Gambar 4.3. Diagram Pareto Bulan April – September
4.2.3.2. Mengidentifikasi Sumber-sumber Penyebab Cacat
Langkah-langkah dalam mengidentifikasi sumber-sumber penyebab terjadinya kecacatan pada benang dapat dilakukan dengan cara brainstorming
dengan pihak perusahaan mengacu pada waktu proses produksi. Alat bantu yang di gunakan adalah diagram sebab akibat. Diagram sebab akibat untuk ditunjukkan
dalam Gambar 4.4. berikut ini dan selangkapnya berada di lampiran IV gambar diagram sebab akibat :
Faktor-faktor penyebab kecacatan benang antara lain: 1.
Manusia Keahlian dan ketelitian operator sangat penting didalam melaksanakan
tugasnya. Karena dengan keahlian dan ketelitian yang baik maka kesalahan dalam pengerjaan suatu produk akan berkurang dan jumlah cacat yang timbul
dapat dikurangi. Selalu mengadakan pelatihan untuk operator merupakan langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan keahlian dan kemampuan
mereka. 2.
Mesin Mesin dan peralatan merupakan hal yang vital dalam proses pengerjaan
benang ini. a.
Cacat benang kusut bisa terjadi karena pengaturan jarak rool tidak tepat, dan kecepatan putaran rool tidak sesuai.
b. Cacat benang kotor bisa terjadi karena pembersih tidak rata, dan
volume pencampuran tidak sesuai. c.
Cacat gulungan benang tidak rata bisa terjadi karena pengaturan kecepatan bobbin tidak sesuai,.
d. Cacat panjang benang tidak sesuai bisa terjadi karena pengaturan
kecepatan bobbin tidak sesuai, pengaturan kecepatan putaran spindle dan trafeller tidak sesuai, dan pengaturan spinning tidak sesuai.
Dari semua hal tersebut dapat penyebabkan proses produksi terhambat.
3. Metode
Metode kerja yang dapat menyebabkan kecacatan benang adalah belum ada instruksi yang baku
Saat pencabutan benang penuh Tangan operator tidak bersih Benang mengalami kemoloran Pengambilan hasil produksi dengan
setandar berat tetapi yang di minta setandar panjang. 4.
Material Material yang dapat menyebabkan kecacatan adalah kualitas penyimpanan
tidak teratur, dan tidak ada kemasan pada bahan dapat mempengaruhi proses produksi bahan baku kualitas rendah.
4.2.4. Tahap Improve Setelah sumber-sumber penyebab dari masalah teridentifikasi, maka
perlu dilakukan penetapan rencana tindakan perbaikan yang akan dijadikan suatu usulan tindakan perbaikan untuk melaksanakan peningkatan kualitas benang. Pada
penelitian ini akan digunakan alat yaitu Failure Mode and Efect Analysis FMEA dalam melakukan rencana tindakan perbaikan.
Pada FMEA dilakukan pengidentifikasian tindakan perbaikan yang akan
dilakukan dalam upaya mencegah atau mengatasi terjadinya kecacatan Pada tahap ini dilakukan pengukuran nilai severity, occurance, dan detection pada produk
Benang. Penentuan nilai severity, occurance, dan detection dilakukan brainstorming dengan pihak supervisior PT Segoro Ecomulyo Texti. Hal tersebut
dilakukan karena pihak supervasior dipandang memiliki keahlian, pengalaman kerja dan mengenal banyak tentang karakteristik dari mesin yang bersangkutan
sehingga menjamin suatu kepastian tentang keakuratan data yang diperoleh.. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Contoh perhitungan nilai RPN: Root Cause ketelitian operator kurang
Nilai severity S = 8; Nilai occurance O = 8; Nilai detection D = 3 Nilai RPN = S x O x D
= 8 x 8 x 3 = 192
Perhitungan selanjutnya ada di lampiran VII Rangkuman hasil perhitungan FMEA seperti pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.4. FMEA Failure Mode and Effect Analysis
No Faktor
Potential Problem Root Cause
S O
D RPN
Kelelahan sehingga tidak sesuai dengan sop Ketelitian operator kurang
8 8
3 192
Skill rendah Teknik pemintalan benang
kurang 8 7 3 168
1. Manusia
Kurang pengalaman Kurangnya pelatihan untuk
operator 7 6 3 126
2. Material
Bahan baku jelek Operator kurang teliti
7 7
3 147
Belum ada instruksi yang baku Peraturan yang kurang di
pahami 6 7
3 126
Saat pencabutan benang penuh Benang tidak rapat
Tangan operator tidak bersih Operator tidak memakai sarung
tangan Benang mengalami kemoloran
Saat pengambilan benang pegangan operator teralu kuat
3.
Metode
Pengambilan hasil produksi dengan setandar berat tetapi yang di minta setandar panjang
Operator teralu terburu – buru 6 8 3 144
Pengaturan jarak roll tidak tepat Perubahan pengaturan akibat
getaran mesin 5 7 2 70
Lap yang dihasilkan mesin blowing tidak rata Penguraian kapas tidak
sempurna 4 6 2 48
Pengaturan kecepatan bobbin tidak sesuai Terjadi perubahan akibat panas
gesekan benang 6 5 5 150
Kecepatan putaran roll tidak sesuai Seret kapas banyak yang putus
7 7
3 147
Volume cat tidak sesuai Penyerapan zat warna pada
benang tidak sempurna 6 5 6 180
Pencampuran warna tidak rata Zat warna te
ralu kental 3 5 4 60
Pengaturan Kecepatan putaran spindle dan trafeller tidak sesuai
Benang berbulu akibat trafeller 2 3 2 12
4.
Mesin
Pengaturn spinning tidak sesuai Benang menjadi melintir
4 3 3 36
Sumber: PT Segoro Ecomulyo Texti