10
fisikpuisi adalah 1. perwajahan puisi tipografi; 2. diksi; 3. imaji; 4. kata konkret; 5. bahasa figuratif; 6. versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dam
metrum. Sedangkan struktur batin puisi terdiri dari 1. temamakna sense; 2. rasa feeling, yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya; 3. nada tone, yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.; 4. amanattujuanmaksud intention;
sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut dapat dicari sebelum penyair menciptakan puisi, ataupun dapat
ditemukan dalam puisinya atau karyanya. Dari beberapa teori unsur pembangun puisi yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa unsur pembangun puisi kedalam dua bagian, yaitu:
1.6.2.1 Struktur Fisik
Herman J. Waluyo 1987: 66 menjelaskan bahwa unsur intrinsik juga sering disebut unsur fisik yaitu bagian –bagian yang menopang
bangunan fisik puisi, meliputi: a
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Selain itu, menurut Barfield via Pradopo, 2010:54 bahwa
bila kata-kaa dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan
imajinasi estetik, maka hasilnya disebut diksi puitis. Jadi, diksi itu mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetik.
11
b Imaji image atau citra, yaitu kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan Waluyo:1987:78. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara
auditif, imaji penglihatan visual, dan imaji raba atau sentuh. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan
merasakan seperti apa yang dialami penyair. c
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan
kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret ‘rawa-rawa’ dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain
sebagainya. Artinya, jika penyair memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang
dirasakan penyair Waluyo, 1987:81. d
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Waluyo 1987:
83 menjelaskan bahwa bahasa figuratif disebut juga majas. 1
Kiasan, Bahasa kiasan ada bermacam-macam Pradopo, 2010:62,
yaitu a
Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding, seperti bagai,
laksana, seperti. Metafora melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain Becker via Pradopo, 2010:66.
12
b Simileperbandinganperumpamaan adalah bahasa kiasan
yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai
bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding lainnya Pradopo, 2010:62.
c Personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda
dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, , berpikir, dan sebagainya seperti manusia Pradopo, 2010:75
d Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan Waluyo,
1987:85. e
Sinekdoki adalah kiasan yang menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan pars pro toto atau menyebut
keseluruhan untuk maksud sebagian totem pro parte Alterbernd via Pradopo, 2010:78.
f Ironi yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk
memberikan sindiran Waluyo, 1987:86. 2. Perlambangan atau simbolisasi. Digunakan untuk memperjelas
makna yang membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas, sehingga dapat menggugah hati pembaca, seperti, a
Lambang benda adalah penggunaan nama benda untuk menggantikan sesuatu yang ingin diucapkan oleh penyair,
bLambang warna untuk mengungkapkan perasaan penyair, cLambang bunyi adalah perpaduan bunyi-bunyi akan
13
menciptakan suasana yang khusus dalam puisi. Kebiasaan yang digunakan adalah pemakaian huruf paling akhir dari rangkaian
kalimat atau kata, d Lambang suasana yaitu suatu suasana dapat dilambangkan dengan suasana yang dipandang lebih konkret
Waluyo, 1987:87-89. e Verifikasi, yaitu menyangkut rima, ritma, dan metrum
a Rima adalah persamaan bunyi pada puisi. b
Ritma merupakan
pemotongan frasa-frasa yang berulang sehingga menimbulkan gelombang yang teratur.
c Metrum merupakan pengulangan tekanan kata yang tetap dan bersifat statis atau pertentangan bunyi:
tinggirendah, panjangpendek, keraslemah yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan Waluyo, 1987:90-96. f Perwajahan puisi tipografi, yaitu kata-kata yang disusun
mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendek, yang membentuk suatu kesatuan yang padu Waluyo, 1987:97.
1.6.2.2 Struktur Batin