Upaya Pemberdayaan Strategi Pemberdayaan

5 Meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan social dasarnya. Menurut Jamasy 2004 : 42 dalam analisisnya menyatakan bahwa pemberdayaan yang merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan memiliki tujuan : 1. Menekankan perasaan ketidak berdayaan impotensi masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur social politis. Langkah konkretnya adalah meningkatkan kesadaran kritis pada posisinya. 2. Memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap lapisan orang miskin perlu dilakukan bila terjadi reformasi social, budaya dan politik artinya, biarkan kesadaran kritis orang miskin muncul dan biarkan pula melakukan reorganisasi dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidupnya 3. Tertanam rasa persamaan egalitarian dan berikan gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir, tetapi sebagai penjelmaan konstruksi social. 4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara penuh ini hanya bisa tercapai kalau komunikasi antara pemegang kekuasaan dengan kelompok-kelompok dari person strategis dan masyarakat miskin tidak mengalami distorsi. 5. Pembangunan social dan budaya bagi masyarakat miskin seperti peranan hidup, perubahan kebiasaan hidup, peningkatan produktivitas kerja. 6. Distribusi infrastruktur yang lebih merata.

2.2.2.2. Upaya Pemberdayaan

Menurut Mashoed 2004 : 44, dilihat dari profil kemiskinan proverty profile masyarakat, terdapat beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian, diantaranya : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 1 Masalah kemiskinan tidak hanya masalah kesejahteraan welfer akan tetapi juga masalah kerentanan. Disini berarti bahwa penanganan terhadap masalah kemiskinan masyarakat disamping diarahkan untuk menangani masalah kesejahteraan dengan memberikan sejumlah program peningkatan kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat. 2 Masalah kemiskinan adalah masalah ketidakberdayaan powerlessness karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, tidak mendapat kesempatan untuk ikut menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. 3 Masalah kemiskinan adalah masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap peluang kerja, karena hubungan produksi di dalam masyarakat tidak memberi peluang kepada mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja. 4 Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses masyarakat pada pasar lantaran aksesbilitas yang rendah dan arena kondisi alam yang miskin. 5 Masalah kemiskinan yang teridentifikasi karena penghasilan masyarakat sebagian besar di habiskan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang terbatas, sehingga produktifitas mereka menjadi rendah.

2.2.2.3 Strategi Pemberdayaan

Pemberdayaan manusia tidak dapat diganti dengan ukuran kecepatan waktu dan tempat, melainkan harus dengan proses yang berkesinambungan dalam bentuk peningkatan kualitas partisipasi aktif dari semua unsur stakeholder. Pemberdayaan manusia membawa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber misi dan amanat untuk meningkatkan kualitas partisipasi dan pemberdayaan dengan tujuan fungsional yang lebih terpadu, lebih menyeluruh dan mempunyai kecenderungan yang kuat terhadap upaya menjawab segala kebutuhan pihak yang diberdayakan. Pemberdayaan sebagai salah satu isu yang populer untuk menanggapi pendekatan manusia seutuhnya, selalu dikaitkan dengan upaya untuk menanamkan kekuatan tambahan kepada pihak yang diberdayakan, sehingga ketika pemberdayaan diarahkan kepada keinginan kuat untuk mengentaskan kemiskinan maka artinya dengan upaya terpadu untuk menanamkan kekuatan tambahan kemampuan lebih kepada masyarakat miskin, baik pemberdayaan pada aspek sosial, ekonomi, material dan fisik, intelektual sumber daya manusia dan sampai pada aspek manajerial dan pengelolaannya. Menurut Kartasasmita 1996 : 159, untuk meraih keberhasilan dalam proses pemberdayaan masyarakat tersebut, diupayakan langkah pemberdayaan masyarakat : 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang enabling. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat empowering. 3. Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi protecting. Hal-hal yang berkaitan dengan strategi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Enabling Adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat terus berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena kalau demikian akan sudah punah, pemberdayaan adalah untuk membangun daya. Itu yang mendorong, memotivasi dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. 2. Empowering Adalah memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam kaitan ini diperlukan langkah-langkah lebih positif selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Untuk itu diperlukan program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program yang umum yang berlaku untuk semua tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. 3. Protecting Adalah pemberdayaan mengandung arti pula melindungi dalam proses pemberdayaan harus dicegah, yang lemah menjadi bertambah lemah karena kurang berdaya dalam menghadapi yang kuat, oleh karena itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya, dalam rangka ini adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas melindungi golongan yang lemah sangat diperlukan, melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi tergantung pada berbagai program pemberian, karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri dan hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain. Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto 2007 : 119-120 mengemukakan terdapat minimal tiga strategi pemberdayaan yang umum dipahami atau dilaksanakan : 1. Pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan “ranting” atau pemberdayaan konformis. Karena struktur sosial, struktur ekonomi, dan struktur politik yang ada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber sudah dianggap given, pemberdayaan masyarakat hanya dilihat sebagai upaya meningkatkan daya adaptasi terhadap struktur yang sudah ada. Bentuk aksi strategi ini adalah mengubah sikap mental masyarakat yang tidak berdaya dan pemberian bantuan, baik modal maupun subsidi. 2. Pemberdayaan yang hanya berkutat di “batang” atau pemberdayaan reformis. Konsep ini tidak mempermasalahkan tatanan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang ada. Yang dipersoalkan adalah praktik dilapangan atau pada kebijakan operasional. Dengan demikian, pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan kelembagaan, dan sebagainya. 3. Pemberdayaan yang berkitat di “akar” atau pemberdayaan stuktural. Strategi tersebut melihat bahwa ketidak berdayaan masyarakat disebabkan oleh struktur sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang kurang memberikan peluang bagi kaum lemah. Dengan demikian, pemberdayaan harus dilakukan melalui transformasi struktural secara mendasar dengan meredesign struktur kehidupan yang ada. Karena sifat revolusionernya, konsep terakhir ini disebut juga critical paradigm.

2.2.3. Koperasi

Dokumen yang terkait

Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 77 85

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 62 130

Kajian Hukum Terhadap Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008

0 51 108

Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai)

3 52 95

Unit Usaha Jasa Dan Industri Laboratorium Dental FKG-USU: Peningkatan Mutu Pelayanan Prostodontik Dan Inovasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi

1 69 47

KINERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN UKM AGRIBISNIS

1 7 131

STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penataan PKL).

0 0 109

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

8 30 122

STRATEGI DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.

0 0 1

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA

0 0 17