ANALISIS ISU PUBLIK PEMBANGUNAN PARIWISATA DI

57 E D I S I 0 2 T A H U N X V I I 2 0 1 1 mengelola pulau-pulau kecil itu untuk memperhatikan berbagai aspek tersebut. “Investor harus ditekankan untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan, ekosistem dan harmonisasi masyarakat yang tinggal di pulau itu” tvOne, 20 Agustus 2009 Makassar http:nusantara.tvone.co.id beritaview20657200908203_pulau_di_makassar_ siap_disewakan_ke_investor

IV. ANALISIS ISU PUBLIK PEMBANGUNAN PARIWISATA DI

KEPULAUAN Dari berbagai inisiatifgagasan yang diprakarsai oleh masyarakat, pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan dan daya saing pembangunan daerah termasuk di dalamnya pembangunan pariwisata di kepulauan, mendapatkan reaksi pro dan kontra baik dari pemerintah maupun masyarakat. Munculnya masalah pro dan kontra ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang jelas mengenai mekanisme atau tata cara penyewaanleasing pulau untuk pembangunan kepariwisataan sehingga menimbulkan ketidakpastian bagi kalangan pengambil kebijakan di daerah dan juga masyarakat serta dunia usaha; 2. Tidak adanya kebijakan yang jelas tentang solusi dari permasalahan jualsewa yang selama ini telah muncul ditengah-tengah masyarakat. Misalnya, pulau dijual melalui situs internet, dan mendapatkan reaksi dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah hanya memanggil pengelola pulau, tetapi masyarakat tidak mendapatkan informasi yang terbukatransparan terhadap status pulau tersebut di jualdisewa atau dikerja samakan. Demikian juga reaksi pemerintah pusat akan melakukan penyelidikan, nampaknya bingung mengatasi permasalahan jual penyewaan pulau. Kebingungan ini nampak dalam uraian berikut “apabila mengembangkan pariwisata, disarankan kepada pengusaha asing untuk berkoordinasi dan laporan kepada Departemen Luar Negeri, harus ada mekanisme yang diatur dalam perundang-undangan. Misalnya, ada satu daerah ada yang ingin kerja sama untuk perkembangan pulau, tentu harus ada kerja sama dengan pihak terkait, misalnya Deplu,” 3. Memperhatikan belum adanya peraturan perundang- undangan tentang sewakerjasama untuk mengembangkan pulau, ada Kementerian yang terlalu jauh melangkah mempromosikan penawaran pengelolaan pulau kepada investor sehingga hal ini dapat membingungkan masyarakat. 4. Muncul tenggelamnya isu jual pulau karena lemahnya koordinasi antar KementerianLembaga KL untuk memberikan klarifikasi terhadap persoalan ini. 5. Masih lemahnya koordinasi antar KL, dan sosialisasi peraturan perundang-undangan khususnya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil serta Peraturan Menteri No 202005 tentang Pemanfaatan Pulau Kecil. ” 6. Sebagian besar masyarakatpengamatpakar mendukung gagasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sewakerjasama mengembangkan pariwisata di kepulauan dengan catatan didukung dengan peraturan perundang-undangan yang jelas.

V. MOMENTUM DAN PELUANG MENGEMBANGKAN PARIWISATA DI