BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan
petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi disini maksudnya adalah
teknologi pertanian yang berarti cara-cara bagaimana penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih pupuk, obat-
obatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan kombinasi jenis- jenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola untuk mengambil
keputusan Suhardiyono, 1992 : 21 .
Pada dasarnya prilaku petani sangat di pengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Dengan digiatkannya penyuluhan
pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk-bentuk kegiatanya seiring dengan terjadinya perubahan cara
berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun
lingkunganya Slamet , 2003 : 21. Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi
dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani. Inovasi biasanya di adopsi dengan cepat karena :
−
Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani.
−
Kompatibilitas keselarasan dengan nilai-nilai, pengalaman, dan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
−
Kompleksitas tidak rumit
−
Dapat dicoba
−
Dapat diamati Van den Ban dan Hawkins, 2003 : 129 .
Inovasi adalah suatu gagasan melukiskan objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir
Van den Ban dan Hawkins, 2003 : 125 . Kecepatan setiap petani dalam menerapkan inovasi ataupun teknologi baru
tidak sama, ada yang lambat dan ada yang cepat. Melalui penyuluhan pertanian dapat di bedakan beberapa golongan petani antara lain :
1. Inovator
2. Penerap inovasi teknologi lebih dini early adopter
3. Penerap inovasi teknologi lebih awal early mayority
4. Penerap inovasi teknologi lebih akhir late mayority
5. Penolak teknologi inovasi laggard
Kartasapoetra , 1994 : 27-28. Nilam Pogostemon cablin Benth yang termasuk dalam keluarga Labiatea
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang
cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara kontinu dalam industri
kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman nilam adalah tanaman perdu wangi yang berakar serabut, daunnya halus bagai beledru dan agak membulat lonjong, serta warnanya agak
pucat. Saat berumur lebih dari 6 bulan, ketinggian tanaman nilam dapat mencapai 2-3 kaki atau sekitar 60-90 cm dengan radius cabang sekitar 60 cm. Nilam
termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba lainnya. Tanaman ini memerlukan suhu yang panas dan lembab. Selain itu, nilam juga memerlukan
curah hujan yang merata dalam jumlah cukup. Tinggi tempat yang ideal yaitu 10- 400 m diatas permukaan laut. Sementara pada ketinggian 700-2000 m dpl, nilam
masih dapat tumbuh, tetapi kadar rendaman minyaknya tidak sebagus di dataran rendah. Keasaman tanah pH yang dikehendaki 5,5-6,5 dan tidak boleh tergenang
air Mangun, 2006, 14-15. Pada dasarnya, terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh
dan berkembang di Indonesia. Namun, nilam Aceh lebih dikenal dan telah ditanam secara meluas. Secara garis besar, jenis nilam ada 3 yaitu :
1. Nilam Aceh Pogostemon cablin Benth atau Pogostemon patchouli Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan
karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi, nilam jenis ini tidak berbunga, daun berbulu halus yaitu 2,5-5 dibandingkan dengan
jenis lain. Nilam Aceh dikenal pertama kali dan ditanam secara meluas hampir di
seluruh wilayah Aceh. Saat ini, hampir di seluruh wilayah Indonesia mengembangkan nilam aceh secara khusus.
Universitas Sumatera Utara
2. Nilam Jawa Pogostemon heyneatus Benth Nilam Jawa disebut juga nilam hutan. Nilam ini berasal dari India dan
masuk ke Indonesia serta tumbuh meliar di beberapa hutan di wilayah Pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5 . Jenis
daun dan rantingnya tidak memiliki bulu-bulu halus dan ujung daunnya agak meruncing.
3. Nilam sabun Pogostemon hortensis Backer Jenis tanaman ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5 -1,5.
Selain itu, komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan dihasilkannya tidak baik sehingga minyak dari jenis nilam ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis
minyak nilam. Oleh sebab itu, nilam jawa dan nilam sabun tidak direkomendasikan sebagai tanaman komersial karena kandungan minyaknya
relatif sangat sedikit. Selain itu, aroma yang dimiliki keduanya berbesa dengan nilam aceh dan komposisi kandungan minyaknya tidak baik Mangun, 2006 : 16-
18. Tujuan utama penanaman nilam adalah diambil daunnya. Waktu panen
daun pertama adalah saat tanaman berumur 6-8 bulan. Selanjutnya panen dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Dengan pengelolaan budidaya secara intensif,
maka hasil daun rata-rata per tahun dapat mencapai produksi sebagai berikut. Tahun pertama sekitar 7.000 kg daun nilam kering, tahun kedua sekitar 8.500 kg,
tahun ketiga kurang lebih 9.500 kg, tahun keempat turun menjadi 8.500 kg dan tahun ke lima hanya sekitar 6.000 kg daun nilam kering Lutony dan Rahmayati,
2002, 93.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal dengan nama patchouli oil. Standar minyak nilam yang diberlakukan di Indonesia sebagai
berikut:
Karakteristik Warna
Berat jenis
25
o
Indeks bias
Putaran optik
Kelarutan dalam
alcohol 90
Bilangan asam
Bilang an
ester SNI
Kuning muda
sampai coklat
tua 0,943-
0,983 1,506-
1,516 -47--66 1:10 larut
dan jernih Maks 5,0 Maks
10,0
EOA 0,950-
0,975 1,570-
1,575 -48--65 1:10
larutan jernih
Maks 5,0 Maks 20,0
Lutony dan Rahmayati, 2002, 88.
2.2 Landasan Teori