Latar Belakang Gambaran Pola Makan Suku Melayu Dan Suku Jawa Di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Sumber Daya Manusia SDM merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk terutama usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan dan memiliki kemampuan, untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di bidang kesehatan dan gizi.Pemenuhan kebutuhan gizi akan berdampak pada kondisi kesehatan, dan bisa juga sebaliknya yaitu status kesehatan terutama infeksi akan berdampak kepada status gizi seseorang. Dewasa ini salah satu masalah kesehatan yang muncul sebagai akibat asupan zat gizi yang kurang dan lebih adalah anemia dan hipertensi. Di seluruh dunia kasus anemia secara langsung 50 disebabkan oleh kekurangan zat besi. Di Indonesia anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi, hal ini dibuktikan dilihat dari prevalensi pada wanita usia subur 15-49 tahun 26,4 , pada balita 0-59 bulan 47,8,anak sekolah 25-30 , wanita hamil 50-70, prevalensi pedesaan lebih tinggi daripada perkotaan yaitu di pedasaan mencapai 50,4 dan diperkotaan sebanyak 43,7 Purwaningtyas, 2011. Data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7. Faktor resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipetensi, di samping hiperkolesterollemia dan diabetes melitus. 1 Universitas Sumatera Utara Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadila Supari, Sp. JP K menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 17-21 Sugiharto, 2007. Sedangkan berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Hamparan Perak kasus anemia dan hipertensi termasuk sepuluh besar penyakit yang ada di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak yaitu prevalensi anemia 7,9 dan hipertensi 3. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi merupakan suatu masalah kesehatan yang menjadi perhatian pemerintah dan karena melihat sejak tiga puluh tahun terakhir diakui dampak negatif yang ditimbulkan yaitu menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktifitas kerja, menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi Purwaingtyas, 2007. Anemia gizi besi tidak hanya disebabkan karena kekurangan asupan Fe di dalam tubuh tetapi dapat juga disebabkan karena kekurangan vitamin C. Dimana vitamin C berperan membantu mempercepat penyerapan zat besi dalam tubuh Haryani, 2010. Selain Fe dan vitamin C yang mempengaruhi terjadinya anemia ada beberapa zat gizi yang berperan dalam pencegahan anemia seperti protein, asam folat, dan lain- lain. Kekurangan mineral Fe dan vitamin C dan zat-zat gizi lainnya disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan makanan yang buruk yakni mengonsumsi makanan yang kurang mengandung sumber Fe dan vitamin C dan zat- zat gizi lainnya. Anemia zat besi disebabkan karena kekurangan asupan salah satu mineral yaitu zat besi. Tetapi berbanding terbalik salah satu penyebab hipertensi karena kelebihan asupan salah satu zat gizi yaitu tingginya kosumsi lemak di dalam tubuh. Universitas Sumatera Utara Kekurangan dan kelebihan asupan zat gizi di dalam tubuh karena kebiasaan makan yang kurang tepat. Kebiasaan makan akan membentuk pola makan Almatsier,2009. Pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beranekaragam. Pola makan secara umum dapat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologisnya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajian, serta untuk siapa, dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikosumsi Sulistyoningsih, 2010. Persediaan pangan yang cukup atau bahkan melimpah untuk memenuhi kebutuhan gizi tidak banyak manfaatnya apabila jenis-jenis pangan yang tersedia tidak cocok dengan pola kebiasaan individu atau kelompok individu memilih pangandan kosumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya Suhardjo, 2009. Para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan tahayul-tahayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan kosumsi makanan Anderson, 1986. Kehidupan sehari-hari sudah dikenal istilah empat sehat lima sempurna yang dua puluh tahun terakhir ini dijabarkan lagi menjadi pedoman umum gizi seimbang PUGS. PUGS merupakan pedoman penyusunan hidangan yang benar dan sehat. Akan tetapi pada prakteknya, pedoman ini seringkali tidak dilakukan oleh masyarakat yaitu mengonsumsi makanan yang tidak seimbang, padahal ketersediaan makanan tersebut mudah diperoleh. Universitas Sumatera Utara Bangsa Indonesia terdiri lebih dari 300 suku bangsa. Sebagai contoh suku di Indonesia antara lain Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Tengger, Suku Aceh, Suku Batak, Suku Asmat, Suku Dayak, Suku Bali, Suku Sasak, Suku Melayu, dan lain sebagainya. Suku bangsa tersebut memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Secara fisik pun kadang memiliki ciri khas tersendiri Shahab, 2003. Setiap suku bangsa mengembangkan kebiasaan cara yang turun menurun untuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan dan menyajikan dan cara-cara makanan. Kebiasaan merupakan dasar perilaku dalam beberapa hal berbeda diantara suku yang lain. Hasil penelitian Muhammad Syahril 2003 dijumpai bahwa pola makan pada keluarga Suku Jawa di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan keluarga yang terdiri dari nasi,sayur- sayuran, lauk nabati daripada lauk pauk yang berasal dari hewani, selain itu dari hasil penelitian tersebut juga diungkapkan bahwa tempe dan tahu merupakan jenis pangan mempunyai nilai tinggi. Karena persepsi keluarga Suku Jawa tempe dan tahu memiliki nilai gizi yang lengkap dan teksturnya lembek lebih mudah dalam pengolahan makanan. Hasil penelitian di daerah yang lain oleh Moehadi 1986 yaitu di daerah Jawa Tengah dijumpai Suku Jawa memiliki sumber penghidupan pada sektor pertanian, hal ini berdampak kepada pola konsumsi masyarakat mengonsumsi lauk – pauk berupa sayuran yang dipetiknya dari halamanpekarangan rumah atau dari hasil pertaniannya. Selain itu umumnya masyarakatnya kurang memperhatikan makan yang bergizi, meskipun mereka memelihara ternak ayam kampung, tetapi daging dan telurnya tidak Universitas Sumatera Utara untuk dikonsumsi sendiri. Mereka lebih senang daging dan telurnya dijual ke pasar untuk dibelanjakan bumbu, sabun dan lainnya. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Husein Ritonga di Desa Pasar Melintang Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli serdang mengenai pemberdayaan nilai budaya dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera daerah Sumatera Utara ditemukan masyarakat Suku Melayu mata pencaharian pokok berternak seperti ternak sapi, kerbau, kambing, domba, ayam kampung. Sebagian hasil ternak dikonsumsi dan sebagian dijual ke pasar. Hasil penelitian lain di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada sebagian masyarakat Suku Melayu memilki hobi menangkap ikan dengan menggunakan pancing di sungai yang ada disekitar desa tersebut. Hasil penangkapan ikan digunakan untuk konsumsi sendiri, yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Selain itu masyarakatnya juga menanam kedelai, kacang-kacangan pada lahan kering yang konsumsinya hanya untuk makan sendiri Tanjung, 1995. Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan melakukan observasi di lapangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Desa Selemak dijumpai masyarakat Suku Melayu selain makanan pokok beras cenderung mengonsumsi sumber makanan dari protein hewani 5 kali dalam satu minggu. Cara pengolahan makanan lebih sering dengan bersantan atau lebih sering dikenal dengan nama digulai lemak 3-4xminggu, sesuai dengan motto suku melayu “ Biar rumah condong asal gulai lemak” yang memilki arti biar rumah mau runtuh asal gulai lemak. Universitas Sumatera Utara Sedangkan kebiasaan kosumsi Suku Jawa selain makanan pokok beras cenderung mengonsumsi sumber makanan dari protein nabati tahu, tempe dan sayur-sayuran 5 hari dalam satu minggu. Cara pengolahan makanan lebih sering dengan cara ditumis 3- 4xminggu. Dilihat dari kebiasaan makan kedua suku kemungkinan adanya perbedaan asupan zat gizi dalam tubuh dilihat dari pola makan yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia dan hipertensi. Hal ini dikaitkan dengan data Puskesmas Hamparan Perak, Desa Selemak memiliki prevalensi anemia dan hipertensi cukup tinggi dimana termasuk sepuluh besar penyakit terbanyak di bawah wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pola makan Suku Melayu dan Suku Jawa memberi gambaran adanya kemungkinan perbedaan asupan zat gizi di dalam tubuh yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia gizi besi dan hipertensi. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti ingin melihat Gambaran Pola Makan Suku Melayu dan Suku Jawa di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

1.2. Perumusan Masalah