dan H
1
ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya nilam.Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang
menyatakan hubungan antara umur dengan tingkat adopsi teknologi budidaya
nilam ditolak. .
Menurut Kreitner dan Kinicki 2003, yang menyatakan Apa yang terjadi pada sikap seluruh orang dewasa selama pertengahan masa kedewasaanya. Tiga
faktor yang perlu diperhitungkan tentang stabilitas sikap tengah baya, yaitu: Kepastian kepribadian yang lebih besar, Merasa cukup pengalaman, Kebutuhan
akan sikap yang kuat. Petani didaerah penelitian baik yang berumur tua maupun yang umur
muda belum termotivasi untuk menerapkan teknologi budidaya dalam usahatani nilam mereka. Hal ini disebabkan petani di Desa Tanjung Meriah masih
menerapkan sistem usahatani secara tradisional, petani masih belum terbeban untuk menerapkan teknologi budidaya yang dianjurkan PPL. Petani yang sudah
mempunyai umur diatas 40 tahun merasa bahwa mereka tidak sanggup lagi untuk menerapkan teknologi budidaya, karena teknologi budidaya memerlukan tenaga
serta biaya yang banyak sedangkan petani yang berumur muda terkendala oleh biaya dalam menerapkan teknologi tersebut.
5.3.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya Nilam
Dalam penelitian ini diduga bahwa lamanya pendidikan yang diterima oleh petani memiliki hubungan dengan tingkat adopsi teknologi, dengan asumsi
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin tinggi juga tingkat adopsinya.
Universitas Sumatera Utara
Gambaran hubungan tingkatan pendidikan formal dengan tingkat adopsi budidaya nilam dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Adopsi Uraian
Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Adopsi Skor
Range 0-12
2-14 Rata-rata
7 7,26
r
s
0,327 t
tabel
=1,701 t
hitung
=1,83
Sumber : Data diolah dari lampiran 10, 11,12
Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya nilam maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai
r
s
= 0,327 dan nilai t
hitung
= 1,83. Data ini menunjukkan t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H ditolak
dan H
1
diterima, artinya ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya nilam. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan
hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya
nilam diterima.
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan petani terhadap teknologi pertanian dan sebaliknya
tingkat pendidikan yang rendah akan menjadi kendala dalam proses adopsi teknologi pertanian Rogers dan Shoemaker, 1987; Mardikanto, 1993. Pada
umumnya petani di Desa Tanjung Meriah yang mempunyai pendidikan lebih tinggi sudah termotivasi untuk menerapkan teknologi budidaya nilam dengan
tujuan supaya produksi nilam mereka meningkat. Sedangkan petani yang pendidikannya rendah masih menerapkan sistem usahatani nilam secara
Universitas Sumatera Utara
tradisional tradisional. Hal ini disebabkan kurangnya informasi yang mereka dapatkan.
5.3.3 Hubungan Pengalaman Bertani Dengan Tingkat Adopsi Teknologi
Budidaya Nilam
Dalam penelitian ini diduga bahwa pengalaman bertani bertani memiliki hubungan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya nilam. Hal ini berarti
semakin tinggi pengalaman petani dalam berusahatani nilam maka akan semakin tinggi adopsi teknologi budidaya nilam yang dilakukan petani tersebut.
Gambaran hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi budidaya nilam dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hubungan Pengalaman Bertani Dengan Tingkat Adopsi Uraian
Pengalaman Bertani Tahun Tingkat Adopsi Skor
Range 1-40
2-14 Rata-rata
14 7,26
r
s
-0,343 t
tabel
=1,701 t
hitung
= 1,93
Sumber : Data diolah dari lampiran 10,11,12
Untuk melihat hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi teknologi budidaya nilam maka diuji dengan uji korelasi Rank Spearman.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai
r
s
= -0,343 dan nilai t
hitung
= 1,93. Data ini menunjukkan t
hitung
t
tabel
α = 0.05 = 1,701. Hal ini berarti H ditolak dan H
1
diterima, artinya ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya nilam. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis yang
menyatakan hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi teknologi
budidaya nilam diterima.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya, semakin lama petani berusahatani maka petani akan mempunyai sikap yang lebih berani dalam menanggung resiko penerapan
teknologi pertanian. Artinya semakin lama berusahatani, petani lebih respon dan tanggap gejala yang mungkin terjadi dengan penerapan teknologi pertanian dan
apabila terjadi kegagalan dalam penerapanya maka yang bersangkutan akan lebih siap untuk menanggulaginya. Gultom 1997 dan Zulfikri 2003 menyimpulkan
bahwa pengalaman berusahatani berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi pertanian.
Hal ini dapat juga terlihat di Desa Tanjung Meriah, dimana petani sudah mempunyai pengalaman bertani nilam yang lama, dan bahkan turun-temurun dari
nenek moyang mereka. Akan tetapi setelah adanya teknologi budidaya nilam yang dianjurkan oleh PPL petani mulai termotivasi untuk menerapkan teknologi supaya
produksi nilam mereka meningkat tanpa meninggalkan cara budidaya nilam yang mereka terapkan sekian tahun. Selain itu petani nilam yang telah lama melakukan
usahatani nilam merasa bahwa apa yang telah dilaksanakannya selama ini belum cukup baik dan masih perlu perubahan dalam upaya meningkatkan produksi dan
produktifitas usahatani nilam.
5.3.4 Hubungan Total Pendapatan Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya Nilam