Tujuannya meningkatkan kemampuan dan keterampilan tukang gigi di seluruh Indonesia yang jumlahnya saat itu hampir 2.000 orang. Karena itu, tidak kaget
jika banyak tukang gigi senior di negeri ini hasil didikan kursus tersebut. Peraturan Menteri Kesehatan yang pertama mengatur mengenai tukang
gigi dikeluarkan pada tahun 1969 yakni Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 DPK I K 1969 maka dapat dipastikan sekitar tahun 1960 sudah ada tukang gigi
di Indonesia namun mengenai kepastiannya kapan profesi ini pertama kali dikenal di indonesia tidak diketahui. Para tukang gigi tidak mempunyai latar belakang
pendidikan kedokteran gigi, keahlian diperoleh secara turun - temurun.
68
Pada tempo dulu minimnya dokter gigi yang dapat memberikan pelayanan kesehatan sampai ke pelosok daerah sehingga masyarakat menggunakan jasa dari
tukang gigi, dengan pertimbangan tarif yang dikenakan oleh tukang gigi relatif lebih murah daripada tarif yang dikenakan oleh dokter gigi. Akan tetapi perlu
diingat bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu itu sangat terbatas dan belum berkembang pesat hingga saat ini.
69
B. Dasar Hukum Pemberi Layanan Jasa Tukang Gigi
Dengan adanya perkembangan teknologi kedokteran saat ini menimbulkan keahlian - keahlian baru yang harus dipelajari oleh dokter gigi sementara
pendidikan keahlian seperti itu tidak pernah dienyam oleh tukang gigi. Oleh karena itu perlunya pembinaan kembali kepada tukang gigi agar dikemudian hari
tidak menimbulkan problematika antara tukang gigi dan dokter gigi
68
Indonesia a, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339MENKESPERV1989 tentang pekerjaan Tukang Gigi Pasal 1 huruf a
69
http:gulalives.com20150927antara-tukang-gigi-dan-dokter-gigi-untung-mana diunduh pada tanggal 02 November 2015 21.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
Langkah pemerintah untuk mengatur keberadaan tukang gigi di Indonesia pertama kali adalah dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
53DPKIK1969 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Menjalankan Pekerjaan Tukang Gigi.
Peraturan tersebut mengatur tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Menjalankan Pekerjaan Tukang Gigi, peraturan ini dikeluarkan dengan latar
belakang bahwa pada waktu di Indonesia masih banyak terdapat orang - orang yang melakukan pekerjaan di bidang kesehatan tidak memiliki pengetahuan
ilmiah yang diperlukan dan melakukan pekerjaannya diluar batas wewenang dan kemampuannya yang dapat membahayakan dan merugikan kesehatan
masyarakat.
70
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 339MenkesPerV1989 yang diubah menjadi Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2014 tentang
Pembinaan, Pengawasan dan Perizinan, Pekerjaan Tukang gigi, “tukang gigi adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan membuat dan memasang gigi
tiruan lepasan”. Oleh karena itu pemerintah pada waktu itu merasa hal tersebut
perlu ditertibkan. Peraturan tersebut kemudian dicabut dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan No.339MenkesPerV1989 tentang Pekerjaan
Tukang Gigi.
71
Peraturan Menteri Kesehatan yang sekarang mengatur pengeluaran izin baru bagi tukang gigi yang berlaku dua 2 tahun serta dapat diperbaharui dan
70
http:www.depkes.go.idarticleprint1865tukang-gigi-bukan-pelayanan-dasar- kesehatan-gigi-di-indonesia-.html diunduh pada tanggal 02 November 2015 21.30 WIB
71
Lihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2014 Tentang Pembinaan, Pengawasan dan Perizinan, Pekerjaan Tukang Gigi pasal 1 huruf a
Universitas Sumatera Utara
diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
72
Selain itu terdapat persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh tukang gigi agar dapat memperpanjang
izinnya, persyaratan tersebut yaitu
73
1. Biodata tukang gigi;
:
2. Izin tukang gigi;
3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk;
4. Surat keterangan kepala desalurah tempat melakukan pekerjaan
sebagai tukang gigi; 5.
Surat rekomendasi dari organisasi Tukang Gigi setempat yang diakui oleh Pemerintah;
6. Surat keterangan sehat dari dokter Pemerintah yang memiliki Surat
Izin Praktik; 7.
Pas foto terbaru ukuran 4x6 cm berwarna sebanyak 2 dua lembar; 8.
Rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota atau pejabat yang ditunjuk.
Didalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 339MenkesPerV1989 terutama didalam Pasal 5 bahwa tukang gigi harus memenuhi fasilitas yang akan
diberikan kepada konsumen yaitu
74
1. mempunyai ruangan kerja yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
:
a. lantai, dinding, langit-langit, jendela, pintu yang bersih serta
lubang ventilasi yang memadai b.
mebel yang bersih dan rapi c.
tersedia wastafel, sabun,handuk yang bersih dan air buangan yang lancar, serta tempat sampah yang tertutup
2. mempunyai laboratorium teknik gigi yang memadai.
Apabila dilihat dari materi dari Peraturan Menteri Kesehatan No. 339MenkesPerV1989 ada upaya pemerintah untuk menghapus keberadaan
tukang gigi secara alamiah dan memperbaiki pelayanan tukang gigi kepada
72
Lihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2014 Tentang Pembinaan, Pengawasan dan Perizinan, Pekerjaan Tukang Gigi pasal 2 huruf c
73
Lihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2014 Tentang Pembinaan, Pengawasan dan Perizinan, Pekerjaan Tukang Gigi Pasal 3
74
Indonesia a, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339MENKESPERV1989 tentang pekerjaan Tukang Gigi Pasal 5
Universitas Sumatera Utara
konsumen dengan membuat persyaratan bagi fasilitas tukang gigi. Menghapus keberadaan tukang gigi secara alamiah artinya dengan memberikan persyaratan
yang sangat berat kepada tukang gigi. Akan tetapi dalam prakteknya sampai sekarang praktek tukang gigi masih dapat ditemui di pinggir - pinggir jalan
sampai di gang - gang yang sempit bahkan ada yang berani menawarkan jasa ortodonti bagi pasiennya.
Mengacu pada UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
1871MenkesPerIX2011 tentang pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan No. 339MenkesPerV1989 tentang Pekerjaan Tukang Gigi. Pencabutan tersebut
berakibat pada tidak diberikannya izin berpraktik maupun memperpanjang izin praktik tukang gigi. Menurut pemohon, hal ini jelas merugikan dirinya dan rekan
sejawatnya di seluruh Indonesia dan bertentangan dengan Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 “Tiap -tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”
75
Pada tanggal 20 juli 2012 Mahendra Budianta Ketua Persatuan Tukang Gigi Indonesia PTGI melakukan Judicial Review didampingi kuasanya sebagai
Pemohon yang terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 20 Juli 2012 berdasarkan Akta
Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 274PAN.MK2012 dan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi dengan Nomor 74PUU-X2012 pada tanggal
.
75
Lihat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 27 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
30 Juli 2012 dan telah diperbaiki dengan permohonan bertanggal 31 Juli 2012 dan terakhir bertanggal 23 Agustus 2012.
76
76
Kementerian Kesehatan dalam membuat Permenkes No. 1871MenkesPerIX2011 mempunyai pertimbangan bahwa pelayanan kesehatan
gigi dan mulut hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang, dan bukan merupakan kewenangan tukang gigi. Pemerintah melarang mereka
beroperasi sejak 2011 karena banyak kasus kesakitan akibat praktik yang tidak higienis atau terlatih.Selain itu, menurut saksi ahli yang diajukan oleh Kemenkes
bahwa persoalan kesehatan sangat terkait dengan tanggung jawab yang menyangkut jiwa seorang, sehingga sulit apabila persoalan ini diserahkan kepada
mereka yang tidak memiliki landasan ilmu pengetahuan. Kegagalan dalam menangani permasalahan gigi mempunyai dampak
terhadap jiwa manusia secara fisik maupun kejiwaan. Sebagai contoh, kelalaian memperhatikan kebersihan dapat mengakibatkan terjadinya infeksi ataupun
kelalaian membersihkan alat-alat bisa menularkan penyakit kepada pihak lain. Kekeliruan menciptakan gigi tiruan akan berakibat pada estetika wajah dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, ahli yang selama ini berada dalam lingkungan kesehatan sangat berkepentingan untuk menjaga martabat profesi. Profesi
menjadikan setiap orang yang bergelut dalam keprofesian ini memperoleh manfaat dan akan akan menjaga keprofesionalannya.
http:www.mahkamahkonstitusi.go.idpubliccontentpersidanganputusanputusan_sida ng_7420PUU20201220-20telah20ucap201320Maret202013.pdf diunduh pada
tanggal 12 Desember 2015 21.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
Mahkamah Konstitusi MK didalam PUTUSAN Nomor 74PUU-X2012 pun akhirnya mempertimbangkan bahwa sebenarnya kekhawatiran Kemenkes
terhadap pelayanan tukang gigi yang pada dasarnya tidak memiliki landasan pengetahuan yang mumpuni sehingga berisiko terhadap jiwa manusia secara fisik
maupun kejiwaan dapat diselesaikan melalui pembinaan, perizinan, dan pengawasan.
77
Sesuai dengan Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 1 angka 11 yang menyebutkan mengenai definisi upaya
kesehatan yaitu, ” setiap kegiatan dan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
Pemerintah danatau masyarakat.”
78
Pengetahuan dasar mengenai ilmu kedokteran gigi dapat diberikan secara periodik dan menjadi syarat untuk diberikannya perizinan oleh Kemenkes kepada
tukang gigi yang ingin memperpanjang izin praktik atau memohon izin praktik Seluruh komponen yang terlibat, dalam hal ini pemerintah, dokter gigi,
dan mahasiswa kedokteran gigi haruslah terlibat secara aktif dan proporsional dalam tiga solusi yang telah disebutkan Mahkamah Konstitusi. Pembinaan
dimaksudkan agar tukang gigi mempunyai pengetahuan dasar ilmu kedokteran gigi sehingga dapat menjalankan pekerjaan sesuai ketentuan yang berlaku,
sebagaimana yang dilakukan Pemerintah terhadap dukun beranak yang membantu kelahiran.
77
http:www.mahkamahkonstitusi.go.idlarangan bersyarat praktik tukang gigi
inkonstitusionalindex.php?page=web.Beritasid=7989 diunduh pada tanggal 03 November 2015 22.30 WIB
78
Lihat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 1 angka 11
Universitas Sumatera Utara
baru. Dalam prosesnya, akan lebih baik jika Kemenkes bekerjasama dengan institusi pendidikan dokter gigi di masing-masing daerah. Kemudian, mahasiswa
kedokteran gigi, melalui institusi pendidikannya masing-masing, juga dapat melibatkan diri dalam pendidikan yang akan diberikan kepada tukang gigi sesuai
dengan status yang telah diampu, dalam hal ini juga dapat merefleksikan poin pendidikan dan pengabdian masyarakat dalam Tridharma Universitas.
Pendidikan haruslah dimaknai secara mendalam, bahwa pemberian ilmu juga harus dibarengi dengan pengujian yang tepat. Pengujian dilakukan dengan
tujuan mengetahui apakah kompetensi yang dimiliki seorang tukang gigi sesuai dan mumpuni. Kementerian Kesehatan ditahun 2014 kembali mengeluarkan
Peraturan yang mencabut Peraturan No. 028MenkesPerI2011 yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2014 atas dasar pertimbangan Putusan
mahkamah Konstitusi untuk memberikan pembinaan, pengawasan dan perizinan, bagi tukang gigi.
C. Sarana Tukang Gigi untuk Memberikan Jasa Kesehatan Kepada Konsumen