E. Metode Penulisan
Metode yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analitis yang bertujuan untuk membuat dan
menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta serta sifat populasi atau daerah tertentu. Dan untuk melengkapi data
digunakan penelitian kualitatif, yaitu memaparkan, menguraikan, serta menganalisis peran orang tua dalam membina iman remaja dalam
menumbuhkan iman di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok, paroki St. Petrus dan Paulus, Klepu, sesuai dengan maksud dan tujuan. Data yang
akan didapatkan yaitu melalui penyebaran angket.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan diuraikan dalam lima bab yang akan diuraikan sebagai berikut:
Bab I Adalah bagian pendahuluan yang menguraikan gambaran penulisan skripsi, meliputi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, kajian pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Memaparkan tentang doa bersama dalam keliuarga dan perkembangan iman remaja. Membicarakan tentang keluarga kristiani
sebagai tempat berkembangnya iman remaja. Menyampaikan doa bersama dalam keluarga dan perkembangan iman remaja. Pengaruh doa bersama
dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja. Gambaran umum Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok, Paroki Santo Petrus dan Paulus, Klepu.
Bab III Pada bab ini penulis memaparkan mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik analisis data dan uji hipotesis. Hal ini
diperlukan supaya instrumen valid dan data yang didapat akurat serta terpercaya. pembahasan penelitian meliputi definisi hasil dari data yang
diperoleh. Penulis menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh doa bersama dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja di Stasi Yohanes
Chrisostomus Pojok, paroki St. Petrus dan Paulus, Klepu. Untuk mendapatkan gambaran tersebut, penulis membagikan kuesioner kepada
kaum remaja sebagai responden. Bab IV Pada bab ini penulis memberikan usulan kegiatan tentang
rekoleksi keluarga sebagai upaya memperkembangan iman remaja melalui doa bersama dalam keluarga.
Bab V Bab ini berisi kesimpulan dan saran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II DOA BERSAMA DALAM KELUARGA DAN PERKEMBANGAN IMAN
REMAJA A.
Doa Bersama Dalam Keluarga Kristiani
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini banyak sekali keluarga katolik yang kurang menyadari pentingnya doa bersama dalam keluarga. Doa
bersama dalam keluarga sangatlah penting bagi perkembangan iman remaja tetapi kurang mendapatkan perhatian yang lebih, hal ini dikarenakan kesibukan anggota
keluarga, kurangnya pemahaman dan penghayatan tentang doa dalam keluarga bagi perkembangan iman remaja.
1. Doa
a. Pengertian Doa
Hadrys, 2007: 1 menyatakan bahwa Doa adalah pertemuan antar pribadi Allah dan manusia yang saling mengasihi, saling mancari dan saling
merindukan. Doa adalah bersatu dengan Allah, membangun persahabatan dengan-Nya, menyampaikan permohonan kepada-Nya. Bagi jiwa, doa mirip
dengan makanan bagi tubuh. Bagi para pengikut Yesus, doa adalah kehidupan.
Paus Benediktus XVI, dalam Youcat 2012:469 menyatakan bahwa: “Doa berarti mengarahkan hati kepada Allah. Ketika seseorang berdoa, ia
masuk dalam hubungan yang hidup dengan Allah”.
Doa adalah pintu gerbang untuk berkomunikasi dengan Allah. Seorang yang berdoa tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri dan oleh kekuatannya
sendiri. Dia tahu ada Allah tempat dia dapat bercakap-cakap. Orang yang berdoa semakin memercayakan diri kepada Allah. Selama hidup didunia,
manusia mencari kesatuan dengan Allah yang suatu hari nanti akan dijumpai muka dengan muka. Maka, usaha untuk berdoa setiap hari adalah bagian dari
kehidupan orang kristen. Tentu, seseorang tidak dapat belajar berdoa dengan cara yang sama seperti balajar teknik, betapapun aneh kedengarannya, namun
harus dikatakan bahwa doa adalah anugerah yang dapat diperoleh melalui doa.
Doa pertama-tama dan terutama suatu pernyataan iman di hadapan Allah KWI, 1996: 194, sama halnya seperti yang telah diingatkan St. Agustinus
bahwa doa mempersiapkan kita untuk menerima karunia dari Tuhan yang ditawarkan kepada kita: “...Allah Bapa kita tidak meminta kita untuk
menunjukkan hasrat kita kepada-Nya, karena kita pasti tidak akan menyadarinya. Akan tetapi Ia meminta, bahwa melalui doa, kemampuan kita
untuk berhasrat kepada- Nya akan tumbuh”. Demikian halnya melalui doa
manusia menyatakan imannya kepada Allah menjadikan diri lebih siap dekat dengan-Nya.
Memanjatkan doa merupakan wujud kerinduan akan sapaan Allah. Selain berkomunikasi dengan-Nya ternyata berdoa juga memiliki dampak tersendiri.
Adapun cara untuk berdoa dalam Youcat art. 500 “...ada doa lisan, doa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meditasi, dan doa kontemplatif.” Ketiga cara doa tersebut menyatukan kembali pikiran dan hati setiap orang.”
Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Doa
adalah cara kata cinta seorang anak kepada Bapanya. Namun, pengungkapan doa tersebut tidak perlulah dengan menggunakan banyak kata lih, Mat 6:7
akan tetapi juga dapat menjadi pendukung olehnya. Darminta 1982: 42 mengatakan doa sebagai ungkapan normal dari cinta
manusia kepada Allah. Dalam hal ini mempunyai suatu kerinduan untuk hidup dalam hadirat Allah. Tetapi tidak cukup untuk kehidupan rohani bila
kerinduan itu hanya dipenuhi dengan berfikir terus tentang Allah. Tetapi yang lebih penting ialah “melaksanakan dengan penuh cinta kehenak Allah.
Mengenal, mencintai dan melaksanakan kehendak Allah merupakan pokok hidup iman, harapan dan cinta”.
Seperti halnya juga Sr. Theresia Lisiux dalam Youcat art. 264 menyatakan bahwa “Doa adalah ayunan hati; suatu pandangan sederhana ke
surga, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah percobaan maupun kegembiraan.” Doa menjadi suatu ungkapan dari dalam hati yang sederhana
sebagai bentuk syukur atas hidup yang masih di dapat. Sedangkan Emboiru dalam buku Katekismus Gereja Katolik art. 2559
mengatakan bahwa: Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan
kepada Tuhan demi hal- hal yang baik”. Dari mana kita berbicara, kalau
kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau “dari jurang” Mzm 130:1 hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan Bdk. Luk 18:9-14.
Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” Rm 8:26. Supaya mendapat anugerah doa,
kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Itulah sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja Katolik. Berdoa adalah getaran hati suara nurani yang menyapa Allah. Suatu
permohonan dan syukur kepada Allah. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan suatu bagian penting bagi orang
beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang
hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Maka kebiasaan berdoa bagi umat Katolik sangatlah penting mulai dari anak-anak hingga orang tua dan kakek
nenek tak terkecuali wajib berdoa.
b. Doa sebagai anugerah Allah
Emboiru dalam buku Katekismus Gereja Katolik, art.2559-2560 mengatakan bahwa:
Doa adalah pengakuan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan dalam hal-
hal baik” Yohanes dari Damaskus, f.o.3,24. Dari mana kita berbicara, kalau kita
berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita kabawah atau “dari jurang”Mzm 130. 1 hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang
merendahkan diri akan ditinggikan. Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaiamana sebenarnya harus berdoa” Rm 8.26.
Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah, Yoh 4:10. Mukjizat doa jurstru menunjukkan diri disana, di pinggir sumur, tempat kita
mengambil air. Disana Kristus bertemu dengan setiap orang; Ia mencari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kita, sebelum kita mencari Dia, dan Ia meminta: “Berilah Aku minum” Yesus kehausan; permohonan-Nya datang dari kedalaman Allah yang
merindukan kita. Entah kita tahu atau tidak, di dalam doa kehausan Allah menemui kehausan kita. Allah merasa haus akan kehausan kita akan Dia.
Rumusan tersebut menjelaskan bahwa dalam berdoa perlu adanya kerendahan hati. Berdoa berarti meminta ini atau itu atau meminta
seseorang, untuk dikabulkan. Sebetulnya yang berdoa bukanlah manusia, melainkan Roh Allah sendiri. Itu berarti bahwa kita berdoa bukan
berdasarkan jasa-jasa kita,tetapi berdasarkan kasih sayang Allah yang berlimpah-limpah. Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.
Mengemis anugerahrahmat. Supaya mendapakan rahmatanugerah doa, maka kita harus bersikap rendah hati. Karena Kerendahan hati adalah
dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” Rm 8:26.
c. Arti Berdoa
Hadrys, 2007: 1 mengatakan bahwa: Berdoa
berarti berpikir
tentangAllah sambil
mengasihi-Nya, mengahdapi-Nya dengan sikap siap dipakai oleh-Nya, berjumpa dengan-
Nya, bercakap-cakap dengan-Nya, terutama mendengarkan-Nya. Berdoa juga melampaui kehidupan
fana ini, „mengintip‟ kedalam surga, „menerobos‟ kedalam alam yang kekal.
Doa manusia datang dari lubuk hati yang paling dalam. Bagaimanapun
bentuk kegiatan dan kata-kata, dengannya doa mengungkapkan diri, yang berdoa itu selalu seluruh manusia. Tetapi untuk melukiskan tempat asalnya
doa, Kitab Suci kadang-kadang berbicara tentang jiwa atau roh. Jika hati itu jauh dari Allah, doa pun tidak mempunyai arti. Hati adalah rumah di mana
aku berada dan tempat aku tinggal. Inilah pusat kita yang tersembunyi, yang tidak dapat dimengerti baik oleh akal budi kita maupun oleh orang lain.
Hanya Roh Allah dapat menyelami dan mengetahuinya. Dalam kedalaman cita-cita kita, hati adalah tempat keputusan. Ia adalah tempat kebenaran, di
mana kita memilih antara hidup dan mati. Ia adalah tempat pertemuan karena kita hidup dalam hubungan dengan citra Allah. Hati adalah tempat perjanjian.
Doa Kristen adalah hubungan perjanjian antara Allah dan manusia di dalam Kristus. Ia adalah tindakan Allah dan tindakan manusia. Ia berasal dari Roh
Kudus dan dari kita. Dalam persatuan dengan kehendak manusiawi Putera Allah terjelma, doa mengarahkan diri sepenuhnya kepada Bapa.
d. Doa dalam Kitab Suci
Dari Kitab Suci kita ingin belajar tentang cara maupun ajaran bagaimana berdoa. Pertama-tama kita perhatikan hati sebagai tempat doa. Lalu akan kita
coba untuk menguraikan tahap-tahap yang digunakan oleh Kitab Suci dalam mkendidik orang beriman berdoa: pertama orang diajak masuk kiedalam
dirinya sendiri dan mengakui bahwa dirinya adalah orang berdosa; kedua orang diajak berseru kepada Tuhan memohon agar diubah; ketiga dalam
kesediaan seperti itu orang diajak mengingat-ingat dalam hati bahan renungannya; keempat berdasarkan pengaruh ingatan hati itu orang diajak
merasakan kerinduan yang timbul dalam dirinya; akhirnya diharapkan bahwa orang mencapai tujuan doa, yaitu patuh kepada Allah dan tanggap terhadap
dorongan Roh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bila kita sudah masuk kedalam Kitab Suci, maka akan lebih mudah bagi kita menerima petunjuk guru-guru rohani, dan dengan begitu kita akan dapat
mengatasi semangat setengah-setengah dalam hidup rohani. Satu hal yang tidak dapat kita lupakan ialah bahwa Kitab Suci membarikan kepada semua
pembinaan religius, apapun aliran yang diikutinya, suatu keseimbangan dan kelurusan yang tak ditemukan dimanapun juga. Hal itu akan kita lihat, bila
kita nantinya memperhatikan kepuasan, realisme dan kesatuan hidup rohani yang dicapai oleh hidup mereka, yang setia mengikuti ajaran-ajaran Kitab
Suci Darminta, 1985:13-18. Menurut Kitab Suci, manuasia tidak boleh meremehkan rasa persaan
dalam menghayati hubungannya dengan Allah. Doa tidak sekedar merupakan tindak bakti kepada Allah belaka, meskipun itu dilakukan dengan tekun dan
setia. Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa,
itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak
seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya Mat 11:25-27.
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya
itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan
orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” Sesudah itu
berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat Luk 10:21-23.
Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah
mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku
mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku Yoh 11:41-42.
Dari ketiga penginjil diatas doa Kristus semasa karya-Nya secara eksplisit. ketiganya mulai dengan ucapan terima kasih. Seluruh doa Yesus
mendapat tempatnya dalam persetujuan hati manusiawi-Nya yang penuh kasih terhadap Bapa dan rahasia kehendak-Nya. Doa Yesus yang didukung
oleh ucapan terima kasih, mengatakan kepada kita bagaimana kita harus berdoa: malahan sebelum anugerah diberikan, Yesus menyetujui Allah yang
memberi dan yang menganugerahkan Diri sendiri di dalam anugerah-Nya. Pemberi lebih bernilai daripada anugerah yang diberikan. Ia adalah “harta”,
dan hati putera-Nya ada pada-Nya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Sumber Doa
Menurut agama Kristen, sebetulnya yang berdoa bukan manusia, melainkan Roh Allah sendiri. “Kita tidak tahu,bagaimana sebenarnya harus
berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita” Rm 8:2.
Paulus tidak hanya berkata bahwa Roh berdoa untuk kita. Tetapi ia menambahkan: “Allah yang menyelidiki hati nurani, menetahui maksud Roh,
yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” Rm 8:27. Rohlah yang berdoa sesuai dengan kehandak Allah,
“dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” ay.26 dengan permohonan Ilahi bdk. 2Kor 12:4. Maka dengan tugas Paulus juga berani berkata bahwa
tidak ada seorangpun yang dapat mengaku: Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus” 1Kor12:3. Doa hanya mungkin dalam dan oleh Roh Kudus,
“karena kasih Allah telah tercurahkan didalam hati kita oleh Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita Rm 5:5. Kita adalah anak Allah tercinta oleh Roh
Kudus. Maka oleh roh kudus pula kita harus menyapa Allah sebagai Bapa. Doa mengungkapkan apa yang hidup didalam hati orang beriman. Maka
untuk seluruh umat beriman, paulus berdo: “semoga Allah memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman, supaya oleh
kekuatan Roh Kudus kamu brlimpah-limpah dalam pengah arapan” Rm
15:13. Hidup Kristen dirumuskan dalam tiga sikap dasar. “Berbajuzirahlah iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan”, 1Tes 5:8.
Dan sikap dasar itu, sebagai tanggapan manusia terhadap kasih-karunia Allah merupakan sumber doa.
Dari penjelasan di atas kita berdoa bukan berdasarkan jasa-jasa kita, tetapi berdasarkan kasih sayang Allah yang berlimpah-limpah. Doa
merupakan pernyataan kepercayaan akan kasih sayang Allah. Maka hanyalah doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan manusia.
f. Bentuk Doa
Karena bentuk doa yang begitu luas, tidak mengherankan bahwa orang menghadap Tuhan dengan aneka cara dan kata. Didalam kebiasaan gereja
dibedakan dua bentuk doa yang pokok, yaitu Puji-syukur dan permohonan. Puji-syukur yang dalam bahasa kuno Eukharistia, merupakan tanggapan
manusia atas segala anugerah Tuhan. Puji-syukur itu tidak sama dengan “terima kasih”. Puji-syukur pertama-tama mengungkapkan rasa heran dan
kagum atas kebaikan Tuhan. Maka dalam “kemuliaan” gereja juga dapat berdoa; “kami bersyukur kepada-Mu”, karena kemuliaan-Mu yang besar”.
Gereja beryukur karena kemuliaan Tuhan, bukan karena anugerah yang diterimanya. Puji-syukur merupakan kegembiraan bahwa ada Tuhan; syukur,
ada Tuhan Tentu saja, kebaikan Tuhan diketahui manusia angugerah- anugerah, yang telah diberikan oleh-Nya, mulai dengan penciptaan dan
kemudian dalam seluruh sejarah keselamatan. Anugerah Allah yang paling besar adalah Putera-Nya, Yesus Kristus, serta Roh yang diutus-Nya dari
Bapa. Atas semua anugerah itu orang kristen memuji dan memuliakan Tuhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Doa permohonan bukanlah minta-minta. Puji-syukur berarti memuliakan kebaikan dan keluhuran Allah; dalam permohonan diakui dan dinyatakan
kelemahan dan kemiskinan manusia. Maka yang pertama-tama dimohon adalah pengampunan dan belas kasih Tuhan, sebab dosa manusia merupakan
sumber kemalangan
yang terbesar.
Manusia memohon
kekuatan untukmenerima hidup seadanya, baik dirinya sendiri maupun orang lain.
Permohonan dan puji-syukur tidak bertentangan, melainkan dua segi dari satu k
enyataan hidup. Maka tepatlah nasehat ini: “Bertekunlah dalam doa dan berjaga-jagalah
sambil mengucap syukur” Kol 4:2 KWI 2010: 197-198.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa doa puji-syukur suatu doa dimana manusia mengucap syukur kepada Allah karena rahmat-Nya yang
begitu besar kepada manusia. Sedangkan doa permohonan adalah doa dimana manusia meminta belas kasih Allah agar dosa-dosanya diampuni serta
diberikan kehidupan yang lebih layak dihadapan Allah.
g. Cara Berdoa
Paus Benediktus XVI, art 499-504 dalam bukunya Katekismus Populer mengatakan bahwa:
Sejak awal mula, orang-orang kristen berdoa paling sedikit pada pagi hari, sebelum dan sesudah makan, setiap pada malam hari.
Seseorang yang tidak berdoa secara teratur cepat atau lambat tidakakan berdoa sama sekali.
Ada banyak cara berdoa. Beberapa orang mengikuti hanya satu cara, yang lain memakai semua cara. Semua itu merupakan momentum kepastian
yang hidup: Kristus ada disana, dalam setiap doa. Ia berbicara didalam diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kita. Dan satu kesempatan lain, Ia adalah pribadi yang diam, orang asing yang jauh. Bagi setiap orang, doa tetap dalam variasinya yang tak terbatas. Ini
merupakan jalan kepada hidup yang tidak datang dari diri kita sendiri, tetapi dari suatu tempat yang lain.
Ada beberapa cara berdoa diantaranya doa lisan, doa meditasi, dan doa kontemplatif.
1 Doa Lisan
Paus Benediktus XVI, art 501 dalam bukunya Youcat Indonesia mengatakan bahwa:
Doa adalah mengangkat hati kepada Allah. Dan Yesus sendiri mengajarkan kepada para rasul-Nya untuk berdoa dengan kata-
kata. Dengan Bapa Kami, dia memberikan kepada kita.
Doa lisan merupakan unsur hakiki dalam kehidupan Kristen. Kristus mengajar murid-murid-Nya yang meresa tertarik pada doa batin dari
Gurunya, satu doa lisan: Bapa Kami. Yesus tidak hanya mendoakan doa-doa liturgi dalam Sinagoga, tetapi-seperti yang ditunjukkan Injil kepada Kita Ia
sendiri mengangkat suara, mengungkapkan doa pribadi-Nya. Doa-doanya terbentang dari memuji Bapa dengan penuh gembira sampai pada
permohonan dalam sakratul maut di taman Getsemani Emboiru, 1995:677. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Doa Meditasi
Kata meditatio juga berasal dari bahasa Latin. Kata kerjanya adalah meditari. Meditari berarti merenungkan secara mendalam, mempersiapkan,
mempelajari, dan melatih diri. Kata benda meditatio menunjukkan proses usaha permenungan, persiapan, latihan dan mempertimbangkan segala sisi
dengan cermat Darmawijaya, 1999: 24. Sedangkan jika dilihat dari kata Latin meditare berarti berpikir-pikir sampai menemukan permukaan hingga
menemukan yang di pusat atau inti medium Heuken, 2005: 119. Sedangkan menurut Sardjono 2012: 6 mendefinisikan meditasi adalah
bagian dari relaksasi, pengaturan napas yang berpengaruh pada pengendalian emosi.
Adapula pengartian Meditasi adalah jalan yang dimaksudkan untuk “melampaui” dunia yang kelihatan ini untuk masuk ke dalam diri kita ke
dasar diri kita yang kita sebut Allah Bede, 2011:7-8. Seperti halnya dalam tradisi Kristiani bahwa memang meditasi dimaksudkan berdoa dengan
berpikir, membandingkan serta membangkitkan rasa-perasaan tentang kebenaran iman Heuken, 2005: 119. Dilihat dari pengertian di atas, kata
meditasi ialah doa dengan pemusatan diri untuk bertemu dengan Allah sendiri.
Bermeditasi bukan saja merupakan kegitan yang tidak berarti. Dalam tradisi Kristiani ternyata doa juga dapat dibedakan. Dalam doa batin
dibedakan kegiatan merenungkan dengan memusatkan pikiran budi yang disebut meditasi KWI, 1996: 198.
Youcat art. 504 tentang doa meditasi diungkapkan bahwa: Dalam Meditasi, seorang Kristen mencari keheningan sedemikian rupa
untuk mengalami keakraban dengan Allah dan untuk menemukan kedamaian dalam hadirat-Nya. Ia mengharapkan pengalaman yang
menyentuh dari kehadiran Allah, yang merupakan rahmat dari hasil teknik tanpa syarat. Rahmat itu tidak muncul dari hasil teknik meditasi,
namun sungguh dari kemurahan kasih Allah.
Melihat pengertian meditasi di atas dapat dimengerti bahwa meditasi adalah merenungkan, mempersiapkan, pelatihan secara rileks dan pikiran
dibiarkan untuk tenang dan terpusat dengan pengaturan nafas yang dapat dimaksudkan untuk “melampaui” dunia yang tidak kelihatan untuk masuk
dalam diri kita, kesadaran diri kita yang kita sebut Allah. 3
Doa Kontemplatif
Paus Benediktus XVI, art 501 dalam bukunya Youcat Indonesia mengatakan bahwa: “Doa kontemlpalif adalah kasih, keheningan,
mendengarkan, dan berada di ha dirat Allah”.
Untuk melakukan doa batin, orang memerlukan waktu, niat, dan terutama hati yang murni. Doa batin merupakan doa mendalam yang didorong oleh
sikap rendah hati sebagai ciptaan yang melepaskan topeng, mempercayai cinta kasih, dan mencari Allah dari hati doa batin biasa disebut doa hati atau
doa kontemplasi. Kontemplasi ialah memandang Yesus dengan penuh iman. Kontemplasi
memandang misteri kehidupan Kristus dan dengan demikian memperoleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“pengertian batin mengenai Tuhan”, untuk mencintai-Nya lebih sungguh dan mengikuti-Nya dengan lebih baik lagi Emboiru, 1995:681.
Melihat pengertian kontemplatif diatas dapat dimengerti bahwa doa kontemplatif adalah ungkapan sederhana tentang misteri doa. Ia memandang
Yesus dengan penuh iman, mendengarkan sabda Allah dan mencintai tanpa banyak kata. Ia mempersatukan kita dengan doa Kristus, sejauh ia
mngikutsertakan kita dala misteri-Nya.
2. Pengertian Keluarga
a. Keluarga
Seorang anak manusia memulai kehidupan dalam keluarga. Entah apapun yang terjadi padanya kemudian, keluarganya menjadi bagian pengalaman
hidupintelektual, emosional, personal, sosial, religius yang amat menentukan. Dalam keluarga seorang anak belajar mengenal sesama yang berbeda dari
dirinya tetapi mau menerimanya. Iapun belajar menganal kehidupan bersama. Dengan bekal itu, seorang anak menelusuri dunianya, tetangga, desa; dan
dengan bekal secukupnya ia berani memutuskan: tinggal atau pergi dari lingkungannya itu. Dalam keluarga seorang anak manusia, hari demi hari,
bulan demi bulan, dan tahun demi tahun dibangun jiwa dan badannya, emosi, dan perilakunya, menjadi orang dewasa yang bisa menyumbangkan diri bagi
hidup bersama. Ia bisa memperkaya hidup ini, bisa menjadi benalu dalam hidup bersama, bisa juga menyuburkan dengan nilai-nilai luhur yang tergali
dalam keluarganya Darmawijaya, 1994: 9. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam masyarakat Indonesia, pengertian “keluarga” seringkali juga menunjuk pada “keluarga besar”, yang terdiri dari keluarga inti suami-istri
dan anak-anak, orang tua dan mertua, serta sanak saudara. Dalam kehidupan sehari-hari relasi antara keluarga inti dan keluarga besar sangat erat dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Ketika kaluarga inti menghadapi suatu persoalan, keluarga besar juga ikut merasakan dan terlibat didalamnya. Baik
keluarga inti maupun keluarga besar hendaknya membangun relasi yang tidak hanya berdasarkan hubungan darah, tetapi lebih dari itu berdasarkan dan
bersumber pada cinta-kasih. Perwujudan dari relasi-relasi tersebut dipengaruhi oleh budaya dan tradisi setempat yang tetap pantas diperhatikan,
dipelihara, dan dihargai dengan sikap kritis, dan kreatif KWI, 2011: 27. Dalam pikiran dan bahasa kita, “keluarga”mempunyai banyak arti: tentu
saja ibu dan ayah dan saudara- saudara kandung termasuk “keluarga”; dengan
mereka kita hidup bersama-sama setiap hari. Keluarga juga bisa menjadi besar karena hadirnya sanak saudara lain. Keluarga besar memberikan rasa
aman karena di sana orang dapat memperoleh ruang gerak dan status sosial. “keluarga inti” menjamin kepastian hidup, karena disana tugas hidup sehari-
hari, yang makin rumit itu, dapat diselesaikan. Kedua bentuk keluarga itu saling berkaiatan satu sama lain KWI, 1996: 54-55.
Keluarga adalah sekolah yang utama untuk kehidupan sosial, memberiakan contoh dan rangsangan untuk menjangkau masyarakat yang
lebih luas. Ada ungkapan yang lebih tegas dari pengarang yang sama yang bunyinya sebagai berikut: “Keluarga adalah sarana yang peling efektif untuk
memanusiakan dan mempribadikan masyarakat, memberikan keutamaan- keutamaan kebijakan dan nilai-nilai, menghormati hak-hak dan martabat
pribadi, yang demikian penting bagi masyarakat modern yang anonim” Eminyan, 2001: 13.
Keluarga sebagai komunitas antar pribadi-pribadi, dengan demikian merupakan “masyarakat” manusiawi yang pertama. “Keluarga merupakan
suatu sekolah untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga mampu mancapai kepenuhan hidupdan misinya, diperlukan komunikasi hati penuh
kabaikan, kesepakatan suami-isteri, dan kerjasama orang tua yang tekun dalam pendidikan anak-anak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu
pembinaan mereka, tetepi juga pengaruh rumah tangga oleh ibu, yang terutama dibutuhkan oleh anak-anak yang masih muda, perlu dijamin, tanpa
maksud supaya pengembangan peranan sosial wanita yang sewajarnya dikesampingkan Eminyan, 2001: 153.
b. Pengertian Keluarga Kristiani
Keluarga kristen mangalami alur dan suasana sama dalam hidup ini. Perbedaan yang memberi warna cukup menantukan bagi kehidupan, baik
pribadi maupun bersama, adalah iman akan Yesus Kristus, yang diutus Allah sebagai sumber keselamatan bagi setiap orang. Berkat iman ini keluarga
kristen, yang berjuang hari demi hari bukan hanya berjuang untuk suatu nilai, malainkan seperti orang yang bisa menghirup udara, tidak menjadikan tarik
nafas sekedar kebiasaan tetapi menjadikannya irama hidup. Keluarga kristen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperjuangkan hari-harinya
sebagai ungkapan
syukur sebagai
penyelenggaraan Ilahi, yang mengawal hidup ini. Maka orang kristen yang membangun keluarga meletakkan dasar utama dan pertama bagi pengalaman
Allah yang menyelamatkan itu. Pengalaman iman itu menjadi salah satu warisan yang amat berharga, bagi hidup selanjutnya Darmawijaya, 1994: 9-
10. Keluarga adalah komunitas cinta yang alami, dan yang sangat intim. Cinta
antara pasangan suami dan istri dan antara mereka dengan anak-anaknya merupakan representasi duniawi yang peling sempurna dari cinta triniter.
Haring juga menekankan bahwa cinta didalam keluarga, dari hakikatnya sendiri, cenderung menjadi triniterian, sebab keluarga merupakan suatu
pembenaran terhadap kehadiran Allah yang kreatif, yang dari-Nya pasangan suami-istri ingin agar Dia memberkati cinta mereka dengan anak. Jadi,
keistimewaan keluarga yang terbesar dan terindah hanya dapat ditemukan bila orang melihat keluarga sebagai komunitas cinta triniter didalam Tuhan,
sebagaimana Hering tulis: “semua yang hidup benar dalam komunitas manusiawi, teristimewa dalam komunitas keluarga, sungguh merupakan
manifestasi sah dari misteri api cinta kasih Allah Tritunggal yang tak dapat dimasuki dan selalu membangkitkan semangat” Eminyan, 2001: 49.
Keluarga kristiani betul menjadi sakramen, yaitu tanda dan sarana penyelamatan Allah dalam kasih Yesus Kristus. Keluarga kristiani berasal
dari sakramen perkawinan. Berkat sakramen, keluarga-keluarga kristiani dimasukkan kedalam misteri penyelamatan Yesus Kristus, yang tetap
berkarya, menebus, dan menguduskan pasangan-pasangan suami-istri tidak hanya sebagai individu, tetapi sebagai anggota-anggota unit keluarga yang
dikehendaki oleh Allah dan dibentuk menurut gambar dan citra-Nya sendiri Eminyan, 2001: 177.
Keluarga kristiani, sebagai kenyataan yang kelihatan, adalah tempat anggota-anggotanya dapat menjumpai Allah serta memperoleh berkat dari
rahmat keselamatan Yesus Kristus. Berkat sakramen perkawinan, yang dilayani oleh gereja, pasangan suami-istri tidak hanya menerima kelimpahan
rahmat pengudusan, yang juga ada dalam ketujuh sakramen, tetapi juga merupakan jaminan memperoleh bantuan khusus dari Allah serta semua
rahmat yang mereka butuhkan untuk menghidupi statusnya yang baru, yakni sebagai suami dan istri, sebagai ayah dan ibu. Dapat dikatakan bahwa
keluarga kristiani itu, sendiri merupakan sakramen karena merupakan sarana atau saluran rahmat bagi setiap anggota keluarganya Eminyan, 2001: 178-
179. Keluarga Kristiani sebagai gereja mini atau gerja domestik mempunyai
tanggungjawab terhadap perkembangan dan pembangunan Gereja dengan ikut berpartisipasi dalam hidup dan misi Gereja didalam cara yang spesifik
didalam keluarga FC 49, Hadiwiratno, 1994: 22. Keluarga Kristiani membangun kerajaan Allah didalam sejarah melalui realitas hidup sehari-hari,
yaitu didalam penghayatan cinta perkawinan antara suami dengan isteri,orang-tua dengan anak-anaknya serta dengan anggota keluarga yang
lain. Cinta yang dihayatinya menuntut kesetiaan, totalitas, kemanunggalan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan mengasilkan buah. Oleh karena itu, partisipasi keluarga dalam Imamat, raja dan kenabian Kristus sebenarnya juga direalisasikan dan di ekspresikan
secara khas pula sesuai dengan statusnya sebagai bapak-ibu, suami-isteri,serta anak-anak yang bersama-sama hidup dalam keluarga yang adalah komunitas
terkecil orang beriman FC 50, Hardiwiratno, 1994: 22.
c. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga
Berkat sakramen babtis, suami-istri dan anak menerima dan memiliki tiga martabat Kristus, yakni martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Dengan
martabat kenabian, mereka mampunyai tugas mewartakan Injil; dengan martabat imamat, mereka mempunyai tugas menguduskan hidup, terutama
dengan menghayati sakramen-sakramen dan hidup doa; dan dengan martabat rajawi, mereka mempunyai tugas untuk melayani sesama.
Berkat sakramen babtis pula, mereka menjadi anggota dan ikut membangun gereja. Keluarga bukan hanya merupakan sebuah komunitas
basis manusiawi belaka, melainkan juga komunitas basis gerejawi yang mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah. Hidup berkeluarga ini
manampakkan hidup gereja sebagai suatu persekutuan Koinonia dalam bentuk yang paling kecil namun mandasar, yang merayakan iman melalui doa
peribadatan Leiturgia, mewujudkan pelayanan Diakonia melalui pekerjaan, dan memberi kesaksian Martyria dalam pergaulan; semuanya itu
menjadi sarana penginjilan Kerygma yang baru KWI, 2011: 15. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keluarga adalah Gereja rumah tangga karena mengambil bagian dalam lima tugas gereja yaitu:
1 Persekutuan Koinonia
Keluarga adalah persekutruan seluruh hidup Cosortium totius vitae antara seorang laki-laki dan seorang perempuan berlandaskan perjanjian
antara kedua pihak dan diteguhkan melalui kesepakatan perkawinan. Persekutuan antara mereka berdua diperluas dengan kehadiran anak-anak dan
keluarga besar. Ciri pokok dari persekutuan tersebut adalah hidup bersama berdasarkan
iman dan
cinta-kasih serta
kesediaan untuk
saling mengembangkan pribadi satu sam lain. Persekutuan dalam keluarga
diwujudkan dengan menciptakan saat-saat bersama, doa bersama, kesetiaan
dalam suka dan duka, untung dan malang, ketika sehat maupun sakit. 2
Liturgi Leiturgia
Kepenuhan hidup katolik tercapai dalam sakramen-sakramen dan hidup doa. Melalui sakramen-sakramen dan hidup doa, keluarga bertemu dan
berdialog dengan Allah. Dengan-Nya mereka dikuduskan dan menguduskan jemaat gerejawi serta dunia. Relasi antara Kristus dengan Gereja terwujud
nyata dalam sakramen perkawinan, yang menjadi dasar panggilan dan tugas perutusan suami-isteri. Suami-isteri mempunyai tanggungjawab untuk
membangun kesejahteraan rohani dan jasmani keluarganya dengan doa dan karya. Doa keluarga yang dilakukan setiap hari dengan setia akan memberi
kekuatan iman dalam hidup mereka, terutama ketika mereka sedang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghadapi dan mengalami persoalan sulit dan berat, dan membuahkan berkat rohani, yaitu relasi yang mesra dengan Allah.
3 Pewartaan Injil Kerygma
Karena keluarga merupakan Gereja Rumah-tangga, keluarga mengambil bagian dalam tugas Gereja untuk mewartakan Injil. Tugas itu dilaksanakan
terutama dengan mendengarkan, menghayati, melaksanakan, dan mewartakan Sabda Allah. Dari hari kehari mereka semakin berkembang sebagai
persekutuan yang hidup dan dikuduskan oleh Sabda. “Keluarga seperti Gereja, harus menjadi tempat injil disalurkan dan memancarkan sinarnya.
Dalam keluarga, yang menyadari tugas perutusan itu, semua anggota mewartakan dan menerima pewartaan Injil. Orang tua tidak sekedar
menyampaikan pewartaan Injil kepada anak-anak mereka, melainkan dari anak-anak mereka sendiri, mereka dapat menerima injil itu juga, dalam
bentuk penghayatan mereka yang mendalam. Dan keluarga seperti itu menjadi pewarta Injil bagi banyak keluarga lain dan bagi lingkungan
disekitarnya. Sabda Allah itu termuat dalam Kitab Suci, yang tidak selalu mudah
dipahami, maka keluarga sebaiknya ikut mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci.
4
Pelayanan Diakonia
Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil untuk mengamalkan cinta-kasih itu melalui pengabdiannya kepada sesama,
terutama bagi mereka yang papa. Dijiwai oleh cinta-kasih dan semangat pelayanan, keluarga katolik menyediakan diri untuk melayani setiap orang
sebagai pribadi dan anak Allah. Pelayanan keluarga hendaknya bertujuan memberdayakan mereka yang dilayani, sehingga mereka dapat mandiri.
5
Kesaksian Iman Martyria
Keluarga hendaknya berani memberikan kesaksian imannya dengan perkataan maupun tindakan serta siap menanggung resiko yang muncul dari
imannya itu. Kesaksian iman itu dilakukan dengan berani menyuarakan kebenaran bersikap kritis terhadap berbagai ketidakadilan dan tindakan
kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta merugikan masyarakat umum.
d. Keluarga Tempat Pendidikan Iman
Peranan orangtua didalam pendidikan iman religius adalah juga esensial. Keluarga adalah pusat katekese sakramental Johanes Paulus II, Ad
Limina Uskup-uskup USA, 24-9-1983. Para orangtualah yang pertama-tama memperkenalkan Tuhan kepada Anak-anaknya. Ayah duniawi hendaknya
memperkenalkan Bapa Surgawi Hardiwiratno, 1994: 24. Pendidikan dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan iman dan
moral katolik, karena kaluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman katolik.
Pimpinan gereja sangat menekankan pentingnya pendidikan iman bagi anak-anak dan remaja. Berkat penerimaan sakramen babtis, mereka menjadi
ciptaan baru dan menjadi putra-putri Allah. Karena itu, mereka berhak menerima pendidikan agama katolik untuk mengembangkan rahmat sakraman
babtis agar sampai pada kedewasaan iman. Sejak dini mereka perlu dibimbing secara bertahap, sesuai dengan tahap perkembangan kepribadiannya, sehingga
semakin mengahayati dan mengembangkan kurnia iman yang telah mereka terima. Pendidikan iman bertujuan menumbuhkan sikap beriman dalam diri
anak. Dengan sikap beriman itu anak-anak siap menyambut kasih Allah dan membalasnya, serta aktif mengambil bagian dalam hidup gereja.
Orangtua adalah pendidik iman yang pertama dan utama bagi anak-anak. Malalui keteladanannya mereka berkatekese agar anak-anak menghayati
hidup iman katoliknya. Maka, perenan orang tua dalam hal ini taktergantikan oleh siapapun.
Salah satu aspek pendidikan iman adalah pemberian dan pengembangan pengetahuan iman. Sumber-summber pengetahuan iman itu adalah Kitab
Suci, Katekismus, Dokumen-dokumen Gereja, dan buku-buku Katekese. Orang tua hendaknya berusaha mengusahakan sumber-sumber pengetahuan
iman itu dalam keluarga. Bila orangtua tidak mampu menyediakannya, hendaknya mereka memenfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di luar rumah.
Iman dirayakan,disyukuri dan dipupuk terutama melalui doa-doa dan ibadat-ibadat, baik yang bersifat liturgis maupun devosional. Maka,
pendidikan iman itu dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan rohani, seperti liturgi, doa bersama, devosi, dan sebagainya. Keluarga sebagai gereja
rumahtangga mempersiapkan anak-anak untuk menerima sakramen- sakr
amen. Dengan demikian, keluarga menjadi pusat katekese “sakramental” bagi anak-anak.
Cara-cara konkret dalam memberikan pendidikan iman Katolik kepada anak-anak, yang hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh orang tua
adalah sebagai berikut:
1. Doa pribadi dan doa bersama
Anak-anak sebaiknya dibiasakan berdoa secara teratur, baik secara pribadi, bersamakeluarga maupun komunitas basis gerejawi. Perlu dijelaskan
kepada mereka bahwa berdoa adalah berkomunikasi dengan Tuhan. Mereka perlu diberi teladan konkret dalam hidup doa melalui doa keluarga itu sendiri.
Mereka yang masih kecil pada awalnya hanya meniru sikap orang tua saja dalam berdoa, namun secara bertahap sesuai dengan perkembangan umur dan
pemahamannya, merekaperlu didorong untuk mengungkapkan isi hati secara sepontan dalam berdoa. Selain itu, dalam berdoa mereka dilatih untuk
menggunakan secara tepat benda-benda rohani seperti salib, patung, gambar, rosario, dan lain-lain.
2. Mengikuti Perayaan Liturgi
Sejak dini anak-anak perlu diajak mengambil bagian aktif dalam perayaan liturgi, terutama Ekaristi, supaya mereka menganal dan mencintai
Tuhan. Perayaan Ekaristi khusus untuk anak-anak dapat diselanggarakan, karena perayaan Ekaristi tersebut membantu mereka untuk lebih terlibat
didalamnya. Bila mereka sudah mampu memahami, orang tua sebaiknya menjelaskan makna perayaan Ekaristi, yaitu perjamuan kasih Tuhan. Dalam
perjamuan itu Tuhan memberikan Diri-Nya dan memanggil manusia untuk bersatu dengan-Nya. Maka, menyambut Tubuh Kristus dalam komuni berarti
bersatu dengan Tuhan dan gereja yang adalah tubuh mistik Kristus.
3. Membaca dan Merenungkan Kitab Suci
Kitab Suci memuat kekayaan iman yang sangat baik dan efektif untuk mengambangkan iman anak-anak. Melalui membaca Kitab Suci anak-anak
menganal Allah yang menyelamatkan manusia dalam sejarah keselamatan terutama dalam diri Yesus Kristus. Dengan membaca dan mendengarkan
serta merenungkan Kitab Suci, hati mereka diarahkan kepada Allah yang hadir melalui Sabda-Nya. Melalui membaca Kitab Suci itu anak-anak
menamukan dasar iman, yaitu ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus dan menimba inspirasi untuk hidup iman mereka melalui teladan hidup-Nya dan
tokoh-tokoh iman dalam Kitab Suci.
4. Ikut Aktif dalam Kelompok Pembinaan Iman
Untuk membantu orang tua dalam mamberikan pendidika iman dan menumbuhkan sikap menggereja dalam diri anak, mereka dihimbau untuk
senantiasa mendorong anak-anak untuk ikut aktif dalam kelompok pembinaaan iman, misalnya sekolah minggu, Pembinaan Iman Anak dan
Pembinaan Iman Remaja PIA dan PIR. Dalam pertemuan kelompok- kelompok tersebut anak-anak dibantu untuk memperkembangkan iman dan
dilatih untuk menghayati kebersamaan sebagai Gereja.
5. Ikut Ambil Bagian dalam Kegiatan Rohani
Rekoleksi, retret, ziarah,dan sebagainya sudah dikembangkan cukup lama dalam gereja dan menghasilkan buah-buah yang baik. Maka, orang tua
hendaknya mendorong dan mendukung anak-anaknya untuk mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan tersebut demi pengembangan beriman
mereka KWI dalam Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 31-33. Kegiatan rohani seperti ini memang sangat penting untuk dilaksanakan.
Dalam suatu kesempatan mereka dapat bertemu untuk membagikan pengalaman mereka masing-masing. Dengan adanya kegiatan rohani ini
mereka juga memperoleh pengalaman iman dari hasil sharing serta dari materi yang diberikan.
3. Doa Bersama dalam Keluarga Kristiani
a. Pengertian Doa Bersama dalam Keluarga Kristiani
Keluarga Kristiani harus menjadi sekolah doa yang sejati, dimana perjumpaan dengan Kristrus tidak hanya merupakan moment untuk memohon
dan mengaku tetapi terutama untuki mendengarkan, merenungkan, memuji,menyembah dan bersyukur, hingga hatinya sungguh “jatuh cinta” dan
rindu akan hadirat Tuhan. Doa sejati tidak terpisah dari kenyataan hidup. Dengan membukia hati untuk mencintai Tuhan, serentak hati kita pun terbuka
untuk mencintai sesama, dan memampukan kita untuk menjalani liku-liku hidup ini seturut rencana dan tuntutan kasih-Nya.
Dalam keluarga, para orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkan hal doa kepada anak-anaknya, mengajak mereka mengenal secara bertahap
misteri Allah dan membangun relasi personal dengan-Nya. Justru dalam keluarga Kristen, sedari masa kecil, anak-anak seturut iman yang telah
dinyatakan dalam pembabtisan, harus diajarkan pengetahuan akan Allah, menyembah Dia, dan mencintain sesamanya.
Doa keluarga mempunyai cirinya yang khusus: bahwa doa itu dihaturkan oleh ayah, ibu, anak-anak bersama-sama sebagai satu keluarga. Bersekutu dan
bersatu dalam doa bersama merupakan konsekuensi dan tuntutan dari sakramen babtis dan perkawinan. Teladan konkret dan kesaksian hidup dari
orang tua memang sangat penting dan tak tergantikan dalam rangka mendidik anak-anak untuk berdoa. Doa bersama justru memberikan kesan dan dampak
mendalam yang takkan terhapus di hati anak-anak. Anak-anak dibiasakan sedari kecil ambil bagian dalam Ekaristi dan sakramen-sakramen. Selanjutnya
doa bersama menambah kekuatan dan kebersatuan keluarga dan membantu keluarga ambil bagian dalam kuasa-kuasa Allah sendiri Pito Duan, 2003:70-
73. Injil Mat 18:19-20 menegaskan bahwa:
Yesus bersabda: “jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh
Bapa-Ku yang di surga. Sebab, dimana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka.
Kutipan Injil diatas menegaskan bahwa janji Yesus senantiasa hadir dan tinggal bersama kita dan keluarga, bila kita pun tinggal bersatu dalam Dia
dalam doa bersama.
b. Waktu Doa Bersama dalam Keluarga Kristiani
Kesempatan untuk doa bersama cukup banyak. Setiap hari ada: pagi, sebelum dan sesudah makan, malam hari. Lagi: bila seorang anggota keluarga
adalah sakit, merayakan hari ulang tahun, menghadapi peristiwa penting ujian, melamar kerja, perjalanan jauh, tunangan, operasipembedahan dan
masih banyak lagi. Kehidupan sehari-hari dapat mendorong setiap anggota keluarga untuk mendoakan yang lain.
Kesempatan paling baik seluruh keluarga berdoa bersama adalah selain secara singkat sebelum dan sesudah makan bersama yaitu pada malam hari.
Doa malam merupakan suatu kesempatan untuk menyelesaikan banyak persoalan yang timbul didalam hidup keluarga. Jika pada siang harinya
anggota keluarga berselisih dan bertengkar, maka ada baiknya kita mendamaikan diri dalam doa malam bersama. Kita merenungkan bersama
mengenai kewajiban kita untuk memelihara kesatuan dan keakraban serta kedamaian dalam keluarga kita. Yang bersalah bersedia meminta maaf yang
tidak bersalah mau menerima permintaan maaf itu. Dengan demikian akan lahir suatu ikatan kasih yang mesra diantara anggota keluarga, yang mana
mutlak diperlukan dalam hidup mereka di kemudian hari Heuken 1979:18- 20.
B. REMAJA
1. Siapa Remaja Itu?
Mereka adalah pemuda pemudi yang berada pada masa perkembangan yang disebut masa “adolesensi” masa remaja masa menuju kedewasaan.
Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi, tetapi juga belum bisa
disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini biasanya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kearah
kedewasaan. Ditinjau dari sudut kronologis pada suatu pembatasan yang relatif fleksibel, masa remaja ini terjadi sekitar umur 12-20 tahun.
Masa adolesendi ini disebut juga masa “physiological learning” dan “social learning”, hal ini berarti bahwa pada masa ini pemuda pemudi remaja
sedang mengalami suatu pematanga pisik dan pematanga sosial. Kedua hal ini serempak terjadi pada waktu yang bersamaan. Dalam kematangan fisik ini
remaja mengalami proses perubahan struktur dan fungsi jasmaniah psikologis mengarah pada kedewasaan fisik timbulnya kemungkinan
reproduksi. Dalam pematangan sosial remaja mengahadapi prosesn belajar
mengadakan penyesuaian diri atau “adjustment” pada kehidupan sosial orang dewasa secara tepat. Hal ini berarti pula, bahwa remaja harus belajar pola-
pola tingkah laku sosial yang dilakukan orang dewasa dalamlingkungan kebudayaan pada masyarakat dimana mereka hidup Melly,1984:1.
2. Perkembangan Remaja
Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and Education menyebutkan adanya sepuluh tugas perkembangan remaja yaitu:
a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman
sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis kelamin lain. Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai
wanita dan laki-laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa diantara orang dewasa. Mereka dapat bekerjasama dengan orang lain dengan tujuan-
tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.
b. Dapat menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin masing-
masing, artinya mempelajari dan menerima peran masing-masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat.
c. Menerima keyataan realitas jasmaniah serta menggunakannya seefektif
mungkin dengan perasaan puas. d.
Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang
tuanya. Ia membebaskan diri dari ketergantungannya terhadap orang tua atau orang lain.
e. Mencapai kebebasan ekonomi. Ia merasa sanggup untuk hidup
berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat penting bagi laki-laki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-angsur menjadi tambah penting.
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan. Artinya
belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakatnya dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.
g. Mempersiapkan untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan
pengetahuan dan ketrampilan bagaimana mengurus rumah tangga dan mendidik anak.
h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang
diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat maksudnya ialah, bahwa untuk menjadi warganegara yang baik perlu memiliki
pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi, tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
i. Memperlihatkan tingkah laku
yang secara
sosial dapat
dipertanggungjawabkan. Artinya, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta
mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional.
j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-
tindakannya dan sebagai pandangan hidupnya. Norma-norma tersebut secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam menetapkan
kedudukan manusia dalam hubungannya dengan Sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain;
membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara nilai- nilai pribadi dan dengan orang lain Melly, 1984:2-3.
Dari sepuluh tugas perkembangan ini, dapat dilihat hubungan yang cukup erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan remaja dalam hidupnya. Hal ini merupakan pondasi supaya mereka dapat hidup dalam masyarakatnya.
C. Perkembangan Iman