dan anti bodi sehingga seseorang mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek, diare dan berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap
benda asing seperti debu yang masuk ke dalam tubuh Murray Lopez, 2006. Keadaan kesehatan berdasarkan kecukupan gizi umumnya dapat ditentukan
dengan Indeks Masa TubuhIMT atau Body Mass IndexBMI. Menurut WHO ditetapkan tabel 2.1 seperti dibawah ini.
Tabel 2.1 Ambang Batas IMT Category
BMI Risk of Co-Morbidities
Underweight 18.5
Normal 18.5 – 24.9
Average Overwieght
25.0 – 29.9 Increased
Obese I 30.0 – 34.9
Moderate Obese II
35.0 – 39.9 Severe
Obese III ≥ 40
Very Severe Sumber : WHO, 2003
Berat Badan kg IMT =
Tinggi Badan
2
5. Kebiasan Merokok
m
Raharjoe dkk 1994 mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguan ventilasi paru karena menyebabkan iritasi dan sekresi
mucus yang berlebihan pada bronkus. Keadaan seperti ini dapat mengurangi
efektifitas mukosilier dan membawa partikel-partikel debu sehingga merupakan
media yang baik tumbuhnya bakteri.
Universitas Sumatera Utara
Yunus 1997 mengatakan asap rokok meningkatkan risiko timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru, untuk itu tenaga kerja hendaknya berhenti merokok bila
bekerja pada tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit tersebut. Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun adalah 28,721 ml untuk non
perokok dan 38,4 ml untuk bekas perokok dan 41,7 ml untuk perokok aktif. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pengaruh debu yang hanya sepertiga
dari pengaruh buruk rokok Depkes RI, 2009. Kebiasaan merokok menurut Jama 1994 telah membagi menjadi 3 tiga
kategori perokok yaitu sebagai berikut : a. Perokok ringan, bila jumlah rokok yang dihisap antara 1-6 batanghari
b. Perokok sedang, bila jumlah rokok yang dihisap antara 7-12 batanghari c. Perokok berat, bila jumlah rokok yang dihisap lebih dari 12 batanghari
6. Kebiasaan Berolah Raga
Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik. Gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang
teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru Yunus, 1997. Secara umum olah raga akan meningkatkan total kapasitas paru. Pada banyak individu yang
melakukan olah raga secara teratur maka kapasitas vital paru akan meningkat meskipun hanya sedikit, tetapi pada saat yang bersamaan residual volume atau
jumlah udara yang tidak dapat berpindah atau keluar dari paru akan menurun. Selanjutnya untuk meningkatkan kapasitas vital paru, olah raga yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
hendaknya memperhatikan empat hal, yaitu mode atau jenis olah raga, frekuensi, durasi, dan intensitasnya Wilmore, 1994.
7. Waktu Kerja
Menurut Harrington 2005, lama bekerja adalah durasi waktu untuk melakukan suatu kegiatanpekerjaan setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan
jam. Budiono 2003 menyatakan lama kerja sebagai durasi waktu pekerja terpapar risiko faktor fisika atau faktor kimia dalam melakukan pekerjaannya time
exposure.
Untuk mengantisipasi efek negatif paparan debu di tempat kerja, maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah menetapkan waktu bekerja sehari-hari yaitu selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per
minggu UU Nomor 13, 2003.
8. Masa Kerja