2. Faktor sosio budaya
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan
dikosumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.
3. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram sangat
mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan dikosumsi. 4.
Pendidikan Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. 5.
Lingkungan Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku
makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan
dalam keluarga.
2.3. Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi
Pola makan yang seimbang, yaitu sesuai dengan kebutuhan disertai pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang baik. Asupan makanan
yang melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebakan oleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan
Universitas Sumatera Utara
kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya, sehingga disebut gizi
salah Sulistyoningsih, 2010.
2.4. Interaksi zat gizi
Pola makan yang seimbang dan pemilihan makanan yang tepat merupakan hal yang harus dilakukan. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi juga untuk
menghindari interaksi yang terjadi antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh. Interaksi antar zat gizi ataupun zat nongizi memang bisa berdampak positif , tapi bisa
juga negatif. Interaksi dapat terjadi antara suatu zat gizi dengan yang lain atau zat nongizi
selain zat gizi yang ada dalam bahan makanan, biasanya tidak dapat dicerna dengan jalur metabolisme biasa didalam tubuh. Interaksi zat gizi atau non gizi dapat terjadi
pada 3 tempat yaitu :
1. Interaksi dalam produk pangan
Zat-zat gizi tertentu, terutama mineral dapat berinteraksi negatif dengan zat nongizi yang terdapat dalam bahan makanan. Seperti tannin pada teh mengikat
mineral besi Fe, seng Zn atau magnesium Mg. Akibatnya mineral tersebut tidak dapat diserap oleh tubuh.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari adanya interaksi negatif tersebut kebiasaan minum teh hendaknya tidak dilakukan bersamaan dengan makan nasi
tetapi sebaiknya dilakukan sekitar 2-3 jam sesudah makan.
Universitas Sumatera Utara
2. Interaksi dalam saluran percernaan
Contoh interaksi zat gizi dalam saluran pencernaan adalah interaksi antara vitamin C dengan Fe. Vitamin C dapat meningkatkan kelarutan Fe, sehingga Fe
lebih mudah diserap tubuh. Penelitian oleh Cook dan Menson 1976, Halberg 1980, dan Latifuddin 1998
yang mempelajari pengaruh berbagai jenis protein terhadap tingkat penyerapan Fe nonheme memperlihatkan bahwa protein dari daging sapi, daging ayam, ikan,
telur dapat lebih efektif dalam meningkatkan ketersediaan biologis Fe. Mengonsumsi makanan bersumber hewani bersama dengan daun singkong atau
bayam sebagai sumber Fe nonheme, akan menyebabkan jumlah Fe yang akan diserap dan ditahan tubuh menjadi lebih besar.
3. Interaksi dalam metabolisme
Interaksi antara beberapa mineral dapat merugikan tubuh. Khusus untuk mineral, terdapat dua tipe interaksi yang terjadi, yaitu kompetisi dan koadaptasi. Interaksi
yang bersifat kompetisi ditentukan oleh kemiripan sifat fisik dan kimia mineral untuk satu sama lain. Interaksi ini terjadi didalam usus.
Mekanisme kompetisi terjadi karena satu mineral yang dikosumsi dalam jumlah berlebihan akan menggunakan “alat transpor” mineral lain sehingga terjadi
kekurangan salah satu mineral itu. Misalnya, transferrin merupakan “ alat transfor” bagi Fe. Transferrin ini ternyata dapat juga digunakan oleh Zn, Ca, dan
Cr. Sifat koadaptasi sering memberikan dampak negatif bagi tubuh. Contoh yang
terjadi dimasyarakat adalah pada kasus kekurangan Fe anemia. Kosumsi
Universitas Sumatera Utara
suplemen Fe kadar tinggi menyebabkan penyerapan Fe sangat meningkat, yang juga meningkatkan penyerapan Pb timbal Sulistyoningsih, 2010.
2.5. Kebiasaan Makan