3. Jumlah konsumsi buah
- Lebih : 300 gram
- Baik : 200 - 300 gram
- Kurang : 200 gr
4. Jumlah konsumsi lauk pauk
- Lebih : 150 gram
- Baik : 100 - 150 gram
- Kurang : 100 gram
c. Frekuensi makan
Frekuensi makan diperoleh dari food list.
d. Jumlah asupan zat gizi
Jumlah zat gizi makanan diperoleh dengan wawancara dengan menggunakan formulir foodlist yang dilakukan sebanyak 7 hari dan dihitung kandungan gizinya
meliputi protein, lemak, zat besi, vitamin C dan asam folat. Data konsumsi selama tujuh hari kemudian dicari rata-ratanya dan selanjutnya dihitung kecukupan zat
gizinya dengan menggunakan rumus :
Kecukupan Gizi = x 100
Universitas Sumatera Utara
Adapun kriteria untuk kecukupan gizi protein, zat besi, vitamin C dan asam folat adalah sebagai berikut :
≥100 AKG = Baik
80 - 99 AKG = Sedang
70 - 80 AKG = Kurang
70 AKG = Defisit
Depkes RI 1990 yang dikutip oleh Supariasa 2002. Untuk kriteria lemak :
- lebih : 25 59,5 mghari
- baik
: 15-25 49,5- 59,5 mghari -
kurang : 15 49,5 mghari Sulistyoningsih, 2011.
3.7. Analisa Data
Data yang dikumpulkan, disajikan dengan membuat tabel distribusi frekuensi. Keseluruhan proses pengolahan analisa data dibantu dengan perangkat lunak SPSS
for windows version 15.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Selemak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Hamparan Perak, dengan luas 70 ha. Jarak Desa Selemak ke pusat Pemerintahan
Kecamatan 500 m, ke Ibukota KabupatenKotamadya Tk.II 75 km, dan ke Ibukota Propinsi 15 km.
Adapun batas-batas Desa Selemak adalah sebagai berikut : -
Sebelah Utara : Desa Hamparan Perak
- Sebelah Selatan
: PTPN II Klumpang Kebun -
Sebelah Timur : Pemko Medan
- Sebelah Barat
: Desa Klambir Jumlah Penduduk Desa Selemak sebanyak 2.947 jiwa, terdiri dari 1.467 jiwa
laki-laki dan 1.480 perempuan, serta 732 kepala keluarga.
4.2. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa yang diwakili oleh ibu rumah tangga di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak.
4.2.1. Distribusi Responden Menurut Usia
Distribusi responden menurut usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Usia Berdasarkan Suku No
Umur Tahun Suku
Melayu Jawa
n n
1 25
7 17,1
3 7,7
2 25 – 35
11 26,8
20 51,3
3 35
23 56,1
16 41,0
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa dari 41 orang responden Suku Melayu ditemukan usia responden terbanyak adalah berusia 35 tahun yaitu
sebanyak 23 orang 56,1 dan pada Suku Jawa dari 39 responden Suku Jawa yang diteliti ditemukan usia responden terbanyak adalah berusia 25-35 tahun yaitu
sebanyak 20 orang 51,3.
4.2.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan Suku
Dari tabel 4.2. dapat dilihat baik pada Suku Melayu maupun Suku Jawa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SD yaitu 39 dan 46,2.
No Tingkat pendidikan
Suku Melayu
Jawa n
n 1
SD 16
39,0 18
46,2
2 SLTP
10 24,4
15 38,5
3 SLTA
8 19,5
2 5,1
4 AkademikSarjana
7 17,1
4 10,2
Jumlah 41 100,0
39 100,0
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
Berdasarkan Suku
No Jumlah anggota
keluarga Suku
Melayu Jawa
n n
1 1-2
6 14,6
6 15,4
2 3-4
26 63,4
22 56,4
3 4
9 22,0
11 28,2
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa dari 41 responden Suku Melayu dan 39 Suku Jawa yang diteliti, dijumpai sebagian besar jumlah anggota keluarga adalah 3-4
orang yaitu sebesar 63,4 dan 56,4.
4.2.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan
Distribusi responden menurut jumlah pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan Berdasarkan Suku
No Pendapatan Rupiah
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Rp500.000–Rp 1000.000 14
34,1 17
43,6
2 Rp 1000.000
27 65,9
22 56,4
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa setiap bulannya mayoritas Rp.1000.000 yaitu sebanyak 27 keluarga
65,9 dan 22 keluarga 56,4.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Distribusi responden menurut pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Responden No
Jenis pekerjaan Suku
Melayu Jawa
n n
1 Petani
4 10,3
2 Pedagang
3 7,3
1 2,6
3 Ibu rumah tangga
32 78,0
30 76,9
4 Guru
1 2,4
2 5,1
5 PNS
5 12,2
1 2,6
6 Lain-lain
1 2,6
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Dari tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan responden Suku Melayu dan Suku Jawa adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 32 orang 78
dan 30 orang 76,9.
4.2.6. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga
Distribusi responden menurut pekerjaan kepala keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga
Berdasarkan Suku No
Jenis pekerjaan Suku
Melayu Jawa
n n
1 Petani
13 33,3
2 Pedagang
4 9,8
4 10,3
3 4
Wiraswasta Nelayan
2 20
4,9 48,9
15 38,5
5 Karyawan pabrik
8 19,5
2 5,1
6 Bangunan
2 4,9
2 5,1
7 Guru
1 2,4
8 Pensiun
1 2,4
9 PNS
3 7,3
2 5,1
10 Tidak bekerja
1 2,6
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa paling banyak pekerjaan kepala keluarga Suku Melayu adalah Nelayan yaitu sebanyak 22 orang 53,6. Sedangkan pada keluarga
Suku Jawa juga dijumpai paling besar pekerjaan kepala keluarga adalah wiraswasta yaitu sebanyak 15 orang 38,5.
4.3. Gambaran Pola Makan Keluarga
Pola makan keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa pada penelitian ini yaitu menggambarkan jumlah konsumsi makanan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
buah keluarga, untuk jenis dan frekuensi makanan dalam keluarga menggambarkan tentang jenis makanan yang dilihat melalui menu hidangan dan pengolahan makanan
yang disajikan dan dikonsumsi dalam keluarga. Selain itu pada penelitian ini juga menggambarkan jumlah asupan protein, lemak, vitamin C, Fe dan asam folat serta
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan dan makanan pantangan untuk kedua suku.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1. Konsumsi Makanan Pokok
Distribusi konsumsi makanan pokok Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.7. Distribusi Konsumsi Makanan Pokok Pada Keluargakapita Suku Melayu dan Suku Jawa.
No Konsumsi Makanan Pokok
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Lebih
2 Baik
29 70,7
30 76,9
3 Kurang
12 29,3
9 23,1
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa baik pada Suku Melayu maupun Suku Jawa sebagian besar jumlah konsumsi makanan pokok berada pada kategori baik
yaitu 70,7 dan 76,9. Namun, walaupun demikian masih dijumpai sebagian Suku Melayu dan Suku Jawa memiliki tingkat konsumsi makanan pokok yang di bawah
jumlah konsumsi yang dianjurkan.
4.3.2. Konsumsi Lauk Pauk
Distribusi konsumsi lauk pauk Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8. Distribusi Konsumsi Lauk Pauk Pada Keluargakapita Suku Melayu dan Suku Jawa
No Konsumsi lauk pauk
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Lebih
2 Baik
37 90,2
20 51,3
3 Kurang
4 9,8
19 48,7
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa baik Suku Melayu maupun Suku Jawa mayoritas jumlah konsumsi lauk pauk berada pada kategori baik yaitu 90,2 dan
51,2.
4.3.3. Konsumsi Sayuran
Distribusi konsumsi sayuran Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Sayuran Pada Keluargakapita Suku Melayu dan Suku Jawa
No Konsumsi sayuran
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Lebih
2 Baik
9 22,0
32 82,1
3 Kurang
32 78,0
7 17,9
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.9. diatas dapat dilihat bahwa dari 41 keluarga Suku Melayu yang diteliti dijumpai 78 32 keluarga yang jumlah konsumsi sayuran
masih tergolong kurang. Sedangkan dari 39 keluarga Suku Jawa yang diteliti dijumpai 82,1 32 keluarga yang jumlah konsumsi sayuran sudah tergolong baik.
4.3.4. Konsumsi Buah
Distribusi konsumsi buah Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Distribusi Konsumsi Buah Pada Keluargakapita Suku Melayu dan
Suku Jawa. No
Konsumsi buah Suku
Melayu Jawa
n n
1 Lebih
2 Baik
10 24,4
29 74,4
3 Kurang
31 75,6
10 25,6
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Dari tabel 4.10. dapat dilihat bahwa paling banyak jumlah konsumsi buah Suku Melayu adalah termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 31 keluarga 75,6,
sedangkan jumlah konsumsi buah keluarga Suku Jawa mayoritas adalah kategori baik yaitu sebanyak 29 keluarga 74,4.
4.3.5. Jumlah Asupan Protein
Distribusi jumlah asupan protein Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.11. Distribusi Jumlah Asupan Protein Pada Keluargakapita Suku Melayu dan Suku Jawa
No Asupan Protein
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Baik 33
80,5 19
48,7
2 Sedang
4 9,7
7 17,9
3 4
Kurang Defisit
4 9,7
12 1
30,7 2,7
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Dari tabel 4.11. dapat dilihat bahwa baik Suku Melayu maupun Suku Jawa sebagian besar jumlah asupan protein adalah termasuk kategori baik yaitu sebanyak
33 keluarga 80,5 dan 19 keluarga 48,7. Tetapi masih dijumpai beberapa
Universitas Sumatera Utara
keluarga baik Suku Melayu maupun Suku Jawa yang jumlah asupan protein tergolong kurang yaitu sebanyak 9,7 dan 30,7.
4.3.6. Jumlah Asupan Lemak
Distribusi jumlah asupan lemak Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.12. Distribusi Jumlah Asupan Lemak Pada Keluargakapita Suku Melayu dan Suku Jawa
No Asupan Lemak
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Lebih 21
51,2 4
10,3
2 Baik
16 39,1 28
71,8
3 Kurang
4 9,7 7
17,9
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa paling banyak jumlah asupan lemak Suku Melayu adalah termasuk kategori lebih yaitu sebanyak 21 keluarga 51,2.
Sedangkan pada Suku Jawa paling besar jumlah asupan lemak tergolong baik yaitu sebanyak 28 keluarga 71,8
4.3.7. Jumlah Asupan Zat Besi Fe
Distribusi jumlah asupan zat besi Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Distribusi Jumlah Asupan Zat Besi Pada Keluargakapita Suku
Melayu dan Suku Jawa No
Asupan Zat Besi Suku
Melayu Jawa
n n
1 Baik
36 87,8
14 35,9
2 Sedang
3 7,3
9 23,1
3 4
Kurang Defisit
2 4,9
15 1
38,5 2,5
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Pada tabel 4.13. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah asupan zat besi Suku Melayu adalah termasuk kategori baik yaitu sebanyak 36 keluarga 87,8.
Sedangkan pada Suku Jawa paling banyak asupan zat besi masih tergolong kurang
yaitu sebanyak 15 keluarga 38,5. 4.3.8. Jumlah Asupan Vitamin C
Distribusi jumlah asupan vitamin C Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.14. Distribusi Jumlah Asupan Vitamin C Pada Keluargakapita Suku Melayu dan Suku Jawa
No Asupan Vitamin C
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Baik 11
26,8 24
61,5
2 Sedang
16 39,1 12
30,8 3
4 Kurang
Defisit 14
34,1 3
7,7
Jumlah 41
100,0 39 100,0
Berdasarkan tabel 4.14. di atas dapat dilihat bahwa paling banyak jumlah asupan vitamin C Suku Melayu adalah termasuk kategori sedang yaitu sebanyak 16
Universitas Sumatera Utara
keluarga 39,1. Sedangkan pada Suku Jawa sebagian besar asupan Vitamin C
tergolong baik yaitu sebanyak 24 keluarga 61,5. 4.3.9. Jumlah Asupan Asam Folat
Distribusi jumlah asupan asam folat Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.15. Distribusi Jumlah Asupan Asam Folat Pada Keluargakapita Suku Melayu dan Suku Jawa
No Asupan Asam Folat
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Baik 11
26,8 19
48,7
2 Sedang
12 29,3
13 33,4
3 4
Kurang Defisit
18 43,9
7 17,9
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Dari tabel 4.15. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah asupan asam folat Suku Melayu adalah termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 18 keluarga
43,9. Sedangkan pada Suku Jawa paling banyak jumlah asupan asam folat
tergolong baik yaitu sebanyak 19 keluarga 48,7. 4.3.10. Konsumsi Jenis Makanan Kesukaan Dalam Menu Hidangan Keluarga
Distribusi menu hidangan yang lebih disukai keluarga suku Melayu dan suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Distribusi Jenis Makanan Kesukaan Dalam Menu Hidangan Keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa.
No Menu Hidangan
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Nasi, makanan bersantan dan protein hewani
36 87,8
4 10,3
2 Nasi, makanan bertumis dan
protein nabati 5
12,2 35
89,7
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Dari tabel 4.16. dapat dilihat bahwa sebagian besar menu hidangan yang lebih disukai pada keluarga Suku Melayu adalah nasi, makanan bersantan dan protein
hewani seperti hidangan nasi, gulai lemak ikan, kari terong, pepes ikan dan lain-lain yaitu sebanyak 36 orang 87,8. Sedangkan pada Suku Jawa menu hidangan yang
lebih disukai dalam keluarga sebagian besar adalah nasi, makanan bertumis dan protein nabati seperti nasi, tumis kacang panjang dengan tempe, tempe bacem dan
lain-lain yaitu sebanyak 35 keluarga 89,7.
4.3.11. Konsumsi Bahan Makanan yang Sering Disajikan Dalam Menu Hidangan
Distribusi menu hidangan yang sering disajikan dalam keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.17. Distribusi Menu Hidangan Yang Sering Disajikan Pada
Keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa
No Menu Hidangan
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Nasi, makanan bersantan dan protein hewani
36 87,8
4 10,3
2 Nasi, makanan bertumis dan
protein nabati 5
12,2 35
89,7
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 41 responden suku Melayu ditemukan 87,8 keluarga yang lebih sering menyajikan menu hidangan nasi,
makanan bersantan dan protein hewani. Sedangkan pada suku Jawa menu hidangan yang lebih sering disajikan dalam keluarga sebagian besar adalah nasi, makanan
bertumis dan protein nabati yaitu sebanyak 35 keluarga 89,7.
4.3.12. Konsumsi Pengolahan Makanan Bersantan
Distribusi keluarga suka mengkonsumsi makanan bersantan pada keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.18. Distribusi Keluarga Suka Konsumsi Pengolahan Makanan Bersantan
No Suka Pengolahan Makanan
Bersantan Suku
Melayu Jawa
n n
1 Ya
36 87,8
4 10,3
2 Tidak
5 12,2
35 89,7
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.18. dapat dilihat bahwa mayoritas keluarga Suku Melayu lebih menyukai pengolahan makanan bersantan seperti gulai lemak ikan, gulai kari
ikan, daun ubi tumbuk dan sebagainya yaitu sebanyak 36 keluarga 87,8. Sedangkan pada Suku Jawa sebagian besar kurang menyukai pengolahan makanan
bersantan yaitu sebanyak 35 keluarga 89,7.
4.3.13. Konsumsi Pengolahan Makanan Bertumis
Distribusi suka konsumsi pengolahan makanan bertumis pada keluargaSuku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19. Distribusi Keluarga Suka Konsumsi Pengolahan Makanan Bertumis Pada Keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa.
No Suka Pengolahan Makanan
Bertumis Suku
Melayu Jawa
n n
1 Ya
5 12,2
35 89,7
2 Tidak
36 87,8
4 10,3
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.19. dapat dilihat bahwa paling banyak keluarga Suku Melayu kurang menyukai pengolahan makanan bertumis seperti tumis kacang dan
tempe, tumis kangkung dan tempe yaitu sebanyak 36 keluarga 87,8,. Sedangkan pada suku Jawa sebagian besar lebih menyukai makanan bertumis seperti tumis
kacang dan tempe, tumis kangkung, tempe bacem, dan lain-lain yaitu sebanyak 35 keluarga 89,7.
4.3.14. Frekuensi Konsumsi Makanan Bersantan
Berdasarkan hasil penelitian,frekuensi konsumsi makanan bersantan keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa dapat digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Bersantan Pada Keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa.
No Frekuensi Konsumsi Makanan
Bersantanminggu Suku
Melayu Jawa
n n
1 0-2 kali
12 29,3
33 84,6
2 3-4 kali
26 63,4
3 7,7
3 4 kali
3 7,3
3 7,7
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.20. dapat dilihat bahwa sebagian besar frekuensi konsumsi makanan bersantan Suku Melayu adalah 3-4 kali 63,4, sedangkan pada Suku Jawa
frekuensi konsumsi makanan bersantan sebagian besar adalah 0-2 kali 84,6.
4.3.15. Frekuensi Konsumsi Makanan Protein Hewani
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi konsumsi makanan protein hewani keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa dapat digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Makanan Protein Hewani Pada Keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa
No Frekuensi Konsumsi
Makanan Protein Hewaniminggu
Suku Melayu
Jawa n
n 1
0-2 kali 5
12,2 31
79,5
2 3-4 kali
2 4,9
4 10,3
3 4 kali
34 82,9
4 10,3
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.21. dapat dilihat bahwa sebagian besar frekuensi konsumsi makanan protein hewani Suku Melayu adalah 4 kali 82,9, sedangkan
pada Suku Jawa frekuensi konsumsi makanan protein hewani sebagian besar adalah 0-2 kali 79,5.
4.3.16. Frekuensi Konsumsi Makanan Bertumis dan Protein Nabati
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi konsumsi makanan bertumis dan protein nabati keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa dapat digambarkan pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Makanan Bertumis dan Protein Nabati Pada keluarga suku Melayu dan suku Jawa
No Frekuensi Konsumsi Makanan
Bertumis dan Protein Nabati Suku
Melayu Jawa
n n
1 0-2 kali
30 73,2
1 2,6
2 3-4 kali
6 17,1
3 7,7
3 4 kali
5 9,8
35 89,7
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Berdasarkan tabel 4.22. dapat dilihat bahwa dari 41 keluarga Suku Melayu diteliti dijumpai frekuensi konsumsi makanan bertumis seperti tumis sayur-sayura
dan tempe, tauco tahu dan lain-lain adalah 0-2 kali 73,2. Sedangkan pada Suku Jawa frekuensi konsumsi makanan bertumis sebagian besar adalah 4 kali 89,7.
Adapun bahan makanan yang sering ditumis keluarga Suku Jawa ini seperti tumis kangkung campur tempe, tumis genjer, tempe bacem, tahu goreng dan lain-lain.
4.3.17. Makanan Pantangan Bayi dan Balita
Seluruh keluarga 100 pada Suku Melayu dan Suku Jawa tidak mempunyai makanan pantangan untuk bayi dan balita.
4.3.18. Makanan Pantangan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Distribusi makanan pantangan untuk ibu hamil dan ibu menyusui pada keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.23. Distribusi Makanan Pantangan Untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Pada Keluarga Suku Melayu dan Suku Jawa
No Makanan Pantangan Ibu
Hamil Suku
Melayu Jawa n
n 1
Ya 1
2,4 7
17,9
2 Tidak
40 97,6
32 82,1
Jumlah 41
100,0 39
100,0 No
Makanan Pantangan Ibu Menyusui
Suku Melayu
Jawa n
n 1
Ya 4
9,7 7
17,9
2 Tidak
37 90,3
32 82,1
Jumlah 41
100,0 39
100,0
Dari tabel 4.23. diatas dapat dilihat bahwa 1 keluarga 2,4 Suku Melayu dan 7 keluarga 17,9 Suku Jawa masih mempunyai makanan pantangan untuk ibu
hamil. Adapun makanan pantangan yaitu makanan buah nenas. Dan 4 keluarga Suku Melayu 9,7 serta 7 keluarga Suku Jawa 17,9 yang masih memiliki makanan
pantangan untuk ibu menyusui. Adapun makanan pantangan yaitu ayam, daging , dan ikan-ikan laut.
4.3.19. Makanan Pantangan Lansia
Seluruh keluarga 100 Suku Melayu dan Suku Jawa tidak mempunyai makanan pantangan untuk lansia.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan
Pada Penelitian ini jenis bahan makanan yang cenderung ada dalam penyusunan menu hidangan makanan keluarga Suku Melayu adalah menu yang
terdiri dari nasi, lauk pauk hewani dan pengolahan makanan dengan bersantan digulai lemak. Sedangkan Suku Jawa adalah menu yang terdiri dari nasi, lauk pauk
nabati, sayur-sayuran serta pengolahan makanan bertumis. Frekuensi konsumsi lauk pauk yang bersumber dari hewani keluarga Suku
Melayu yaitu dengan frekuensi 4 kaliminggu, seperti telur, ikan, ayam, daging, teri dll. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Husein Ritonga di
Desa Pasar Melintang Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang masyarakat Suku Melayu lebih mengonsumsi lauk pauk yang bersumber dari hewani.
Sedangkan pada keluarga Suku Jawa frekuensi konsumsi lauk pauk bersumber dari nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan yang pada umumnya dengan
frekuensi 4 kaliminggu. Senada dengan hasil penelitian Muhammad Syahril 2003 dijumpai bahwa pola makan pada keluarga Suku Jawa di Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang lebih cenderung mengonsumsi lauk pauk bersumber dari nabati.
Perbedaan kebiasaan konsumsi jenis lauk pauk pada Suku Melayu dan Suku Jawa dapat diketahui bahwa lauk pauk yang bersumber dari hewani memiliki kualitas
kandungan zat besi yang lebih baik dari lauk pauk yang bersumber dari nabati Almatsier, 2009. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini jumlah asupan zat
52
Universitas Sumatera Utara
besi Suku Melayu lebih besar berada pada kategori baik yaitu sebesar 87,8 daripada Suku Jawa yaitu sebesar 35,9. Dimana kekurangan zat besi salah satu penyebab
terjadinya anemia zat besi. Namun, disisi lain pangan nabati merupakan sumber asam folat yang
merupakan vitamin yang dibutuhkan untuk menghindarkan anemia gizi besi. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian ini jumlah asupan asam folat Suku Jawa lebih besar
berada pada kategori baik daripada Suku Melayu yaitu pada Suku Jawa sebesar 48,7, sedangkan Suku Melayu sebesar 26,8. Di samping itu kandungan serat yang
tinggi dalam kacang-kacangan dihubungkan dengan pencegahan penyakit-penyakit jantung koroner, penurunan kadar kolesterol, kanker usus besar, batu empedu,
hemoroid, dll Almatsier, 2009. Dari hasil penelitian jenis dan frekuensi makanan tersebut dapat disimpulkan
bahwa masing-masing suku mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini dikarenakan kurangnya keanekaragaman konsumsi bahan makanan pada kedua suku,
dimana tidak sesuai dengan salah satu anjuran pola makan yang tertuang dalam tiga belas pesan umum gizi seimbang yaitu konsumsi makanan yang beranekaragam.
Karena tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung semua zat gizi yang mampu membuat hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu setiap
orang perlu mengonsumsi anekaragam makanan. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh Almatsier, 2009.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Jumlah Makanan Yang Dikonsumsi Keluarga Suku Melayu Dan Suku Jawa