87
penghayatan hidup bakti dan minat terhadap panggilan hidup bakti dengan nilai signifikansi
ᦪ 0,05.
2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti
Hasil analisis deskriptif variabel penghayatan hidup bakti secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata kaum muda mengalami biarawan-
biarawati menghayati hidup bakti dengan baik dan masuk dalam kategori setuju. Hal tersebut diperkuat dengan deskripsi setiap aspek dari variabel penghayatan
hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi aspek kaul kemurnian, kemiskinan dan kaul ketaatan.
a. Aspek Kaul Kemurnian
Pada asepek kaul kemurnian biarawan-biarawati menghayati kaul dengan baik terdapat persentase 50 54 orang masuk dalam kategori setuju. Artinya
bahwa biarawan-biarawati menghayati dan memberi kesaksian akan kaul kemurnian dengan baik yaitu dengan menujukkan sikap gembira, dewasa dalam
menjalin relasi dengan sesama dan total dalam pelayanan di tengah masyarakat terutama kepada mereka yang miskin, menderita, difabel dengan tidak membeda-
bedakan orang. Kesaksian hidup biarawan-biarawati ini bagi kaum muda sangat baik dan berharga bagi hidup mereka di zaman ini yang penuh dengan kemajuan
teknologi komunikasi yang semakin mendunia.
b. Aspek Kaul Kemiskinan
Pada aspek kaul kemiskinan kaum muda melihat biarawan-biarawati memberi kesaksian yang baik dengan persentase 45 49 orang masuk kategori
88
setuju. Hasil ini menjukkan bahwa biarawan-biarawati dalam padangan kaum muda berdasarkan pengalaman mereka, biarawan-biarawati mampu meneladan
hidup Yesus yang miskin, sederhana dan penuh totalitas dalam pelayanan terutama kepada mereka yang miskin, tertindas, dan menderita lewat karya
kerasulan tarekat.
c. Aspek Kaul Ketaatan
Pada aspek kaul ketaatan terdapat persentase yang cukup banyak yaitu 55 60 orang masuk kategori setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa biarawan-
biarawati mendapat tanggapan yang baik dari kaum muda bahwa melalui kesaksian hidupnya, dapat melaksanakan dengan setia tugas perutusan yang
dipercayakan padanya dengan sukacita dan menunjukkan rasa tanggung jawab dalam menjalaninya.
Biarawan-biarawati hidup bakti secara khusus menjadikan semangat Injili sebagai pilihan hidup yang dihayati secara total, radikal, dan konsekuen
dengan hati yang tidak terbagi dan terpusat pada Tuhan, dan ditandai dengan pengikraran kaul-kaul. Ketiga kaul ini adalah bentuk nyata sebagai perlawanan
terhadap budaya gila harta, kehormatan, dan kekuasaan. Dengan ketiga kaul ini, biarawan-biarawati hidup bakti belajar untuk tidak mencari kenikmatan dunia ini,
tetapi lebih mau meyerahkan diri kepada Tuhan lewat tugas perutusan yang diberikan tarekat.
Kesaksian hidup biarawan-biarawati dalam melaksanakan tugas perutusan ditunjukkan dengan sikap gembira, totalitas, menjalin relasi yang baik
tanpa membeda-bedakan, menerima tugas apa pun yang diberikan sebagai wujud
89
cintanya pada Tuhan yang tentunya sangat menentukan mutu penghayatan hidup kaul menurut nasihat Injil. Kesaksian hidup biarawan-biarawati itu terbukti bahwa
hidupnya sesuai dengan janji kaul yang telah diikrarkan kepada Tuhan dan disaksikan oleh pihak gereja dan para penanggung jawab konggregasi serta umat
yang hadir dalam perayaan liturgi prasetya pertama dan prasetya kekal.
3. Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
a. Aspek Rasa Ingin Tahu
Pada aspek rasa ingin tahu, kaum muda kadang-kadang merasa ingin mengetahui panggilan hidup bakti dan kadang tidak ingin mengetahui panggilan
hidup bakti melalui media kumunikasi seperti: internet, majalah serta proaktif ikut terlibat dalam kegiatan aksi panggilan, rekoleksi kaum muda serta proaktif
bertanya pada biarawan-biarawati. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis data terdapat presentase 47 51 orang masuk dalam kategori netral. Faktor lain yang
mempengaruhi rasa ingin tahu kaum muda mengenai panggilan hidup bakti telah dipaparkan pada kajian pustaka bab dua bahwa minat dinyatakan dalam sikap
terhadap kegiatan-kegiatan yang ditimbulkan minat. Dalam hal ini aspek afektif minat berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu
orang tua, guru dan teman-teman terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk
media massa dan lainnya. Jika kaum muda mempunyai pengalaman atau hubungan
yang menyenangkan
dengan biarawan-biarawati
maka ia
mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan membiara biarawan- biarawati.
90
b. Aspek Sumber Motivasi
Pada aspek sumber motivasi kaum muda menemukan dalam diri biarawan-biarawati sikap disiplin, rajin yang menjadi sumber inpirasi dan
motivasi bagi hidup mereka. Data deskripsi yang memperkuat pernyataan ini terdapat persentase 56 60 orang masuk kategori setuju.
c. Aspek Rasa Senang
Pada
aspek rasa senang kaum muda merasa senang dengan melihat jubah yang digunakan oleh biarawan-biarawati, rajin mengunjungi umat, mengadakan
kegiatan rekoleksi. Hasil analisis deskriptif aspek sumber motivasi tersebut terdapat persentase 48 52 orang masuk kategori setuju.
d. Aspek Rasa Tertarik
Pada aspek rasa tertarik terdapat persentase 48 52 orang masuk kategori netral. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kaum muda kadang-kadang
teratrik dan kadang-kadang kurang tertarik dengan panggilan hidup bakti. Jika kaum muda merasa senang dengan panggilan hidup bakti maka ia akan berusaha
untuk mencari tahu tentang panggilan hidup bakti, namun sebaliknya jika ia tidak senang maka ia tidak tertarik untuk mengetahui tentang panggilan hidup bakti.
Minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti juga tergantung pada kesiapan belajar dan kesempatan untuk belajar pada lingkungan. Jika individu mempunyai
minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental dan dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang
mulai mereka kenal.
91
Berdasarkan hasil deskripsi analisis variabel minat terhadap panggilan hidup bakti secara keseluruhan rata-rata kaum muda mempunyai minat terhadap
panggilan hidup bakti. Melalui kesaksian hidup yang makin baik maka semakin banyak kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti.
Minat merupakan suatu perangakat mental atau kecenderungan dari dalam diri setiap orang untuk mengetahui apa yang dirasakan mengesan,
menyenangkan, menguntungkan, bermakna, dan bernilai, memberi sumber motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan, terdorong untuk melakukan
apa pun untuk mencapainya. Kesaksian hidup biarawan-biarawati secara keseluruhan dalam bertutur kata, dalam membangun relasi kerjasama yang baik
dengan siapa pun, tidak membuat perbedaan terhadap sesama yang dilayani, ikut serta dalam kegiatan paroki dan lingkungan yang merupakan model yang tidak
secara langsung menjadi objek yang menarik, menjadi sumber motivasi, membuat kaum muda merasa senang dan tertarik untuk mengetahui dan mencari informasi
serta mendalaminya lebih jauh tentang panggilan hidup bakti.
4. Korelasi Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Kaum Muda Terhadap
Panggilan Hidup Bakti
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan nyata antara Penghayatan Hidup Bakti variabel X teruji kebenaran hipotesis alternatif Ha
dengan variabel Y Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Prinwulung Yogyakarta dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 ᦪ 0,005.
Maka Hipotesis nihil Ho dalam kajian pustaka bab II ditolak yaitu tidak ada Hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat