2.7.5.2. Simplex
Bahan input dari proses Simpleks adalah sliver dari proses Drawing yang kemudian diubah menjadi bentuk roving. Fungsi mesin Simplex antara lain:
Penguluran sliver
Tujuannya adalah untuk mensejajarkan serat agar tidak saling silang dan tidak ada sliver yang saling bergesekan saling bergesekan.
Peregangan Drafting
Prinsip ini sama pada mesin Drawing, tetapi bila pada mesin Drawing rangkapan bias 6-7 helai maka pada mesin Simplex tidak ada rangkapan
artinya hanya 1 helai saja.
Pemberian Twist Puntiran Tujuannya agar roving pada saat diubah menjadi benang pada proses Ring
Frame tidak akan sampai putus. Mesin-mesin yang digunakan dalam proses simplex adalah:
Toyoda FL 16 dengan 108 spindel per mesin. Jumlah mesin 1 buah.
Zinser dengan 120 spindel per mesin. Jumlah mesin 3 buah.
2.7.5.3. Ring Frame
Perbedaan mesin Ring Frame yang ada di Spinning I dan Expansion adalah:
Mesin Ring Frame di Spinning I merupakan mesin tahun 1975 sedangkan mesin di Expansion merupakan mesin tahun 1990.
Kenaikan speed perputaran spindel di spinning I dibagi menjadi 2 bagian yaitu
low speed dan high speed. Namun kenaikan speed ini lebih tiba-tiba sedangkan pada Expansion kenaikan speed lebih kontinu atau sedikit demi
sedikit. Fungsi mesin Ring Frame adalah:
Penguluran Roving
Perenggangan Drafting
Memberi draft regangan pada roving untuk pada akhirnya diperoleh nomor benang sesuai dengan yang diinginkan.
Pemberian Twist
Twist plintiran terhadap benang, dimana dalam hal ini, banyak twist biasanya disesuaikan dengan keinginan pelanggan. Seperti pada proses simplex, proses
draft yang terjadi pada proses ring frame ini juga terjadi akibat roving yang dilewatkan beberapa roll yang berbeda kecepatannya, sedangkan twist
disebabkan oleh pemegang bobbin yang berputar yang menimbulkan twist pada benang yang keluar dari roll yang terakhir.
Mesin-mesin yang digunakan pada proses ring flame di Spinning II adalah Zinser sebanyak 15 mesin, dimana setiap mesin terdiri dari 1000 spindel
2.7.5.4. Winding