32
Dalam puisi di atas penyair menunjukan bahwa mata ibunya ibarat cermin yang dapat melihat keburukan, kebaikan, dosa, dan salahnya.
Penggambaran penyair yang melihat mata ibunya tanpa bosan dan merasa tidak lagi memiliki dosa, maka diperkonkret seperti seorang bayi yaitu seorang bayi
yang bersih dari dosa. Hal lain terlihat dalam “Mata Ibuku-3”bahwa segala perbuatan, tingkah-
laku, ucapan, gerak-gerik, serta segala kebaikan dan keburukan dalam kehidupan penyair disebut atau diperkonkret dengan “Perahu kehidupan”.
MATA IBUKU -3
Setiap hari, setiap musim kehidupan
ibuku selalu berdoa Dan tak pernah berhenti menatap perahu kehidupanku.
Ketika taufan berhembus, arus menjadi liar gelombang buas meninggi, hujan deras,
guntur bergemuruh, perahu kehidupanku tetap meluncur tenang
ibuku tak pernah lepas memandangku dengan matanya.
Lamalera, September 2008 Bruno, hlm. 15
4. Bahasa Figuratif
a. Lambang
Dalam puisi banyak digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal atau benda lain. Ada lambang yang bersifat lokal, kedaerahan, nasional, ada juga yang
33
bersifat universal berlaku untuk semua manusia. Misalnya bendera adalah lambang identitas negara dan persalaman adalah lambang persahabatan,
pertemuan, atau perpisahan. Berikut ini dikutip puisi yang mengandung lambang karya Yosep Arakiê Ulanaga Bruno Dasion dalam “Berok”.
BEROK ……………………..
Sampan mengajar kita menjadi kikir pelit. Berok,
Mengajar kita untuk saling membantu.
SVD House, Nagoya-Jepang, Maret 2009 Bruno, hlm. 107 Dalam puisi ini penyair ingin menunjukan bahwa sebagai orang Lamalera
masyarakat Lamalera yang mempunyai rasa tolong-menolong dilambangkan dengan Berok. Pada zaman dahulu, nelayan Lamalera menggunakan berokberat,
sedangkan sekarang orang Lamalera menggantinya dengan sampan ringan. Maka sampan mengajari sifat kikir dan berokmengajari sifat tolong-menolong.
Dalam “Lamalera” menunjukan bahwa dalam memilih sebuah nama untuk penamaan sebuah tempat atau daerah, ada berbagai arti atau maksud. Nama
daerah atau nama tempat dapat melambangkan sesuatu. Puisi “Lamalera” menunjukan hal itu:
Ada yang menyebutmu LAMA LERRA
Sebuah kampung yang penuh dengan pohon yang bernama Lerra merah-menyala rumpun bunganya
menyerupai burung cendrawasi. …………………………………
34
Yang lain menyebutmu dengan LAMELERRA
Yang berarti piring matahari. …………………………..
Yang lain lagi menyapamu dengan LAMALLERA
yang berarti Guru Matahari. Lama, dalam bahasa Tibet berarti Guru.
…………………………………..
Sabtu, 30 Januari 2010 SVD House, Nagoya-Jepang 17:00Bruno, hlm. 6
Dalam “Gufer” menunjukan orang yang hamil diluar nikah. Sebagai kepercayaan masyarakat Lamalera yang mempercayai itu dan sudah menjadi
konvensi, akhirnya dilambangkan dengan burung gufer. ”Burung apakah dirimu? Engkau ibarat malaikat Allah, Gabriel.Ataukah dirimu adalah Roh
Kudus?Engkau datang pada waktunyamembawa kabar bagi kamibahwa ada yang hamil sebelum perkawinan resmi.Engkau membuka rahasiabahwa ada yang
“bermain” sembunyi-sembunyiBruno, hlm. 73.
b. Kiasan