penyelesaian sengketa konsumen berdasarkan pilihan sukarela pada pihak yang bersengketa.
134
1. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Non Litigasi
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah pilihan alternatif untuk para pihak apabila para pihak yang menghadapi sengketa konsumen ingin
menyelesaikan sengketa yang dihadapinya. Pasal 47 Undang - Undang Perlindungan Konsumen mendefinisikan penyelesaian sengketa diluar Pengadilan
Sebagai berikut : “ Penyelesaian sengketa diluar pengadilan diselenggarakan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali
atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen”
135
a. Penyelesaian Sengketa Damai
Adapun bentuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan non litigasi yakni :
Penyelesaian sengketa secara damai merupakan penyelesaian sengketa antara para pihak, dengan atau tanpa kuasapendamping bagi masing - masing
132
Ibid, hal 229-230
133
Ibid, hal 232
134
Indonesia c, Undang - Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No.42 Tahun 1999, TLN No.3821, Pasal 45 ayat 2
135
Indonesia c, Undang - Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No.42 Tahun 1999, TLN No.3821, Pasal 47
Universitas Sumatera Utara
pihak melaui cara - cara damai. Cara damai dapat dilakukan dengan cara musyawarah atau mufakat para pihak. Cara penyelesaian sengketa dengan cara
damai ini diusahakan agar mudah, murah, dan relatif lebih cepat. Dasar hukum penyelesaian ini terdapat dalam Kitab Undang - Undang Hukum Perdata Pasal
1851 - 1854 tentang perdamaiandading dan dalam Undang - Undang Perlindungan Konsumen Pasal 45 ayat 2 jo. Pasal 47.
136
Di dalam Hukum Perdata dan Undang - Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 telah dituangkan agar penyelesaian sengketa konsumen antara
tukang gigi dan pengguna jasa tukang gigi dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Namun umumnya musyawarah mufakat dapat dilakukan melalui
negosiasi artinya tukang gigi bertanggung jawab apabila ada keluhan dari konsumen, misalnya behel yang dipasang menimbulkan kerusakan baik yang
ringan maupun berat. Pada kerusakan yang ringan tukang gigi dapat memberikan perawatan secara gratis kepada konsumen apabila bracket yang menempel pada
gigi tidak memenuhi secara prosedural dalam hal pemasangan seperti longgar atau lem yang dipakai untuk merekatkan kawat pada bracket tidak sesuai dalam
pemasangannya, sedangkan kerusakan yang berat tukang gigi bertanggung jawab mengobati konsumen sampai pulih apabila menimbulkan pendarahan dan
pembengkakan pada gigi dan mulut setelah dipasangi behel.
137
Penyelesaian sengketa damai ini dilakukan kepada kedua belah pihak antara tukang gigi dan konsumen sebagai pengguna jasa tukang gigi dalam
pemasangan behel dengan cara melalui negosiasi untuk mendapatkan atau
136
Az Nasution, Op Cit, hal 233
137
http:www.tribunnews.comkesehatan20130701bagus-mana-kualitas-gigi-palsu- buatan-tukang-gigi-atau-dokter diunduh pada tanggal 23 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kepentingan yang telah direncanakan sebelumnya dimana hal tersebut disediakan atau dimiliki oleh orang lain sehingga konsumen memerlukan
negosiasi untuk mendapatkan yang diinginkan berupa kompensasi ganti rugi pengobatan secara gratis akibat kerusakan yang terjadi pada gigi dan mulut yang
dimiliki oleh konsumen setelah dipasangi behel. Negosiasi ini dibuat sebagai bukti tukang gigi bertanggung jawab atas segala tindakan didalam pemasangan
behel.
138
1. Negoisasi memberi peluang yang sangat luas bagi para pihak untuk
menentukan pilihannya Negosiasi merupakan bagian dari proses penyelesaian sengketa secara
kompromi antara kedua belah pihak dengan tujuan pemecahan masalah bersama. penyelesaian sengketa damai melalui negosiasi ini memiliki beberapa kelebihan
yakni :
2. Tidak bergantung pada hukum tertulis
3. Dapat memberikan ruang bagi para pihak untuk bisa menang secara
bersama - sama 4.
Semua pihak memperoleh kesempatan untuk menjelaskan persoalan dalam proses negoisasi
139
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan ini dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau tindakan tertentu
yang menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak terulang kembali kerugian yang diderita konsumen.
140
138
http:www.ahmadzakaria.netblog20070502negosiasi-suatu-penantar-teori- praktiscomment-page-1 diunduh pada tanggal 22 Maret 2016
Untuk memenuhi tujuan tersebut maka diperlukan
139
http:www.academia.edu6362402MODEL_ALTERNATIF_PENYELESAIAN_SEN GKETA_DAN_NEGOISASI diunduh pada tanggal 21 Maret 2016 12.30 WIB
140
Indonesia c, Undang - Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No.42 Tahun 1999, TLN No.3821, Pasal 47
Universitas Sumatera Utara
adanya jaminan pemulihan kesehatan dari pelaku usaha khususnya tukang gigi bahwa perilaku yang merugikan konsumen itu tidak akan terjadi lagi.
141
b. Penyelesaian Sengketa Melalui BPSK Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Penyelesaian sengketa ini adalah penyelesaian sengketa melalui peradilan
umum atau melalui lembaga khusus yang dibentuk oleh UU, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.
142
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ini dibentuk disetiap daerah tingkat II dan menyelesaikan sengketa di
luar Pengadilan dengan cara konsiliasi, mediasi, dan arbitrasi. Setiap keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK bersifat final dan mempunyai
kekuatan yang mengikat para pihak yang bersengketa. Meskipun keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK bersifat final dan mengikat, para pihak
yang tidak setuju atas putusan tersebut dapat mengajukan keberatan pada Pengadilan Negeri untuk dihapus. Walaupun Undang - Undang Perlindungan
Konsumen No. 8 tahun 1999 hanya memberikan hak kepada pihak yang merasa tidak puas untuk mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung MA, namun peluang
untuk mengajukan kasasi terbuka bagi setiap pihak dalam perkara.
143
Rumusan pengertian Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK sebagai badan yang membantu upaya pengembangan perlindungan konsumen
seperti disebut dalam penjelasan Pasal 1 angka 12 Undang - Undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 adalah pengertian yang luas. Sudah tentu hal ini
141
Az Nasution, Op Cit, hal 235
142
Ibid, hal 235-236
143
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op Cit, hal 78-79
Universitas Sumatera Utara
sangat menguntungkan konsumen. Hal tersebut memperlihatkan kesungguhan pemerintah untuk memberdayakan konsumen dari kedudukan yang sebelumnya
berada pada pihak yang lemah tatkala berhadapan dengan pelaku usaha yang memiliki bargaining position yang sangat kuat dalam aspek sosial, ekonomi, dan
bahan psikologis.
144
Tata cara penyelesaian sengketa konsumen oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen jo. Kepmenperindag No. 350MPP122001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Pada prinsipnya hubungan hukum antara pelaku usaha khususnya tukang gigi dengan konsumen adalah hubungan hukum keperdataan. Ini berarti bahwa
tiap perilaku yang merugikan konsumen harus diselesaikan secara perdata. Namun pada Pasal 45 ayat 3 Undang - Undang perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999
terdiri dari sanksi administratif, sanksi pidana pokok, dan sanksi pidana tambahan. Sesungguhnya untuk mendapatkan perlakuan hukum bagi konsumen telah
diatur secara umum didalam Kitab Undang - Undang Hukum Perdata. Dalam kitab tersebut pada intinya dikatakan bahwa siapa saja yang melakukan perbuatan
melawan hukum dan menimbulkan kerugian maka wajib mengganti kerugian. Namun khusus bagi konsumen yang dirugikan belum cukup maka dengan
Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK ini, konsumen mendapatkan perlindungan yang komprehensif di dalam tatanan hukum Indonesia.
144
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op Cit hal 21
Universitas Sumatera Utara
Proses penyelesaiannya pun diatur sangat sederhana dan sejauh mungkin dihindari suasana yang formal.
145
Undang-undang Perlindungan Konsumen menentukan apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui
pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa hal ini ditegaskan dalam Pasal
45 ayat 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen.
146
a. Tahap Pengajuan Gugatan
Proses beracara di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dibagi dalam beberapa tahap yang dimulai dari tahap pengajuan gugatan sampai pada tahap
keputusan dan atau eksekusi putusan.
Konsumen yang dirugikan dapat mengajukan permohonan penyelesaian sengketa konsumen kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang
terdekat dengan tempat tinggal konsumen. Permohonan dapat dilakukan oleh konsumen yang dirugikan sendiri atau kuasanya atau ahli waris yang
bersangkutan jika konsumen telah meninggal dunia, sakit atau telah berusia lanjut sehingga tidak dapat mengajukan permohonan sendiri baik secara tertulis maupun
lisan, atau konsumen belum dewasa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
145
Setiawan, Produsen atau Konsumen: Siapa Dilindungi Hukum, makalah pada seminar “Damai Pemasaran antara Pengusaha dan Konsumen, diselenggarakan Asosiasi Manajer Indonesia
bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ilmu Kepolisian Indonesia ISIK, di Jakarta, 27 Juni 1992. Pada uraiannya, Setiawan sepertinya ingin mengatakan bahwa konsumen dapat dilindungi dengan
instrumen hukum pokok, dalam hal ini instrumen hukum perdata betapa pun minimnya.
146
Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut UUPK Teori dan Praktek Penegakan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003 hal. 29
Universitas Sumatera Utara
yang berlaku terhadap orang asingwarga negara asing.Hal ini berdasarkan pada Pasal 15 ayat 2 dan 3 Kepmenperindag No. 350MPP122001.
147
Permohonan yang diajukan secara tertulis, kepada sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, selanjutnya sekretariat Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen akan memberikan tanda terima kepada pemohon. Berdasarkan Pasal 16 Kepmenperindag No. 350MPP122001 Penyelesaian
sengketa konsumen secara tertulis hendaknya melampirkan dokumen mengenai:
148
1. Nama dan alamat lengkap dokumen atau ahli warisnya atau kuasanya yang
disertai dengan bukti diri. 2.
Nama dan alamat lengkap pelaku usaha 3.
Barang danatau jasa yang diadukan 4.
Bukti perolehan bon, faktur, kwitansi, dan dokumen bukti lain bila ada 5.
Keterangan tempat, waktu dan tanggal diperoleh barang danatau jasa tersebut
6. Saksi yang mengetahui barang danatau jasa tersebut diperoleh
7. Foto-foto barang dan kegiatan pelaksanaan jasa bila ada
Permohonan yang diajukan secara lisan, maka sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen akan mencatat permohonan tersebut dalam
sebuah formulir yang disediakan secara khusus, dan dibubuhi tanggal dan nomor registrasi. Apabila permohonan ternyata tidak lengkap tidak sesuai dengan Pasal
16 Kepmenperindag No. 350MPP122001 atau permohonan bukan merupakan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, maka Ketua Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen menolak permohonan tersebut. Jika permohonan memenuhi pensyaratan dan diterima, maka Ketua Badan
147
Lihat Pasal 15 ayat 2 SK, Kepmenperindag No. 350MPP122001
148
Lihat Pasal 16 SK, Kepmenperindag No. 350MPP122001
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian Sengketa Konsumen harus memanggil pelaku usaha secara tertulis disertai dengan kopi permohonan konsumen, selambat-lambatnya 3 hari kerja
sejak diterimanya permohonan.
149
Namun dalam hal permohonan bantuan oleh Lembaga Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kepada penyidik untuk memanggil pelaku
usaha secara paksa ini, pada umumnya tidak dipatuhi oleh penyidik, karena disamping kepada belum adanya sosialisasi kepada penyidik mengenai “tugas
baru” ini juga karena tidak diaturnya secara jelas mengenai bagaimana proses pemanggilannya dan sanksinya, sedangkan Undang - Undang Perlindungan
Konsumen No. 8 Tahun 1999 sendiri tidak memberikan penjelasan secara jelas Pemanggilan pelaku usaha terlebih dahulu dibuat surat panggilan yang
memuat hari, tanggal, jam dan tempat persidangan serta kewajiban pelaku usaha untuk memberikan jawaban terhadap penyelesaian sengketa konsumen untuk
diajukan pada persidangan pertama Sesuai Pasal 26 ayat 2 Kepmenperindag No. 350MPP122001. Pada tahapan ini, jika pada hari yang telah ditentukan
pelaku usaha tidak hadir memenuhi panggilan, maka sebelum melampaui 3 hari kerja sejak pengaduan, pelaku usaha dapat dipanggil sekali lagi.
Jika pelaku usaha tetap tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka berdasarkan ketentuan Pasal 52 huruf i Undang - undang Perlindungan Konsumen
No. 8 Tahun 1999 jo. Pasal 3 huruf i Kepmenperindag N0. 350MPP122001. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dapat meminta bantuan penyidik untuk
menghadirkan pelaku usaha tersebut.
149
Yusuf Shofie, Op Cit, hal 35
Universitas Sumatera Utara
tentang bagaimana mekanisme penyidik dalam melaksanakan ketentuan tersebut.
150
Hal inilah yang terkadang menjadi hambatan bagi para anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam hal memanggil pelaku usaha untuk
menghadiri panggilan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Bagi pelaku usaha yang telah hadir, maka konsumen memilih cara penyelesaian sengketanya
yang harus disetujui oleh pelaku usaha. Cara yang bisa dipilih dan disepakati para pihak adalah: konsiliasi, mediasi, atau arbitrase.
151
Jika cara yang dipilih para pihak adalah konsiliasi atau mediasi, maka Ketua Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen segera menunjuk majelis sesuai
dengan ketentuan untuk ditetapkan sebagai konsiliator atau mediator. Jika cara yang dipilih oleh para pihak adalah arbitrase, maka prosedurnya adalah para pihak
memilih arbiter dari anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota majelis.
152
Penyelesaian sengketa konsumen oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilakukan oleh majelis yang dibentuk berdasarkan Penetapan Ketua
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan dibantu oleh panitra. Majelis tersebut harus berjumlah ganjil dan paling sedikit terdiri dari 3 anggota Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yang mewakili unsur pemerintah sebagai ketua dan unsur konsumen dan pelaku usaha masing-masing sebagai anggota.
150
Munir Fuady, Arbitrase Nasional; Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 52
151
Bismar Nasution, Penyelesaian Sengketa Alternatif Melalui Mediasi, Makalah, Medan : Universitas Sumatera Utara, hal 8 -9
152
Zaeni Asyhdie, Peradilan Hubungan Industrial, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009 , hal 106
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan panitera ditunjuk dari anggota Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Persidangan pertama dilaksanakan selambat-lambatnya hari
kerja ke-7 terhitung sejak diterimanya permohonan
153
b. Tahap Persidangan
.
Secara keseluruhan ketentuan Pasal 26 Kepmenperindag No. 350MPP122001 tersebut mendorong dan menuntut Ketua Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen berbuat teliti dan cermat tentang prosedur pemanggilan pada persidangan pertama. Persidangan pertama harus sudah dilakukan pada hari ke-7
ketujuh ini terhitung sejak permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen PSK telah dinyatakan dan benar menurut Pasal 16 Kepmenperindag No.
350MPP122001. Maksimal Ketua Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen diberi waktu 3
hari kerja untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran secara formal permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen PSK. Pada tahap ini, dituntut
sikap aktif Ketua Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Jadi maksimal waktu yang dimiliki Ketua Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dari mulai
pemerikasaan kelengkapan dan kebenaran secara formal permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen sampai dengan dilaksanakannya persidangan
pertama, yaitu maksimal 10 hari kerja, tidak termasuk hari libur nasional. Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen mempunyai kewajiban menjaga
153
Eman Suparman, Arbitrase dan Dilema Penegakkan Keadilan, Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2010 , hal 168
Universitas Sumatera Utara
ketertiban jalannya persidangan sesuai Pasal 27 Kepmenperindag No. 350MPP122001.
154
Terdapat 3 tiga tata cara persidangan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sesuai Pasal 54 ayat 4 jo. Pasal 26 sampai Pasal 36 Kepmenperindag
No. 350MPP122001, yaitu :
155
1. Persidangan dengan cara konsiliasi
cara ini ditempuh berdasarkan inisiatif salah satu pihak yang bersengketa atau para pihak yang bersengketa. Majelis Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen hanya bersikap pasif, hanya sebagai perantara antara para pihak yang bersengketa tersebut.
2. Persidangan dengan cara mediasi
Mediasi ditempuh atas inisiatif salah satu pihak atau para pihak dan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen bersikap aktif dengan
menjadi perantara dan penasihat. Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa dimana pihak ketiga merupakan pihak netral
mengajak pihak yang bersengketa pada suatu penyelesaian sengketa yang disepakati.
3. Persidangan dengan cara arbitrase
Arbitrase ini ditempuh dengan cara para pihak menyerahkan sepenuhnya kepada Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk
memutuskan dan menyelesaikan sengketa konsumen yang terjadi. Ketiga tata cara persidangan tersebut kehadiran kuasa hukum memang
tidak dilarang, baik dalam Undang - Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 maupun Kepmenperindag No. 350MPP122001 dalam Pasal 15 ayat 2
Kepmenperindag No. 350MPP122001 menentukan sebagai berikut: “Permohonan penyelesaian sengketa konsumen dapat juga diajukan oleh ahli
waris atau kuasanya” bahkan, Pasal 5 ayat 5 surat keputusan tersebut juga menegaskan: “Permohonan penyelesaian sengketa konsumen yang diajukan
secara tidak tertulis harus dicatat oleh Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa
154
Lihat Pasal 27 SK,Kepmenperindag No. 350MPP122001
155
Lihat Pasal 26 sampai Pasal 36 SK Kepmenperindag No. 350MPP122001
Universitas Sumatera Utara
Konsumen dan dibubuhi tanda tangan atau cap jempol dari ahli waris atau kuasanya”.
156
Ketentuan Pasal 5 ayat 5 surat keputusan Kepmenperindag No. 350MPP122001 ini menyangkut permohonan Penyelesaian Sengketa
Konsumen secara tertulis, jika yang dimaksudkan bukan kuasa hukum bukan advokad, pengacara, pengacara publik, penasehat hukum, dan sebutan-sebutan
lainnya, melainkan:
157
1. Suami atau istri dalam hal ini konsumen sakit atau cacat
2. Anak konsumen dalam hal konsumen sudah lanjut usia atau keadaan
sakit atau cacat 3.
Orang tua atau wali konsumen dalam hal konsumen masih anak-anak atau dibawah umur, atau
4. Tetangga atau orang terdekat konsumen dalam hal konsumen sakit
atau cacat, padahal tidak ada keluarga terdekat lainnya.
Konsumen yang tidak dapat mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa danatau memenuhi panggilan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen,
maka tidak ada salahnya kuasa disitu bukan kuasa hukum diperkenankan mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen secara tidak tertulis.
c. Tahap Putusan
Putusan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dapat dibedakan atas 2 jenis putusan yaitu:
158
1. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa dengan cara konsiliasi atau
mediasi. Putusan dengan cara konsiliasi atau mediasi pada dasarnya hanya mengkukuhkan isi perjanjian perdamaian, yang telah disetujui
dan ditandatangani oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
156
Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolution : Tehnik Strategi dalam Negoisasi, Mediasi Arbitrase, Bandung : PT. Ghalia Indonesia,2010
hal 17
157
Lihat Pasal 5 ayat 5 surat keputusan Kepmenperindag No. 350MPP122001
158
Suyud Margono, Op Cit., hal 53
Universitas Sumatera Utara
2. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dengan cara
arbitrase. Putusan ini seperti halnya putusan perkara perdata, memuat duduknya perkara dan pertimbangan hukumnya
Putusan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sedapat mungkin didasarkan atas musyawarah untuk mencapai mufakat, namun jika telah
diusahakan namun tidak mencapai kata mufakat, maka putusan diambil dengan Berhasil Gagal Putusan Perdamaian Sidang dilanjutkan, Gugatan, Jawaban,
Pembuktian Putusan BPSK suara terbanyak voting, hal ini berdasarkan Pasal 39 Kepmenperindag No. 350MPP122001.
159
Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dapat berupa: Hasil penyelesaian sengketa konsumen dengan cara konsiliasi atau mediasi
dibuat dalam perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh konsumen dan pelaku usaha, selanjutnya dikuatkan dengan putusan majelis. Keputusan majelis dalam
konsiliasi dan mediasi tidak memuat saksi administratif, sedangkan hasil penyelesaian sengketa konsumen ditandatangani oleh Ketua dan Anggota Majelis.
Keputusan majelis dalam arbitrase dapat memuat sanksi administratif Pasal 37 ayat 5 Kepmenperindag No. 350MPP122001.
160
1. Perdamaian
2. Gugatan ditolak; atau
3. Gugatan dikabulkan
Berdasarkan Pasal 38 Kepmenperindag No. 350MPP122001 Majelis wajib memutuskan sengketa konsumen tersebut selambat-lambatnya dalam waktu
21 hari kerja terhitung sejak gugatan diterima Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Setelah putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
159
Lihat Pasal 39 Kepmenperindag No. 350MPP122001
160
Zaeni Asyhdie, Op Cit., hal 88
Universitas Sumatera Utara
diberitahukan, selambat-lambatnya dalam 7 hari kerja sejak putusan dibacakan, konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa wajib menyatakan menerima atau
menolak putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Apabila konsumen dan atau pelaku usaha menolak putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen, maka mereka dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari kerja terhitung
sejak putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen diberitahukan. Sebaliknya apabila konsumen dan pelaku usaha menerima putusan tersebut maka pelaku
usaha wajib menjalankan putusan tersebut selambat - lambatnya dalam waktu 7 hari kerja sejak menyatakan menerima putusan tersebut. Putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yang tidak diajukan keberatan oleh pelaku usaha, dimintakan penetapan fiat eksekusinya kepada pengadilan negeri di tempat
tinggal konsumen yang dirugikan.
161
c. Penyelesaian Sengketa Melalui Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
YLKI Pelaku usaha yang menolak putusan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen, tetapi tidak mengajukan keberatan setelah melampaui batas waktu untuk menjalankan putusan, maka dianggap menerima putusan.
Berkaitan dengan pelaksanaan peran Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dalam membantu masyarakat yang dirugikan oleh iklan produk barang
atau jasa yang menyesatkan, maka dapat penulis simpulkan disini bahwa YLKI mempunyai peran sebagai berikut:
161
Susilawaty, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ditinjau dalam Perpektif Peraturan Perundang - Undangan, Jakarta : Gramata Publishing, 2013 hal 3
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan nasehat kepada konsumen berupa bantuan akibat
dirugikan oleh iklan yang menyesatkan secara lisan atau tertulis. 2.
Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya dengan advokasi dan mediasi, termasuk menerima keluhan atau pengaduan
konsumen.
3. YLKI juga melakukan kerjasama dengan Lembaga Pendidikan di
Jakarta, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM di Jakarta, dan Pelaku usaha Produsen dalam hal pertukaran informasi mengenai
perlindungan konsumen terutama masalah iklan menyesatkan, penyuluhan serta pendidikan konsumen.
162
3. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Litigasi
Penyelesaian sengketa konsumen yang mengacu pada ketentuan peradilan umum dengan gugatan di Pengadilan Negeri PN tempat kedudukan
Konsumen.
163
Alur dan jangka waktu proses penyelesaian sengketa mengacu pada proses keberatan putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK
pada Pengadilan Negeri. Mengenai tuntutan yang ditujukan kepada Pengadilan Negeri, dapat juga tuntutan yang diajukan melalui Pengadilan Negeri dilakukan
secara langsung tanpa terlebih dahulu melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.
164
Pasal 45 ayat 1 UU No. 8 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Konsumen menyatakan “setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha
melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum.”
Ketentuan ayat berikutnya mengatakan, “penyelesaian sengketa konsumen dapat
162
http:ylki.or.idtata-cara-pengaduan-konsumen diunduh 16 Maret 2016 23.00 WIB
163
Indonesia c, Undang - Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No.42 Tahun 1999, TLN No.3821, Pasal 36
164
Indonesia c, Undang - Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No.42 Tahun 1999, TLN No.3821, Pasal 36
Universitas Sumatera Utara
ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para piihak yang bersengketa.
165
165
Indonesia c, Undang - Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No.42 Tahun 1999, TLN No.3821, Pasal 45 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP