5. Belum  diketahui  Pendekatan  kooperatif  dapat  meningkatkan  hasil  belajar
siswa pada mata pelajaran IPS.
C. Pembatasan Fokus penelitian
Berdasarkan  identifikasi  masalah,  maka  permasalahan  dalam  penelitian  ini dibatasi pada :
pendekatan  Pembelajaran  Cooperative  Learning  type  Make  A  Match  di duga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS.
D. Perumusan Masalah  Penelitian
Untuk menghindari perluasan dalam memahami pembahasan ini, diharapkan akan  lebih  terarah  sehingga  tidak  terjadi  pembiasan  fokus  penelitian  sehingga
menghasilkan penelitian yang baik dan dapat dipertanggung  jawabkan. Dari  pembatasan  masalah  tersebut,  penulis  mencoba  merumuskan  masalah
yang  akan dibahas dan  di kemukakan sebagai berikut: “Bagaimana Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Type Make A Match mampu meningkatkan
hasil belajar  IPS siswa kelas V MI Nurul Jihad ? ”
E. Tujuan Hasil Penelitian
Secara  umum  penelitian  ini  bertujuan  untuk  menjelaskan  peningkatan  hasil belajar IPS dengan memakai metode Kooperatife  Type Make A Match kelas V di
MI Nurul Jihad Kota Tangerang.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Setiap  penelitian  pada  umumnya,  mengharapkan    adanya  manfaat  dari penelitian  yang  dilakukannya.  Oleh  karena  itu  dalam  penelitian  ini  diharapkan
mempunyai manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi pembaca, sumbangan pemikiran dan khazanah keilmuan yang dapat
dimanfaatkan  pembaca  pada  umumnya  sebagai  dasar  penelitian  di  masa yang akan datang.
b.  Bagi  peneliti,  sebagai  salah  satu  syarat  untuk  memperoleh  gelar  sarjana pendidikan  pada  Fakultas  Ilmu  Tarbiyah  dan  Keguruan  Program  Studi
Dual Mode
2.   Manfaat Praktis a.Memberikan keterampilan bagi guru untuk dapat berinovasi dengan model
pembelajaran yang bervariatif. b.Untuk  mengetahui  bentuk  pengaruh  model  pembelajaran  Kooperatif
dengan  type  make  a  match  terhadap  hasil  belajar  siswa  pada  mata pelajaran IPS di kelas V.
c. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS d.Masukan  bagi  guru  dan  sekolah  untuk  terus  dapat  mengembangkan  ilmu
pengetahuan dengan cara menyajikan model-model pembelajaran yang inovatif.
7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Belajar a.
Hakikat belajar
“Belajar  adalah  suatu  aktivitas  atau  suatu  proses  untuk  memperoleh pengetahuan,  meningkatkan  keterampilan,  memperbaiki  perilaku,  sikap  dan
mengokohkan kepribadian.”
1
Menurut  Paul  Engrand  mengemukakan  konsep “Pendidikan  sepanjang
hayat,  Lifelong  Education,  yang  berimplikasi  berupa  terselenggaranya  belajar sepanjang hayat
, Lifelong Education”
2
Muhammad SAW Pernah menyampaikan bahwa  belajar  memang  seharusnya  sejak  dalam  buaian  sampai  ke  liang  lahat,
minaal mahdi ilaal lahdi,from cradle to the grave.”
3
Menurut James O Witthaker belajar dapat didefinisikan sebagai “proses dimana tingkah laku di timbulkan atau
di ubah melalui latihan atau pengalaman.”
4
Belajar  adalah  istilah  kunci  key  term  yang  sangat  penting  dalam  setiap usaha  pendidikan,  sehingga  tanpa  belajar  tidak  pernah  ada  pendidikan.Belajar
adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.Bagi siswa belajar  merupakan  kata  yang  tidak  asing,  bahkan  sudah  merupakan  bagian  yang
tidak  dapat  terpisahkan  dari  semua  kegiatan  mereka  dalam  menuntut  ilmu  di lembaga pendidikan formal.
Biggs  dalam  pendahuluan  Teaching  For  Learning  mendefinisikan  belajar dalam 3 rumusan, yaitu rumusan
kuantitatif, institusional, dan kualitatif.
a. Secara  kuantitatif  ditinjau  dari  sudut  jumlah,  belajar  berarti  kegiatan
pengisian  atau  pengembangan  kemampuan  kognitif  dengan  fakta
1
Suyono,Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Bandung :Rosda Karya, 2012,h..9
2
Ibid., h.2
3
Ibid.
4
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta:PT.Raja Grafindo,2003, h.232
sebanyak  banyaknya.  Jadi,  belajar  dalam  hal  ini  dipandang  dari  sudut berapa banyak materi yang dikuasai oleh siswa.
b. Secara  institusional  tinjauan  kelembagaan,  belajar  dipandang  sebagai
proses  validasi  pengabsahan  terhadap  penguasaan  siswa  atas  materi materi yang telah ia pelajari.
c. Secara  kualitatif  tinjauan  mutu  ialah  proses  memperoleh  arti-arti  dan
pemahaman-pemahaman  serta  cara-cara  menafsirkan  dunia  di  sekeliling siswa.  Belajar  dalam  pengertian  ini  difokuskan  pada  tercapainya  daya
pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi oleh siswa.
5
Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari proses belajar, dan belajar pun  menjadi  kebutuhan  yang  terus  meningkat  sesuai  dengan  perkembangan
jaman dan ilmu pengetahuan.
b.  Unsur-Unsur Dalam Belajar
Unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses  belajar.  Cronbach  sebagai  penganut  aliran  behaviorisme  1954:49-50
dalam  Sukmadinata  2004:157  menyatakan  adanya  tujuh  unsur  utama  dalam proses belajar,yang meliputi:
1.  Tujuan.  Belajar  dimulai  karena  adanya  suatu  tujuan  yang  ingin  di capai.Tujuan ini muncul karena adanya kebutuhan.
2.  Kesiapan.  Agar  mampu  melaksanakan  kegiatan  belajar  dengan  baik, anak perlu kesiapan.
3.  Situasi.  Kegiatan  belajar  berlangsung  dalam  situasi  belajar,  meliputi tempat, lingkungan, alat dan bahanyang dipelajari.
4. Interpretasi. Disini anak melakukan interpretasi yaitu melihat hubungan di  antara  komponen-komponen  situasi  belajar  melihat  makna  dari
hubungan  tersebut  dan  menghubungkannya  dengan  kemungkinan pencapaian tujuan.
5.  Respon.  Berlandaskan  hasil  interpretasi,  tentang  kemungkinannya dalam  mencapai  tujuan  belajar,  maka  anak  membuat  respon.  Respon
ini  dapat  berupa  usaha  yang  terencana    dan  sistematis,  baik  juga berupa usaha coba-coba trial And error.
6.  Konsekuensi.  Berupa hasil, dapat hasil positif keberhasilan maupun hasil  negative  kegagalan  sebagai  konsekuensi  respon  yang  dipilih
siswa. 7.    Reaksi  terhadap  Kegagalan.  Kegagalan  dapat  menurunkan  semangat,
motivasi,  memperkecil  usaha-usaha  belajar  selanjutnya,  namun  dapat
5
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010. h.90