Tujuan Hasil Penelitian Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

juga membangkitkan siswa, karena dia mau belajar dari kegagalannya. 6 Pada pernyataan di atas menjelaskan bahwa manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam belajar terdapat unsur-unsur yang dapat menunjang keberhasilan dan keberlangsungan belajar seseorang, diantaranya adanya kebutuhan, kesiapan, situasi, respon dan reaksi.

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: 1. Faktor internal, seperti keadaan jasmani dan rohani siswa. 2. Faktor eksternal, seperti kondisi lingkungan sekitar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. 7 Faktor-faktor tersebut dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

1. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil Belajar

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjukan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu. „’Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. ’’ 8 Yang di 6 Hariyanto, op.cit,.h.126 7 Muhibbin Syah, op.cit.,.h.129 8 Masnur Muslich, Penilaian Berbasis Kelas Dan Kompetensi,Bandung : Refika Aditama.2011 h.38 rencanakan.” 9 “Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus. “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai siswa dengan kriteria tertentu.” 10 “Hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.’’ 11 Dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur pe nting, sebagai dasar dan acuan penilaian “Penilian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pengajaran.” 12 “Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, dapat diambil tindakan perbaikan pengajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan.” 13 Menurut Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni 1 Keterampilan dan kebiasaan, 2 Pengetahuan dan Pengertian, dan 3 Sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni 1 Informasi verbal, 2 Keterampilan intelektual, 3 Strategi kognitif, 4 Sikap, dan 5 Keterampilan motoris. Tetapi di dalam Sistem Pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom, yang membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotoris. 14

b. Tipe Hasil Belajar

Hasil Belajar yang dilakukan lewat penilaian perlu dilakukan secara seimbang, antara aspek pengetahuan kognitif, sikap afektif, dan keterampilan psikomotoris. 9 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:Kencana Prenada Group, cet.1, 2008 10 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belaja Mengajar, Bandung: Rosda Karya, 2012 cet.17,h.3 11 Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010h,90 12 Nana Sudjana, Ibid. 13 Ibid., h.2 14 Muhibbin syah Ibid. Menurut Benyamin S Bloom, hasil belajar dapat dikelompokan kedalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Rincian ranah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ranah kognitif memiliki enam aspek, yaitu : a Pengetahuan, yaitu aspek kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. b Pemahaman, yaitu aspek kemampuan yang menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pe lajaran yang disampaikan oleh guru. c Penerapan, yaitu aspek kemampuan yang menuntut siswa untuk menggunakan ide-ide umum atau teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. d Analisis, yaitu aspek kemampuan yang menuntut siswa untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu kedalam komponen pembentukannya. e Sintesis, yaitu aspek kemampuan yang menuntut siswa menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan beberapa faktor. f Evaluasi, yaitu aspek kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, pernyataan atau konsep berdasarkan criteria tertentu. 2. Ranah afektif, memilik empat aspek, yaitu: a Menerima, yaitu aspek kemampuan yang menuntut siswa untuk peka terhadap penomena atau rangsangan tertentu. b Menilai, yaitu aspek kemampuan yang nenuntut siswa untuk menilai suatu objek, penomena atau tingkahlaku tertentu secara konsisiten. c Menjawab, yaitu aspek kemampuan yang menuntut siswa untuk bereaksi terhadap salah satu cara. d Organisasi, yaitu aspek yang menuntut siswa untuk menyatukan nilai – nilai yang berbeda, memecahkan masalah dan membentuk suatu sistem nilai. 3. Ranah psikomotor, memiliki tiga aspek, yaitu; a Mascular or motor skill, meliputi: mempertontonkan gerak, contohnya melompat dan berlari. b Manipulations of materials, meliputi: membersihkan, menyusun, mereparasi, memindahkan. c Neuromuscular coordination, meliputi: mengamati, menghubungkan, memotong, memasang dan menarik. 15 15 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung : Rosda Karya,2012 . Cet. Ke-4. h.. 21-23 Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang menggambarkan prestasi atau kemampuan dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk evaluasi dan raport pada setiap semester. Dengan begitu hasil penilaian dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk guru untuk dapat memahami siswanya dalam segi prestasi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, hasil penilaian juga hendaknya dijadikan bahan untuk menyempurnakan program pengajaran bagi guru. Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah proses pembelajaran.

3. Pendidikan IPS

a. Pengertian Pendidikan IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan yang disingkat IPS mulai berkembang di Indonesia sekitar awal tahun 70-an, dan mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum mulai tahun 1975.IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang di berikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah “Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.” 16 Pendidikan IPS tidak dapat di pisahkan dari dokumen kurikulum 1975, yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan dasar dan menengah, gagasan dan pemikirannya pun banyak mengadopsi dari ilmu-ilmu Social Studies di luar negeri seperti Australia dan Amerika. Menurut James A. Banks dalam Sapriya menyatakan “Social studies sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di dalam lingkungan masyarakat.” 17 Menurut Somantri dalam Sapriya “ Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar 16 Sapriya , Pembelajaran IPS, Bandung : Laboratorium PKn UPI 2008.h.6 17 Sapriya,.Konsep Dasar IPS, Bandung : UPI Press, 2006. h. 4 manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogispsikologis untuk tujuan pendidikan.” 18 Terdapat banyak persepsi tentang pengertian IPS di lingkungan Pendidikan.Mata pelajaran IPS berperan memfungsikan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik ke dalam dunia kehidupan nyata di masyarakat. Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang di katakan Hamid Hasan “ IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan fusi dari sejumlah disiplin ilmu.” 19 IPS sebagai bidang kajian terdiri dari konsep dasar sejarah, seperti konsep peristiwa kejadian, waktu dan tempat. Geografi terdiri dari konsep lokasi, pososo kesusukan, situasi, tempat, site, distribusi dan perancangan. Dalam ilmu ekonomi terdiri dari konsep kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan konsep kebijaksaan umum. Pada sosiologi mengkaji konsep keanggotaan dalam kelompok perilaku, tujuan, norma, nilai, perasaan, keluwesan, sedangkan adat istiadat etika, tradisi, hukum dan keyakinan.Dalam sosiologi terkandung konsep kemandirian, motif, sikap, norma kelompok, dan interpersonal. jelaslah bahwa sejumlah konsep dasar dalam ilmu sosial merupakan bahan kajian utama untuk menelaah berbagai masalah sosial yang ada dalam masyarakat dengan segala aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu seyogyanya memiliki tujuan yang dapat mempersiapkan peserta didik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Menurut N.Djaljoeni mengemukakan bahwa tujuan Pembelajaran 18 Ibid..h.9 19 Etin Solihatin, Cooperatif Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta : Bumi Aksara, 2008,h.14 IPS adalah “mempersiapkan siswa untuk studi lanjut ke bidang sosial science, jika nantinya ia masuk ke perguruan tinggi” 20 Disiplin ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan IPS pada dasarnya mengacu pada disiplin- disiplin ilmu sosial, tujuannya adalah “Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan nilai yang memungkinkan mereka dapat menjadi warga Negara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demok ratis.” 21 IPS mengemban dua fungsi utama yaitu membina pengetahuan kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan dan kelanjutan pendidikan siswa selanjutnya dan membina sikap yang selaras dengan nilai-nilai pancasila dan UUD RI 1945.Menurut Kosasih Djahiri dalam sapriya, mengemukakan 5 tujuan pokok pembelajaran IPS: 1 Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisiplinerkomprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial. 2 Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekan keaneka ragaman keterampilan studi, kerja, dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial. 3 Membina dan mendorong siswa untuk memahami , menghargai dan menghayati adanya keaneka ragaman dan kesamaan cultural maupun individual. 4 Membina siswa ke arah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan – menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya. 5 Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga Negara. 22 Dengan demikian jelaslah bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah bertujuan untuk mendidik dan menumbuhkanmenjadikan warga Negara yang baik, dapat membina moral, menjunjung tinggi nilai-nilai dan sikap hidup dalam bermasyarakat dan dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan dimasyarakat pada umumnya. 20 Sapriya,.Dadang Sundawa,Iim Masyitoh,Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran IPS,Bandung:UPI PRESS, h.12 21 Ibid. h.7 22 Ibid.h.13

c. Karakteristik Pembelajaran IPS

Dari beberapa uraian di atas dapat menemukan beberapa karakteristik dalam IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu sosial yang lain, sebagaimana dikemukakan Numan Somantri, mengidentifikasi: 1.IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya menelaah fakta dari segi ilmu 2.Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan komprehensif 3.Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis , rasional dan analitis. 4.Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dengan kehidupan nyata di masyarakat. 5.IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil mudah berubah. 6.Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilan. 7.Berusaha untuk memuaskan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya 23 . 8.Dalam pengembangan Program siswa yang berbeda, dalam arti memperhatikan 24 4 . Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning

a..Pengertian Cooperative Learning

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran Kooperatif berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling bantu satu sama lain sebagai satu kelompoksatu team. Dalam pembelajaran Kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.Jadi, belajar Kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin 1984 mengatakan bahwa “ Cooperative 23 Ibid 24 Sapriya, Susilawati, Sadjarudin Nurdin, Konsep Dasar IPS Bandung, UPI PRESS, 2008 cet. 1. h.7 Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anngotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang. ” 25 Pembelajaran Kooperatif merupakan “model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda heterogen . ” 26 Menurut Anita Lie, Cooperative Learning adalah ” sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur.” 27 Dalam hal ini yaitu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Pada dasarnya pembelajaran Kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. 28 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang menggunakan sistem kerja kelompok kecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bersifat heterogen secara bersama-sama menyelesaikan tugas-tugas terstrutur untuk mencapai tujuan bersama, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Pendekatan Kooperatif dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar siswa terhindar dari kebosanan. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie, mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. 29 Yaitu: 1.Saling ketergantungan positif 2.Tanggung jawab perseorangan 25 Etin Solihatin dan Raharjo,op.cit,. h.4. 26 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana. 2010 , cet,7 h.. 242. 27 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikan di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta : Grasindo, 2002 , h.17 28 Etin Solihatin. op.cit. 29 Anita Lie,Ibid., h. 30-34. 3.Tatap muka 4.Komunikasi antar anggota 5.Evaluasi proses kelompok Beberapa unsur penting dalam pembelajaran Kooperatif meliputi bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerjasama secara terstruktur, tanggung jawab individu dan kelompok yang heterogen.

b. Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning

Langkah- langkah pada pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap. 30 yaitu : 1 Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok, guru memberikan gambaran umum tentang materi yang harus dikuasai dan selanjutkanya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok tim . Pada tahap ini guru menggunakan metode ceramah, curah pendapat dan tanya jawab.Guru juga bisa menggunakan demontrasi dan menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian pembelajaran dapat menarik siswa. 2 Belajar dalam Kelompok Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompknya masing- masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin dan sosial ekonomi, agar setiap anggota kelompok dapat saling mengajar peer tutoring , saling me ndukung, dan meningkatkan interaksi dan relasi antar anggota kelompok. 30 Wina Sanjaya, op.cit., h.245 3 Penilaian Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan tes atau kuis.Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok. 4 Pengakuan Tim Pengakuan tim team recognition adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberi penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka. 31

c. Tehnik-Tehnik Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning

Sebagai seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahui bisa diterapkan di dalam kelas, meski demikian, guru yang baik dan ingin maju tidak akan terpaku pada satu strategi melainkan mempunyai persediaan strategi dan tehnik-tehnik pembelajaran yang diterapkan agar selalu bermanfaat dalam kegiatan proses belajar mengajar. Ada beberapa tehnik yang bisa diterapkan dalam cooperative learning pada beberapa materi yang cocok dengan KBM diantaranya: 1.Mencari pasangan make a match, 2.Bertukar pasanga, 3. Berpikir berpasangan berempat, 4. Berkirim salam dan soal, 5. Kepala 31 Ibid. hal. 248-249. bernomor, 6. Kepala bernomor terstruktur, 7. Dua tinggal dua tamu, 8. Keliling kelas,9. Jigsaw, 10. Bercerita berpasangan. 32

d. Tehnik Mencari Pasangan Make A Match

Tehnik belajar mengajar mencari pasangan make a match, di kembangkan oleh Lorna Curran 1994. “Teknik ini bisa di gunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. ” 33 . Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Adapun langkah- langkah yang dapat di lakukan untuk menerapkan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match adalah: a Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review persiapan menjelang tes atau ujian. b Setiap siswa mendapat satu buah kartu. c Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. d Siswa dapat juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. 34

e. Keunggulan dan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif

1. Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan 2 Optimalisasi partisipasi siswa. 3. Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan dan dengan sesame siswa, dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. 4. Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda. 5. Meningkatkan penerimaan 6. Meningkatkan hubungan positif. 7. Percaya diri 8. Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah. 32 . Anita Lie,Ibid., h.53 33 Masitoh Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran,Jakarta : Direktorat Jendal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, H. 241 34 Anita Lie,op.cit., hal. 54 9. Pengetahuan Siswa meningkat dalam segi kognitif Sedangkan Kelemahannya: 1 Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi, sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. 2. Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai, 3. Mengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda- beda serta membutuhkan waktu khusus. 35 Oleh sebab itu peran guru harus sedapat mungkin dapat memotivasi siswa dalam membangun kepercayaan diri pada siswa, dan guru juga menekankan kepada setiap individu untuk dapat mengeluarkan ide-ide mereka dengan demikian siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya, sehingga terjalin kerjasama diantara kelompok. Dalam pembagian kelompokpun guru harus memperhatikan karakter serta tingkat kemampuan akademik peserta didik, hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

B. Penelitian Yang Relevan

Berdasakan hasil penelitian terdahulu yang ada, maka beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul skripsi ini adalah Penelitian dari: 1. Raehanun, 2011 dengan judul penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe make macth dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN 1 Sukarara 20102011. Hal ini, ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari siklus I kesiklus II. Tampak peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 76,59 menjadi 84,04. Dengan peningkatan prosentasi ketuntasan secara klasikal sebesar 71,43 menjadi 90,48. 36 2. Hasil lain ditunjukkan oleh Winda Ramadianti pada penelitiannya yang berjudul Upaya meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa SMP negeri 1 Yogyakarta dengan model kooperative learning tehnik make a match, pada penelitiannya yang berjudul. Hasil penelitian menunjukkan 35 Wina Sanjaya, op.cit . hal. 249 36 Wwsahman.com.blogspot.comproposal-skripsi-penerapan-pendekatan kooperatif. terjadi peningkatan motivasi belajar matematika siswa kelas VIIIC setelah diberikan tindakan berupa pembelajaran kooperatif teknik make a match. tahap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan adalah diskusi kelompok dengan menggunakan LKS, penyampaian hasil diskusi oleh siswa, pembahasan hasil diskusi, permainan mencari pasangan dan tanya jawab antar siswa, serta pemberian penghargaan kelompok. Hasil observasi motivasi belajar matematika 37 3. Webb 1985, menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning sikap dan perilaku siswa berkembang ke arah suasana demokratisasi dalam kelas. Disamping itu, penggunaan kelompok kecil siswa mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari IPS 38 . 4. .Etin Solihatin, M.Pd, dkk. 2001, yang dibiayai proyek PGSM, dilakukan pada mahasiswa penyetaraan D-3 tahap II untuk mata kuliah pendidikan IPS di Univeritas Negeri Jakarta, menemukan bahwa penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20 dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri. 39

C. Hipotesis Tindakan

Berdaskan pada bab-bab berikutnya, maka penulis mengajukan hipotesis “akan ada peningkatan hasil belajar jika menggunakan pendekatan pembelajaran Cooperatif Learning type Make A Match pada mata pelajaran IPS kelas V di MI Nurul Jihad Kota Tangerang.” 37 Ibid. 38 Etin Solihatin, op.cit., h.13 39 ibid. 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mengingat sangat pentingnya peranan guru dalam proses pembelajaran, maka seyogyannya guru mengadakan pendekatan dengan memanfaatkan penelitian untuk memeperbaiki proses belajar mengajar dan lebih berorientasi pada guru, yang tidak saja sebagai objek melain kan juga sebagai subjek.”Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik subject matter maupun metode pembelajaran.” 1 Pengakuan guru sebagai tenaga profesional merupakan bagian dari pembaharuan sistem pendidikan nasional. “Guru tidak lagi dianggap sekedar sebagai penerima pembaharuan dari hasil penelitian, melainkan juga bertanggung jawab sebagai perancang designer dan pelaku penelitian.” 2 Penelitian ini dapat di lakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas. David Hopkins menyatakan bahwa ”PenelitianTindakan Kelas sebagai suatu studi yang sistematis penelitian yang dilakukan oleh pelaku pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran melalui tindakan yang terencana dan dampak dari tindakan aksi yang telah di lakukan.” 3 Berdasarkan Pembahasan di atas, penulis memilih jenis penelitian yang akan di gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas PTK, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya.Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklusputaran, yang setiap siklus dikenai alur kegiatan yang sedikit berbeda dari siklus satu dengan siklus yang lainnya, dalam pokok bahasan yang sama diawali dengan pre test dan diakhiri dengan post test, 1 Trianto,Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek, Jakarta:Prestasi Pustaka karya 2011. cet.1., h. 3 2 Ibid., h. 4 3 Ibid., h. 15 dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di lakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jihad kota Tangerang. Adapun waktu yang di pergunakan untuk penelitian ini adalah mulai bulan mei sampai Juni pada semester ke II tahun pelajaran 2013-2014, yang secara keseluruhan dimulai dari mengamati permasalahan, kemudian mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah. Tabel.3.1 Jadwal pelaksanaan Penelitian No Kegiatan April Mei Juni Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4 1 ProposalACC X 2 Penyusunan Bab I X 3 Perbaikan Bab I X 4 Penyusunan Bab II X 5 Perbaikan Bab II X 6 Penyusunan Bab III X 7 Perbaikan Bab III X 8 Izin Penelitian X 9 Persiapan Instrumen X 10 Pelaksanaan Siklus I X 11 Pelaksanaan Siklus II X 12 Penyusunan Bab IV X X 13 Perbaikan Bab IV X 14 Penyusunan Bab V X X 15 Perbaikan Bab V X 16 Penyempurnaan X X

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan berupa penelitian pengembangan model pembelajaran dan tindakan. Penelitian tindakan terikat dalam perencanaan dan pengimplementasian perangkat pembelajaran kooperatif. Teknis analisis yang digunakan adalah kualitatif, pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran. “PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.” 4 Dan dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan 3.2 Alur PTK

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V MI Nurul Jihad kota Tangerang yang berjumlah 18 orang, terdiri dari siswa laki-laki 10 orang dan siswa perempuan 8 orang, dengan latar belakang kemampuam akademik dan 4 Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:Bumi Aksara 2007, h .73-74