Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan. Hidung

jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan interstisial. Akibat fibrosis paru menjadi kaku, menimbulkan gangguan pengembangan paru yaitu kelainan fungsi paru Pope, 2003. 2.2 Sistem Pernafasan 2.2.1 Pengertian Pernafasan Pernapasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O 2 atau oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO 2 atau karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Pernafasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan pengangkutan CO 2 1. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh karena masih ada udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini penting karena menyediakan O dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu Guyton Hall, 1997 : 2 2. Difusi O dalam alveoli untuk menghasilkan darah. 2 dan CO 2 3. Pengangkutan O antara alveoli dan darah. 2 dan CO 2

4. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.

dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari sel- sel. Universitas Sumatera Utara Menurut Raharjo dkk 1994 dari aspek fisiologis ada dua macam pernafasan, yaitu : a. Pernafasan luar external respiration yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari paru-paru. b. Pernafasan dalam internal respiration yang aktivitas utamanya adalah pertukaran gas pada metabolisme energi dalam sel. 2.2.2 Anatomi Pernafasan Munurut Mukono 1997 anotomi saluran pernafasan terdiri dari:

1. Hidung

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolis dilapisi oleh membrane mukosa bersilia. Udara masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Fungsi tersebut disebabkan karena adanya mukosa saluran pernafasan, yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan mengandung sel goblet. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia menuju pharing. Udara inspirasi akan disesuaikan dengan suhu tubuh sehingga dalam keadaan normal, jika udara tersebut mencapai pharing, dapat dikatakan hampir “bebas debu” yang bersuhu sama dengan suhu tubuh dan kelembabannya 100. Universitas Sumatera Utara 2. Pharing Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga nasal dibagi dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil merupakan pertahanan tubuh terhadap benda- benda asing organisme yang masuk ke hidung dan pharing. 3. Laring Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan disini didapatkan pita suara dan epiglotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Kalau ada benda asing masuk sampai melewati glotis, maka dengan adanya reflex batuk akan membantu mengeluarkan benda atau sekret dari saluran pernafasan bagian bawah. 4. Trachea Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trachea bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6-10 cincin kartilago. 5. Bronkhus Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang-cabang menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen brokus. Percabangan ini diteruskan sampai cabang Universitas Sumatera Utara terkecil bronkiolus terminalis yang tidak mengandung alveolus, bergaris tengah sekitar 1 mm, diperkuat oleh cincin tulang rawan yang dikelilingi otot polos. 6. Bronchiolus Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan alveolus terminal, merupakan struktur akhir paru-paru. Anderson 1999 mengatakan bahwa diluar bronkiolus terminalis terdapat asinus sebagai unit fungsional paru yang merupakan tempat pertukaran gas, asinus tersebut terdiri dari bronkiolus respirasi yang mempunyai alveoli. 7. Paru-paru Setiap paru berisi sekitar tiga ratus juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis. Alveolus dibatasi oleh zat lipoprotein yang disebut surfaktan, yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan resistensi terdapat pengembangan pada waktu inspirasi serta mencegah kolapsnya alveolus pada waktu respirasi Davis dan Cornwell, 1991. Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus tergantung dari beberapa faktor antara lain pendewasaan sel alveolus dan sel sistem biosintesis enzim, ventilasi yang memadai, serta aliran darah kedinding alveolus. Surfaktan merupakan faktor penting dan berperan sebagai pathogenesis beberapa penyakit rongga dada Raharjoe dkk, 1994. Saluran penghantar udara hingga mencapai paru - paru adalah hidung, faring, laring, trakhea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai Universitas Sumatera Utara bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa Ganong, 1998. Anatomi sistem pernafasan manusia dapat ditunjukkan seperti gambar 2.2 dibawah ini : Gambar 2.2 Anatomi Sistem Pernafasan Manusia Sumber : Pearce, 1986 2.3 Volume dan Kapasitas Paru

2.3.1 Volume Paru

Selama pernapasan berlangsung volume paru selalu berubah-ubah, dimana mengembang sewaktu inspirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung hampir tanpa disadari Suma’mur, 1998. Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah: Universitas Sumatera Utara

a. Volume Tidal Tidal Volume = TV adalah volume udara yang dihirup atau yang

dihembuskan pada satu siklus pernapasan selama pernafasan biasa. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml.

b. Volume Cadangan Inspirasi Inspiratory Reserve Volume = IRV adalah volume

udara yang masih dapat dihirup ke dalam paru sesudah inspirasi biasa. Besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml.

c. Volume Cadangan Ekspirasi Ekspiratory Reserve Volume = ERV adalah

volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa. Besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml.

d. Volume Residu Residual Volume = RV adalah udara yang masih tersisa di

dalam paru sesudah ekspirasi maksimal.

2.3.2 Kapasitas Paru

Kapasitas paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau lebih Suma’mur,1998. Menurut Guyton 1997, kapasitas paru dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kapasitas Inspirasi

Kapasitas Inspirasi Inspiration CapacityIC adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum kira-kira 3500 ml. Nilai kapasitas ini merupakan hasil dari penjumlahan nilai volume tidal TV dengan volume cadangan inspirasi IRV. Universitas Sumatera Utara

b. Kapasitas Residu Fungsional

Kapasitas Residu Fungsional Fungtional Residual CapacityFRC adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2300 ml. Nilai kapasitas ini adalah hasil dari penjumlahan volume cadangan inspirasi IRV ditambah volume cadangan ekspirasi ERV. c. Kapasitas Paru Total Kapasitas paru total Total Lung Capacity TLC adalah volume maksimum di mana paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa kira-kira 5800 ml. d. Kapasitas Vital Kapasitas vital paru Vital CapacityVC adalah jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi secara maksimal. Besarnya adalah 4800 ml. Kapasitas vital paru- paru merupakan hasil penjumlahan dari volume tidal, volume cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi, seharusnya 80 TLC. Berdasarkan pada tinggi badan seseorang dapat ditaksir besar kapasitas vitalnya. Orang yang semakin tinggi cenderung mempunyai kapasitas vital paru-paru yang lebih besar dari orang yang tinggi badannya rendah. Pada pria kapasitas vital prediksi = 27,63-0,112 U TB. U merupakan umur dalam tahun dan TB adalah tinggi badan dalam cm. Persentase kapasitas vital dapat diukur dengan membandingkan kapasitas vital hasil pengukuran dengan spirometer terhadap kapasitas vital prediksi dan dinyatakan dalam satuan persen. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Kurva Volume dan Kapasitas Paru 2.3.3 Faktor – Faktor yang Memengaruhi Kapasitas Vital Paru a. Karakteristik Individu Kelainan paru karena adanya deposit debu dalam jaringan paru disebut pneumokoniosis. Menurut definisi dari International Labor Organization ILO pneumokoniosis adalah akumulasi debu dalam jaringan paru dan reaksi jaringan paru terhadap adanya akumulasi debu tersebut. Bila pengerasan alveoli telah mencapai 10 akan terjadi penurunan elastisitas paru yang menyebabkan kapasitas vital paru akan menurun dan dapat mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke dalam jaringan otak, jantung dan bagian-bagian tubuh lainnya Khumaidah, 2009. Nilai kapasitas vital paru pada dasarnya dipengaruhi oleh bentuk anatomi tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernapasan serta pengembangan paru dan otot dada compliance paru. Penurunan kapasitas paru dapat disebabkan oleh kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada penyakit poliomyelitis Universitas Sumatera Utara atau cedera saraf spinal, berkurangnya compliance paru, misalnya pada penderita asma kronik, tuberkulosa, bronchitis kronik, kanker paru dan pleuritis fibrosa dan pada penderita penyakit bendungan paru, misalnya pada payah jantung kiri Guyton, 1994. Daya tahan kardiorespirasi, yaitu kesanggupan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan latihan untuk mengambil oksigen dan mendistribusikan ke jaringan yang aktif untuk metabolisme tubuh, dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor antara lain: keturunangenetik, usia, jenis kelamin, masa kerja, waktu kerja, kebiasaan merokok, riwayat penyakit gangguan pernafasan, status gizi, kebiasaan berolah ragaaktivitas fisik dan penggunaan alat pelindung diri berupa masker Yunus, 1997; Guyton Hall, 1996; Harrington, 2005; Murray Lopez, 2006; Suma’mur, 1994; Raharjoe dkk, 1994. Berikut dijabarkan faktor-faktor yang memengaruhi nilai kapasitas vital paru sebagai berikut :

1. KeturunanGenetik