44 komposisi fase gerak terhadap parameter kromatogram dapat dilihat pada Tabel 2
di bawah ini.
Tabel 2.
Data optimasi Aspartam BPFI dan sampel pada sistem KCKT dengan fase gerak Asetonitril : Dapar Fosfat pH 4,3.
No Tekanan
pompa Kgf
Perbanding an
Analit Waktu
tambat menit
Resolusi Plat
Teori Faktor
asimetri 1
157 85:15
BPFI 11,246
0,000 7057,76
1,242 2
156 82,5:17,5
BPFI 7,683
0,000 6624,40
1,085
3 156
80:20 BPFI
5,477 0,000
7108,51 1,256
Nutri 5,557
0,000 7893,37
1,207 Jas Jus
5,527 0,000
7279,91 1,240
Ale-ale 5,517
0,000 10474,1
1,008 Okki
5.505 0,000
8160,92 1,371
Frutang 5,474 0,000
6051,28 1,494
4 156
77,5:22,5 BPFI
4,364 0,000
6177,32 1,441
Frutang 4,381 0,8343 3119,88
1,638 Gambar kromatogram dari hasil optimasi komposisi fase gerak terhadap parameter
kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.2 Analisis Kualitatif
Hasil optimasi pada penentuan kondisi kromatografi yang terbaik untuk aspartam, diperoleh komposisi fase gerak asetonitril : dapar fosfat pH 4,3 20:80,
dengan waktu retensi yang lebih singkat ± 5,5 menit dan laju alir 1,2 mlmenit. Analisis dilakukan dengan menginjeksikan 20 µ L analit dan dianalisis pada panjang
gelombang 210 nm. Untuk mengetahui bahwa sampel yang dianalisis mengandung aspartam maka dilakukan spiking dengan cara menambahkan aspartam baku ke
dalam sampel dan dianalisis pada kondisi kromatografi yang sama. Hasil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 14 dan 15 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 14.
Kromatogram sampel Okki Koko Drink sebelum penambahan baku secara KCKT menggunakan kolom Simpac VP-ODS 250 mm x 4,6
mm dengan fase gerak Asetonitril : Dapar fosfat pH 4,3 20:80, volume penyuntikan 20 µ L dengan laju alir 1,2 mlmenit dan dideteksi
pada panjang gelombang 210 nm.
Gambar 15.
Kromatogram sampel Okki Koko Drink setelah penambahan baku secara KCKT menggunakan kolom Simpac VP-ODS 250 mm x 4,6
mm dengan fase gerak Asetonitril : Dapar fosfat pH 4,3 20:80, volume penyuntikan 20 µ L dengan laju alir 1,2 mlmenit dan dideteksi
pada panjang gelombang 210 nm.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas area dan tinggi puncak kromatogram aspartam yang diamati sebelumnya. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kromatogram yang diamati dalam larutan sampel adalah benar merupakan kromatogram aspartam.
Universitas Sumatera Utara
46
4.3 Analisis Kuantitatif 4.3.1 Penentuan Kurva Kalibrasi
Penentuan kurva kalibrasi aspartam BPFI ditentukan berdasarkan luas area pada konsentrasi 4, 10, 20, 40, 80, 160, 320 µ gml, diperoleh hubungan yang linier
dengan koefisien korelasi, r = 0,9998 dan persamaan regresi Y = 29581,2130 X - 60100. Nilai r
≥ 0,995 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X dan Y Watson, 2010. Hasil penentuan kalibrasi dapat
dilihat pada Gambar 16 di bawah ini.
Gambar 16.
Kurva kalibrasi Aspartam BPFI secara KCKT menggunakan kolom Shimadzu VP-ODS 250 mm x 4,6 mm dengan perbandingan fase
gerak asetonitril:dapar fosfat pH 4,3 20:80 dan laju alir 1,2 mlmenit, volume penyuntikan 20 µ l dan deteksi pada panjang gelombang 210
nm.
Gambar kromatogram hasil dari penentuan kurva kalibrasi aspartam dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.3.2 Penetapan Kadar Analit pada Sampel yang Dianalisis
Hasil penetapan kadar aspartam dalam minuman ringan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 3.
Hasil penetapan kadar Aspartam dalam minuman ringan No.
Sampel Kadar Aspartam
mgkg 1
Nutri Sari 391,3125 ± 8,4829
2 Okki Koko Drink
95,9728 ± 1,4152 3
Ale-ale 31,3853 ± 0,4197
4 Jas Jus
128,8632 ± 0,8822 5
Frutang 87,4505 ± 1,3664
Gambar kromatogram hasil penetapan kadar aspartam pada sampel yang dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 9, 11, 13, 15 dan 17.
Berdasarkan perhitungan kadar aspartam dalam minuman ringan yang ditentukan berdasarkan luas area, keseluruhan minuman ringan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan SNI yaitu 600 mgkg SNI 01-6993, 2004.
4.4 Hasil Uji Validasi
Pada penelitian ini dilakukan uji validasi metode dengan metode adisi standar terhadap minuman Okki Koko Drink yang meliputi uji akurasi dengan
parameter recovery dan uji presisi dengan parameter RSD Relative Standard Deviasi
, LOD Limit of Detection dan LOQ Limit of Quantitation. Data hasil uji validasi, parameter akurasi dan presisi aspartam pada
minuman Okki Koko drink dengan metode adisi standar dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil pengujian akurasi dengan kadar rata-rata
recovery 102,85, rentang rata-rata recovery yang diperbolehkan ialah 90-
107, sehingga recovery dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi. Maka dapat disimpulkan bahwa metode ini mempunyai akurasi yang baik Harmita,
2004.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.
Hasil Pengujian Validasi, dengan parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi LOD, Batas Kuantitasi LOQ Aspartam pada minuman Okki
Koko Drink dengan Menggunakan Metode Adisi Standar.
No Luas Area
Kadar Recovery
Sebelum penambahan
Setelah penambahan
Sebelum penambahan
Setelah penambahan
1 525637
1299002 196,0873
456,0368 102,59
2 529740
1301688 197,4619
456,9381 102,41
3 523479
1300323 195,3654
456,4795 103,06
4 522692
1299988 195,1020
456,3674 103,12
5 524321
1300244 195,6476
456,4537 102,93
6 525711
1301974 196,1131
457,0334 102,98
Kadar rata-rata Recovery = 102,85 RSD = 0,28
Batas Deteksi LOD = 7,5418 µ gml Batas Kuantitasi LOQ = 25,1389 µ gml
Hasil uji presisi dengan parameter RSD Relative Standard Deviasi diperoleh 0,28, persyaratan nilai RSD yang diperbolehkan adalah 2. Maka
dapat disimpulkan bahwa metode analisis mempunyai presisi yang baik Harmita, 2004.
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dalam kurva kalibrasi. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai LOD 7,5418
µ gml dan nilai LOQ 25,1389 µ gml. Kromatogram hasil uji validasi dapat dilihat pada Lampiran 20.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penetapan kadar Aspartam yang lebih optimal dan efisien dalam beberapa merek minuman ringan yang beredar di pasaran diperoleh dengan menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan kolom Simphac VP-ODS C18 250 mm x 4,6 mm dengan perbandingan fase gerak asetonitril : dapar fosfat pH 4,3 20:80,
laju alir 1,2 mlmenit, pada panjang gelombang 210 nm. Metode ini memberikan uji validasi dengan parameter akurasi, presisi
dan sensifisitas yang memenuhi persyaratan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prosedur analisis yang dikerjakan dalam penelitian ini sahih dan dapat digunakan untuk
penetapan kadar aspartam dalam minuman ringan. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kadar aspartam dalam kelima
sampel minuman ringan, yaitu Nutri Sari 391,3125 ± 8,4829 mgkg, Okki Koko Drink 95,9728 ± 1,4152 mgkg, Ale-ale 31,3853 ± 0,4197 mgkg, Jas Jus 128,8632
± 0,8822 mgkg dan Frutang 87,4505 ± 1,3664 mgkg. Dapat disimpulkan bahwa kandungan aspartam dalam semua sampel minuman ringan masih memenuhi
persyaratan menurut SNI 01-6993.2004, yaitu 600 mgkg.
5.2 Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penetapan kadar Asparatam secara KCKT dengan sampel yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara