G. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Radikal DPPH
Metode DPPH merupakan metode yang sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan. Aktivitas diukur secara spektrofotometri dengan
menghitung jumlah pengurangan intensitas warna ungu larutan DPPH yang sebanding dengan jumlah DPPH yang beraksi dengan senyawa antioksidan.
Menurut Zuhra et al., 2008, peredaman tersebut dihasilkan oleh bereaksinya molekul Difenil Pikril Hidrazil dengan atom hidrogen yang dilepaskan satu
molekul komponen sampel sehingga terbentuk senyawa Difenil Pikril Hidrazin dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning.
Dengan adanya penangkapan radikal DPPH menyebabkan terjadinya penurunan nilai absorbansi DPPH. Reaksi radikal DPPH terhadap senyawa fenolik adalah
sebagai berikut :
NO
2
O
2
N O
2
N N
N
+ AH
O
2
N NO
2
NO
2
H N
N
DPPH Free Radical DPPH Reduced Form
Phenolic Compounds
+
A
Gambar 10. Reaksi antara radikal DPPH dengan senyawa antioksidan Irshad et al., 2012
Mengenai pelarut yang digunakan, dalam penelitian ini menggunakan perlarut metanol karena menurut Molyneux 2004, telah diketahui metanol tidak
memberikan interferensi pada reaksi yang terjadi. Pada penelitian ini digunakan kuersetin sebagai pembanding dalam uji aktivitas antioksidan. Digunakan
kuersetin sebagai pembanding karena kuersetin termasuk flavonoid yang telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan.
Gambar 11. Struktur senyawa kuersetin Cartea, 2010
O O
OH HO
O OH
OH
DPPH- O
O OH
HO O
OH OH
DPPHH
O O
OH HO
O OH
OH H
O O
OH HO
O OH
OH O
O OH
HO O
OH OH
DPPH-
O O
OH HO
O OH
OH DPPH
O O
OH HO
O OH
OH O
O OH
OH O
OH HO
Kuersetin-
O O
OH HO
O OH
OH O
O OH
HO O
OH OH
Gambar 12. Usulan mekanisme reaksi antara kuersetin dan radikal DPPH
Pada gambar 12 menunjukan reaksi kuersetin dalam peredaman radikal DPPH yang dihasilkan oleh bereaksinya molekul DPPH dengan atom hidrogen
yang dilepaskan molekul kuersetin sebagai standar sehingga terbentuk senyawa Difenil Pikril Hidrazin dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari
ungu ke kuning. Pengurangan radikal DPPH juga disebabkan reaksi terminasi antara radikal DPPH dengan radikal kuersetin yang terbentuk.
Metode DPPH dalam analisis ini bertujuan untuk mengetahui parameter konsentrasi yang ekivalen memberikan 50 efek aktivitas antioksidan IC
50
. IC
50
didefinisikan sebagai konsentrasi efektif larutan uji yang dapat menurunkan 50 intensitas serapan blanko dan dapat dihitung dari persamaan regresi linear
pada kurva konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak daun dadap serep terhadap persen peredaman. Semakin kecil harga IC
50
yang dihasilkan menunjukan kemampuan menangkap radikal bebas yang semakin kuat. Persamaan regresi linier dan hasil
perhitungan IC untuk standar kuersetin ditunjukan pada tabel IX dan gambar 13 persamaan regresi linier dan hasil perhitungan IC untuk fraksi etil asetat
ditunjukkan pada tabel X dan gambar 14, sedangkan hasil IC
50
untuk kuersetin dan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep di tunjukan pada tabel XI.
Tabel IX. Hasil aktivitas antioksidan kuersetin dengan metode DPPH
Replikasi Konsentrasi
µgmL IC
Persamaan regresi linier
5,2 24,246
7,8 34,687
I 10,4
44,896 y = 4,024x + 3,323
13 56,265
r=0,9997 15,8
66,589 5
22,817 7,5
33,411 II
10 44,936
y = 4,326x + 1,210 12,5
55,180 r=0,9999
15 66,007
5 23,898
7,5 35,151
III 10
44,315 y = 3,949x + 4,994
12,5 54,176
r=0,9995 15
63,921
Gambar 13. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan kuersetin
y = 4.326x + 1.210 R² = 0.9999
10 20
30 40
50 60
70 80
2.5 5
7.5 10
12.5 15
17.5
IC K
u e
rs e
ti n
Konsentrasi kuersetin µgmL
Kurva konsentrasi kuersetin vs IC Kuersetin
Tabel X. Hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep dengan metode DPPH
Replikasi Konsentrasi µgmL
IC Persamaan regresi linier
75,6 26,176
151,2 38,963
I 226,8
46,683 y = 0,141x + 16,09
302,4 59,710
r = 0,9975 378
69,240 75
28,129 150
36,710 y = 0,131x + 17,40
II 225
46,484 r = 0,9986
300 56,257
375 67,819
75 25,121
150 37,621
y = 0,141x + 15,30 III
225 47,209
r = 0,9991 300
58,131 375
68,083
Gambar 14. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan fraksi etil asetat
y = 0.141x + 15.30 r = 0.9991
10 20
30 40
50 60
70 80
50 100
150 200
250 300
350 400
IC f
ra k
si e
ti l a
se ta
t
Konsentrasi fraksi etil asetat µgmL
Kurva konsentrasi fraksi etil asetat vs IC fraksi etil asetat
Tabel XI. Hasil perhitungan IC50 kuersetin dan Fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep
Bahan Uji IC50 µgmL
Rata-rata µgmL
SD CV
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Kuersetin 11,593
11,278 11,443
11,438 0,157
1,377 Fraksi etil
asetat 240,496
248,855 246,099
245,150 4,425
1,736
Dari tabel XI, nilai CV yang dihasilkan untuk sampel kuersetin dan fraksi etil asetat berturut-turut sebesar 1,377 dan 1,736 . Dari hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa CV yang dihasilkan menurut Kingstone 2004 memenuhi persyaratan analisis, yaitu ≤ 20, hal ini berarti bahwa uji aktivitas antioksidan
yang dilakukan mempunyai presisi yang baik. Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukan pada tabel XI, rata-rata
IC
50
kuersetin adalah 11,438 ± 0,157 µgmL dan rata-rata IC
50
fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep adalah 245,150 ± 4,425 µgmL. Dari hasil nilai
IC
50
tersebut diketahui bahwa kuersetin memiliki aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan dengan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep.
Berdasarkan tingkat kekuatan aktivitas antioksidan menurut Aryanto 2006, kuersetin berada pada tingkat antioksidan sangat kuat 50 µgmL, sedangkan
fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep pada tingkat lemah 150 µgmL.
Tabel XII. Penggolongan tingkat kekuatan antioksidan kuersetin dan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun dadap serep Aryanto, 2006
Intensitas Nilai IC
50
Kuersetin Fraksi etil asetat
ekstrak etanolik
Sangat kuat 50 µgmL
√ Kuat
50-100 µgmL -
- Sedang
101-150 µgmL -
- Lemah
150 µgmL -
√
Data hasil IC
50
kuersetin dan fraksi etil asetat kemudian dianalisa secara statistik untuk melihat signifikansi data dari kuersetin dan fraksi etil asetat. Dalam
penelitian ini analisa data secara statistik menggunakan software R 2.14.1. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pengujian distribusi normal data IC
50
kuersetin dan fraksi etil asetat . Hal ini dilakukan untuk mengetahui langkah selanjutnya apakah akan menggunakan uji parametrik atau non-parametrik.
Pengujian distribusi normal data dilakukan menggunakan uji normalitas Shapiro- wilk. Pemilihan uji normalitas Shapiro-Wilk karena menurut Dahlan 2012, jika
data yang digunakan berjumlah kurang dari lima puluh maka uji normalitas data menggunakan uji normalitas Shapiro-wilk. Hipotesis null H
null
adalah data IC
50
terdistribusi normal sedangkan hipotesis alternatif adalah data IC
50
terdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai P untuk IC
50
kuersetin dan fraksi etil asetat berturut-turut sebesar 0,9488 dan 0,6291. Nilai signifikansi yang
diperoleh untuk kuersetin dan fraksi etil asetat lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 taraf kepercayaan 95, oleh karena itu H
null
diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan data IC
50
kuersetin dan fraksi etil asetat terdistribusi normal. Dari hasil analisis data yang secara statistik diketahui terdistribusi
normal, maka langkah selanjutnya melakukan uji parametrik, yaitu uji T tidak
berpasangan. Hipotesis null H
null
adalah nilai IC
50
kuersetin tidak lebih kecil daripada fraksi etil asetat dan hipotesis alternatif yang digunakan adalah nilai IC
50
kuersetin lebih kecil daripada fraksi etil asetat. Hasil pengujian statistik diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 antara kuersetin dan fraksi etil asetat. Dari hasil
yang diperoleh jika dibandingkan dengan nilai signifikansi yang ditentukan, yaitu 0,05 maka H
null
ditolak karena nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil daripada nilai signifikansi yang ditentukan. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa nilai IC
50
kuersetin lebih kecil daripada fraksi etil asetat.
H. Hasil Optimasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total 1. Penentuan operating time OT