Pengertian FMEA Kegunaan FMEA Proses Implementasi FMEA

2.6.1. Pengertian FMEA

FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan failure mode. Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatankegagalan dalam desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang telah ditetapkan, atau perubahan- perubahan dalam produk yang menyebabakan terganggunya fungsi dari produk itu. Melalui menghilangkan mode kegagalan, maka FMEA akan meningkatkan keandalan dari produk dan pelayanan itu. FMEA dapat dapat diterapkan dalam semua bidang, baik manufaktur maupun jasa, juga pada semua jenis produk.

2.6.2. Kegunaan FMEA

FMEA mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai berukut: 1. Mengenali cara-cara dimana suatu proses bisa gagal untuk memenuhi persyaratan pelanggan. 2. Memperkirakan resiko dari sebab-sebab yang ada saat ini. 3. Menilai rencana pengawasan untuk sebab-sebab yang ada pada saat ini. 4. Memprioritaskan tindakan-tindakan untuk peningkatan yang harus segera dilaksanakan.

2.6.3. Proses Implementasi FMEA

Berikut ini langkah-langkah dalam proses implementasi FMEA: 1. Tetapkan dan gambarkan proses yang akan dianalisa. 2. Tetapkan kesesuaian nilai dengan braimstorming untuk: a Keseriusan severity akibat kesalahan pada proses lokal, proses lanjutan, dan konsumen. b Tingkat seringnya terjadi suatu kesalahan occurance karena penyebab potensial. c Cara mendeteksi kesalahan akibat penyebab potensial muncul detection, tahapan measure dari DMAIC. 3. Brainstorming kesalahan dari tiap tahapan proses, potensial causes, dan alat deteksi kesalahan yang ada tahapan Analyze DMAIC. 4. Masukkanlah kriteria-kriteria yang sesuai untuk masing-masing akibat efek kesalahan penyebab potensial dari alat kontrol. 5. Dapatkan Risk Potensial Number RPN dengan mengalikan Severity x Occurance x Detection. S.O.D 6. Pusatkan perhatian pada RPN yang lebih besar dari 125 dan lakukan perbaikan pada potensial causes-nya atau alat kontrolnya atau bahkan pada efeknya langkah Improve pada DMAIC. 7. Tetapkan implementasi action plan tahapan Improve pada DMAIC. 8. Ukur perubahan RPN yang terjadi tahapan Control pada DMAIC. 9. Jika RPN-nya baru masih lebih besar dari 125, maka kembali ke langkah 3 hingga RPN-nya turun dibawah 125. Severity merupakan suatu estimasi atau perkiraan subyektif tentang bagaimana buruknya pengguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan itu. Dapat menggunakan skala 1 sampai 10. Ranking dan kriteria dari severity dapat dilihat pada Tabel 2.2. berikut ini: Tabel 2.2. Severity Table Rangking Kriteria 1 Negligble severity pengaruh buruk yang dapat diabaikan. Kita tidak perlu memikirkan bahwa akibat ini berdampak pada kinerja produk. Pengguna akhir mungkin tidak akan memperhatikan kecacatan atau kegagalan. 2 3 Mild severity pengaruh buruk yang ringansedikit. Akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan. Pengguna akhir tidak akan merasakan perubahan kinerja. Perbaikan dapat dikerjakan pada saat pemiliharaan regular. 4 5 6 Moderate severity pengaruh buruk yang moderat. Pengguna akhir akan merasakan penurunan kinerja atau penampilan, namun masih berada dalam batas toleransi. Perbaikan yang dilakukan tidak akan mahal, jika terjadi downtime hanya dalam waktu singkat. 7 8 High severity pengaruh buruk yang tinggi. Pengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima, berada diluar batas toleransi. Akibat akan teradi tanpa pemberitahuan atau peringatan terlebih dahulu. Downtime akan berakibat biaya yang sangat mahal. Penurunan kinerja dalam area yang berkaitan dengan peraturan pemerintah, namun tidak berkaitan dengan keamanan dan keselamatan. 9 10 Potensial safety problem masalah keselamatankeamanan potensial. Akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya yang dapat terjadi tanpa pemberitahuan atau peringatan terlebih dahulu. Bertentangan dengan hokum. Gasperz, 2002 Occurance adalah suatu perkiraan subyektif tentang probabilitas atau peluang bahwa penyebab itu akan terjadi, akan menghasilkan mode kegagalan yang akan memberikan akibat tertentu. Kita dapat menggunakan skala 1 sampai 10. Ranking dan kriteria dari occurance dapat dilihat pada Tabel 2.3. berikut ini: Tabel 2.3. Occurance Table Rangking Kriteria Tingkat KegagalanKecacatan 1 Adalah bahwa tidak mungkin penyebab ini yang mengakibatkan mode kegagalan. 1 dalam 1.000.000 2 3 Kegagalan akan terjadi 1 dalam 20.000 1 dalam 4.000 4 5 6 Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam 1.000 1 dalam 400 1 dalam 80 7 8 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi 1 dalam 40 1 dalam 20 9 10 Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi 1 dalam 8 1 dalam 2 Gasperz, 2002 Detection merupakan suatu perkiraan subyektif tentang bagaimana efektifitas dari metode deteksi pencegahan untuk menghilangkan mode kegagalan potensial. Kita menggunakan skala dari 1 sampai 10. Rangking dan criteria dari detection dapat kita liat pada table 2.4. berikut ini : Tabel 2.4. Detection Table Rangking Kriteria Tingkat Kejadian Penyebab 1 Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif. Spesifikasi akan dapat dipenuhi secara konsisten. 1 dalam 1.000.000 2 3 Kemungkinan kecil bahwa spesifikasi tidak akan dipenuhi. 1 dalam 20.000 1 dalam 4.000 4 5 6 Kemungkinan bersifat moderat. Metode pencegahan atau deteksi masih memungkinakan kadang-kadang spesifikiasi itu tidak terpenuhi. 1 dalam 1.000 1 dalam 400 1 dalam 80 7 8 Kemungkinan bahwa spesifikasi produk tidak dapat dipenuhi sangat tinggi. Metode pencegahan atau deteksi kurang efektif. 1 dalam 40 1 dalam 20 9 10 Kemungkinan bahwa spesifikasi produk tidak dapat dipenuhi sangat tinggi. Metode pencegahan atau deteksi tidak efektif 1 dalam 8 1 dalam 2 Gasperz, 2002

2.7. Proses Produksi