4
E D I S I 0 2 T A H U N X V I I 2 0 1 1
Grafik 1: Misery Index Amerika Serikat pada Periode Pemerintah 1950 - 2010
TR UMAN
EISENHO WER
KENNED Y
JOHNSON NIX
ON FORD
CARTER REA
GAN BUSH
CLINT ON
BUSH
PRESIDENTIAL ADMINISTRATION
5 10
20 15
1950 1960
1970 1980
1990 2000
2010
THE GREAT RECESSION 2007 - 2010
SAVINGS AND LOAN CRISIS 1987 - 1992
OIL EMBARGO 1973 - 1974
THE LOWEST MISERY INDEX:
2.97, 071953 THE HIGHEST
MISERY INDEX: 21.98, 061980
UNEMPLOYMENT RATE
RATE OF INFLATION
NEGATIVE RATE OF INFLATION
Sumber: http:www.loansandcredit.comarthur-okun-misery-index-through-the-years_2010-04-19
Ada kecenderungan bahwa semakin maju suatu negara, indeks kesengsaraan semakin rendah. Pada tahun 2007, China sebagai
negara maju dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat menakjubkan, indeks kesengsaraannya setara dengan Singapura
dan Amerika Serikat, yaitu di bawah angka 10,00 Anonim, 2008. Pencapaian ini menunjukkan bahwa pemerintah
yang sedang berkuasa mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, di mana tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
rendah.
Afrika Selatan yang pada saat ini dinilai sebagai salah satu negara dengan tingkat kriminalitas tertinggi di dunia, indeks
kesengsaraanya mencapai lebih dari 35,00 , dengan tingkat penganggurannya mencapai 25,3 Anonim, 2010b.
Berdasarkan survey yang dilakukan United Nations Office on Drugs and Crime UNODC antara tahun 1998 – 2000,
kejahatan pemerkosaan di Afrika Selatan menduduki peringkat pertama di dunia dan kejahatan pembunuhan dengan berbagai
cara menduduki peringkat kedua di dunia.
Venezuela merupakan negara yang juga memiliki Indeks kesengsaraan tinggi, yaitu lebih dari 40,00 . Tingginya indeks
kesengsaraan ini juga didukung oleh kenyataan bahwa tingkat kriminalitas Venezuela tergolong tinggi di dunia. Sejumlah
media di negara tersebut menghitung setiap akhir pekan di Caracas sebanyak 50 orang tewas terbunuh karena tindak
kriminalitas. Ini menempatkan ibukota Venezuela tersebut pada tingkat pembunuhan 100 orang per 100.000 penduduk,
padahal rata-rata dunia tingkat pembunuhan adalah 9 orang per 100.000 penduduk Anonim, 2009.
III. INDEKS KESENGSARAAN INDONESIA
Sepanjang periode reformasi yang diawali dengan lengsernya pemerintahan Orde Baru, telah terjadi pergantian presiden
sebanyak 4 kali yaitu: BJ. Habibie 1998 – 1999; Abdurrahman Wahid 2001; Megawati Soekarnoputri 2001 – 2004; dan
Susilo Bambang Yudhoyono 2005 – sekarang. Keempat presiden tersebut menyelesaikan pemerintahannya, tidak
semuanya mulus. Kondisi negara yang sedang dilanda krisis multidimensional menyebabkan sistem pemerintahan sangat
dinamis, sehingga presiden sebagai kepala negara mudah dilengserkan.
Presiden BJ. Habibie 1998 – 1999 yang merupakan Wakil Presiden era Presiden Soeharto, dilengserkan 1,5 tahun
kepemerintahannya setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh DPRMPR. Presiden Abdurrahman Wahid
yang dipilih dan diangkat oleh DPR hasil Pemilu 1999, hanya bertahan satu tahun karena mengalami impeachment pada awal
tahun 2001 terkait dengan kasus Buloggate. Presiden Megawati Soekarnoputri yang menjalani sisa periode pemerintahan
Presiden Abdurrahman Wahid 2001 – 2004 berhasil menyelesaikan pemerintahannya, tetapi dalam pemilihan
presiden secara langsung pada tahun 2004, tidak terpilih lagi. Selanjutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY yang
merupakan presiden pertama hasil pemilihan langsung, berhasil menyelesaikan periode pemerintahannya pada tahun 2005 –
2009. Masih tingginya kepercayaan masyarakat terhadap sistem pemerintahan sebelumnya, SBY kembali terpilih menjadi
presiden untuk periode 2010 – 2014.
Oleh karena keempat presiden tersebut berada pada kondisi negara yang relatif hampir sama meskipun semakin kesini
semakin mereda, yaitu kondisi krisis multidimensional, maka kemampuan menekan inflasi dan tingkat pengangguran sebagai
komponen indeks kesengsaraan relatif juga sama. Masing- masing masih menciptakan indeks kesengsaraan yang tinggi.
Dengan demikian kemampuan mensejahterakan rakyat belum optimal, karena inflasi dan tingkat pengangguran masih tinggi.
Kebanyakan masyarakat masih merasakan hidup yang sulit. Bahkan, sebagian masyarakat mengatakan bahwa mereka
merasa lebih sejahtera pada periode Presiden Soeharto.
Tabel 1: Indeks Kesengsaraan Indonesia Periode
Pemerintahan 1998 - 2009
Sumber: BPS, diolah
a. Periode 1988 – 1999: Presiden Habibie
Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, tingkat inflasi sangat tinggi mencapai 77,63 dengan tingkat pengangguran
mencapai 5,50 . Meskipun tingkat pengangguran rendah, tetapi posisi ini menjadi titik awal terjadinya ledakan
pengangguran di tahun-tahun kemudian sebagai akibat makin parahnya krisis ekonomi. Fakta ini didukung oleh tingginya
kontraksi ekonomi sebesar –13,4 tahun 1998 yang dianggap
5
E D I S I 0 2 T A H U N X V I I 2 0 1 1 sebagai “bencana paling dahsyat dalam sejarah peradaban
manusia modern”. Sejumlah ekonom masih belum merasa cukup menggambarkan beratnya kontraksi ekonomi –13,4
dengan menambahkan angka 7 pertumbuhan ekonomi setahun sebelumnya 1997, sehingga kontraksi ekonomi total
menjadi –20,4 Mubyarto, 2003. Tidak mengherankan apabila pada tahun 1998 indeks kesengsaraannya paling tinggi,
yaitu 83,13 .
Masa transisi yang dilaksanakan oleh Presiden Habibie mampu memberikan kepercayaan pasar yang ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dari Rp. 14.900US menjadi Rp. 7.810US Tri Wibowo dan
Hidayat Amir, 2005. Program-program pemulihan ekonomi yang dicanangkan mampu menekan tingkat inflasi sampai pada
tingkat 2,01 . Sebuah upaya yang luar biasa sehingga indeks kesengsaraan turun drastis menjadi 8,37 , meskipun tingkat
pengangguran meningkat.
b. Periode 2000 – 2001: Presiden Abdurrahman Wahid
Setelah sempat mengalami recovery pada periode Presiden Habibie, pada tahun 2000 nilai tukar rupiah kembali melemah
menjadi sebesar Rp. 8.530US. Tahun 2001 melemah lagi menjadi Rp. 10.265US. Hal ini tidak terlepas dari “tidak
biasanya” sistem pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Permasalahan dasar ekonomi pada periode Presiden
Abdurrahman Wahid ini tak juga kunjung selesai. Harapannya setelah persoalan legitimasi politik selesai, kepercayaan terhadap
perekonomian akan membaik. Kenyataannya, indikator- indikator dasar sistem ekonomi tidak semakin membaik,
bahkan cenderung lebih buruk dari periode sebelumnya Didik J. Rachbini, 2000.
Tindakan yang penuh kejutan mulai dari pemecatan sejumlah menteri, caranya dalam menanggapi isu publik,
konsistensi kebijakan, serta pernyataan-pernyataannya yang mudah dibatalkan atau dinafikan, memunculkan
kebingungan dan ketidakpercayaan pasar. Oleh karena itu, pada periode pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
indeks kesengsaraan lebih tinggi dibandingkan akhir periode pemerintahan Presiden Habibie, yaitu 15,45 . Tingginya
indeks kesengsaraan ini dibangun dengan tingkat inflasi yang meningkat tajam dari tahun sebelumnya sebesar 2,01 menjadi
9,35 .
c. Periode 2001 – 2004: Presiden Megawati