35
3.6.5 Optimasi pH Fase Gerak
Larutan Aspartam BPFI dengan Konsentrasi 400 µ gml diinjeksikan sebanyak 20 µ L ke sistem KCKT. Kondisi pengukuran adalah fase gerak asetonitril
: dapar fosfat dengan variasi pH 2,6; 3,5, 4,3 dan 6,0, pada perbandingan 15:85; 17,5:82,5; 20:80 dan 22,5:77,5 dengan laju alir 1,2 mlmenit. Diukur pada panjang
gelombang 210 nm dan diamati hasil pengukuran dan dihubungkan dengan persyaratan untuk masing-masing parameter kromatogram.
3.6.6 Optimasi Komposisi Fase gerak
Larutan Aspartam BPFI dengan Konsentrasi 400 µ gml diinjeksikan sebanyak 20 µ L ke sistem KCKT. Kondisi pengukuran adalah fase gerak asetonitril
: dapar fosfat dengan pH yang terpilih, dengan perbandingan 15:85; 17,5:82,5; 20:80 dan 22,5:77,5 dengan laju alir 1,2 mlmenit. Diukur pada panjang gelombang
210 nm. Hal serupa juga dilakukan pada sampel minuman dengan dengan menimbang secara seksama 5 gram sampel cairan dan 1 gram sampel serbuk,
dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda. Dikocok-kocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran
filter PTFE 0,2 µ m kemudian diawaudarakan selama ± 30 menit. Diinjeksikan sebanyak 20 µ L ke sistem KCKT dan diukur pada kondisi yang sama. Diamati hasil
pengukuran dan dihubungkan dengan persyaratan untuk masing-masing parameter kromatogram.
3.6.7 Analisis Kualitatif
Ditimbang secara seksama 5 gram sampel cairan dan 1 gram sampel serbuk, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan
pelarut hingga garis tanda. Dikocok-kocok ± 5 menit lalu disaring dengan membran
Universitas Sumatera Utara
36 filter PTFE 0,2 µ m kemudian diawaudarakan selama ± 30 menit. Diinjeksikan
sebanyak 20 µ L ke sistem KCKT. Diinjeksikan sebanyak 20 µ L, dianalisis pada kondisi KCKT dengan perbandingan fase gerak asetonitril : dapar fosfat yang
terpilih dengan laju alir 1,2 mlmenit pada panjang gelombang 210 nm. Selanjutnya untuk identifikasi, pada larutan sampel minuman ringan tersebut ditambahkan
sejumlah tertentu larutan aspartam BPFI spiking kemudian diinjeksikan sebanyak 20 µ L dan dianalisis kembali pada kondisi KCKT yang sama. Diamati luas area
dan dibandingkan antara kromatogram hasil spiking dengan kromatogram larutan sampel sebelum spiking. Sampel dinyatakan mengandung Aspartam, jika terjadi
peningkatan tinggi puncak dan luas area pada kromatogram hasil spiking.
3.6.8 Analisis Kuantitatif 3.6.8.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Aspartam BPFI