Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Korupsi adalah tindakan yang menyebabkan negara menjadi bangkrut dengan pengaruh luar biasa seperti hancurnya perekonomian, pelayanan kesehatan tidak memadai, dan rusaknya sistem pendidikan sehingga membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia. Menurut Suwartojo 1997 menyatakan bahwa korupsi ialah tingkah laku atau tindakan seseorang atau lebih yang melanggar norma – norma yang berlaku dengan menggunakan dan atau menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui proses pengadaan, penetapan, pungutan, penerimaan, atau pemberian fasilitas atau jasa lainnya yang dilakukan pada kegiatan penerimaan dan atau pengeluaran uang atau kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan atau jasa lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongannya sehingga langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan dan atau keuangan negara masyarakat. Semma 2008 mengatakan “ korupsi merupakan perwujudan immoral dari dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan metode pencurian atau penipuan”. Alatas 2005:108 menegaskan bahwa korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi yang mengkhianati kepercayaan. Arti harafiah dari kata korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, dan kata – kata atau ucapan yang memfitnah Hamzah, 2005:4. Pendidikan menjadi suatu lembaga yang sangat penting dalam mendidik dan membangun karakter bangsa untuk tidak korupsi dan menanamkan sikap kejujuran. Lewat pendidikan setiap anak diharapkan untuk menjadi manusia yang berintegritas dalam membangun bangsa. Syah 2013:10 mengungkapkan pendidikan adalah sebuah proses dengan metode – metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai kebutuhan. Adanya pendidikan dapat membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku. Hal tersebut terjadi karena seseorang memiliki pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan digunakan untuk mempertimbangkan tingkah laku yang akan dilakukan. Menurut undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi – institusi lainnya Syah, 2013:11. Sekolah merupakan lembaga formal untuk meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas manusia melalui proses pembelajaran yang ada di dalamnya. Pembelajaran di sekolah tidak dapat terlepas dari interaksi antara siswa dan guru. Dalam undang – undang Guru dan Dosen 2009:3 “ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Pendidikan anti korupsi di sekolah dapat dipelajari dengan berbagai cara, salah satunya adalah dari membaca buku tentang pendidikan anti korupsi ataupun membaca buku – buku yang menanamkan sikap kejujuran. Membaca adalah salah satu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata atau bahasa lisan Tarigan, 1990:7. Menurut Dalman 2013:5, membaca adalah keterampilan dalam kegiatan yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Akhadiah 1991:22, mengungkapkan bahwa membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan seperti mengenali huruf dan kata – kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud jawaban. Tujuan membaca menurut Purwanto 1997:27, mengungkapkan ada faedah dan nilai membaca yaitu sebagai berikut : 1 Di sekolah, membaca itu mengambil tempat sebagai pembantu bagi seluruh mata pelajaran. 2 Mempunyai nilai praktis. Bagi perorangan, membaca itu merupakan alat untuk menambah pengetahuan. 3 Sebagai penghibur. Untuk mengisi waktu luang seperti membaca syair – syair, sajak – sajak, roman, majalah, dan sebagainya. 4 Memperbaiki akhlak dan bernilai keagamaan. Jika yang dibaca adalah buku – buku yang bernilai etika ataupun keagamaan. 5 Bernilai fungsional artinya berguna bagi pembentukan fungsi – fungsi kejiwaan. Misalnya membentuk daya ingatan, daya fantasi, daya pikir akal, berbagai jenis perasaan dan sebagainya. Cara untuk menumbuhkan minat membaca siswa sekolah dasar kelas bawah dan sebagai penunjang pembelajaran membaca yang dapat digunakan siswa secara aktif dan mandiri dalam berlatih salah satunya adalah dengan menggunakan media buku cerita bergambar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan Sadiman, 2002:6. Menurut Brigs dalam Sadiman, 2002:6 media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian sedemikian rupa sehingga dapat merangsang proses belajar terjadi Sadiman, 2002:6. Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan anak – anak. Selain itu, buku adalah sebuah media yang baik bagi anak – anak untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar merupakan satu kesatuan dari cerita yang disertai dengan gambar – gambar yang fungsinya sebagai penghias dan juga pendukung cerita yang kiranya dapat membantu proses pemahaman terhadap isi dari buku tersebut. Melalui penggunaan media buku cerita bergambar, diharapkan pembaca mampu dengan mudah memperoleh infomasi dan deskripsi cerita yang disampaikan. Menurut Putra 2008:6 cerita bergambar merupakan media yang unik, menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami. Cerita bergambar termasuk kedalam media visual atau media grafis. Media grafis atau media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan Sadiman, 2011:28-29. Menurut Putra 2008:7 cerita bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi – fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cerita bergambar antara lain adalah untuk pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sara hiburan. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas III SD N 2 Traji pada tanggal 19 November 2016, dari hasil wawancara wawancara terlampir yang dilakukan peneliti, Wali kelas III SD N 2 Traji mengatakan ketersediaan buku untuk membaca dalam bentuk buku cerita bergambar sangat kurang, sementara antusias dan ketertarikan siswa terhadap buku cerita bergambar sangat besar untuk pembelajaran membaca mereka. Selain itu juga ada beberapa anak yang kurang lancar dalam membaca. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti ingin mengembangkan buku cerita bergambar yang berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca kelas bawah. Untuk itu peneliti mengambil judul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi Untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas III SD N 2 Traji”. Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini diharapkan dapat membantu siswa untuk menanamkan kejujuran untuk kehidupan yang berkelanjutan melalui buku cerita bergambar dan juga membantu siswa dalam proses pembelajaran membaca.

1.2 Rumusan masalah