2.1.4 Ukuran Partikel Debu
Tidak semua partikel dalam udara yang terinhalasi akan mencapai paru. Partikulat yang terdeposit pada bagian sistem pernafasan manusia sangat bergantung
kepada ukuran partikel tersebut. Partikulat dengan ukuran ≥ 100 μm terdeposit pada
bagian hidung dan disebut sebagai inhalable particle. Partikulat dengan ukuran 4- 10 μm terdeposit pada bagian toraks dan disebut thoracic particle. Dan partikulat 4
μm terdeposit pada bagian paru dan disebut sebagai partikel respirabel particle respirable Lestari, 2007.
Partikel debu yang berdiameter 10 μ yang disebut coarse particle merupakan indikator yang baik tentang adanya kelainan saluran pernafasan, karena adanya
hubungan yang kuat antara gejala penyakit saluran pernafasan dengan kadar partikel debu di udara Pope, 2003.
2.1.5 NAB Debu di Lingkungan Kerja
Untuk menghindari bahaya gangguan kesehatan pekerja akibat paparan debu, pemerintah telah nenetapkan Nilai Ambang Batas NAB debu lingkungan kerja.
NAB debu adalah standar konsentrasi debu yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit gangguan
kesehatan untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek hygiene perusahaan dalam melakukan
penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk partikel debu telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13MENX2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah bahwa NAB kadar debu di udara tidak boleh melebihi 3,0 mgm³. NAB dari debu-debu yang hanya mengganggu
kenikmatan kerja adalah 10 mgm³. Nilai Ambang Batas NAB Konsentrasi debu pada udara ambien di Indonesia diatur juga dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, sebesar 10 mgm
3
2.1.6 Mekanisme Penimbunan Debu di dalam Paru