54
E D I S I 0 2 T A H U N X V I I 2 0 1 1 menyangkut kegiatan sosial ekonomi. Dengan demikian,
industri pariwisata diperkirakan akan menjadi industri terbesar di dunia pada tahun 2020. Menurut World Travel and Tourism
Council, para wisatawan bakal membelanjakan uangnya sekitar 5 miliar dollar AS setiap hari. Keadaan ini tentu menyulut
industri pariwisata dan ikutannya antara lain hotel, usaha perjalanan, usaha katering, pemandu wisata, dan sebagainya.
Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam dan budaya yang layak dikembangkan menjadi destinasi unggulan dunia
barangkali boleh berharap bisa mendapat bagian dari uang belanja para wisatawan. Di antara keunggulan daya tarik
pariwisata Indonesia ini antara lain adalah wisata alam, wisata budaya, wisata bahari, wisata kuliner, wisata religi, dan wisata
olahraga.
Pertanyaannya adalah sejauhmana kesiapan kita menyongsong persaingan yang semakin tajam pada industri pariwisata untuk
mendapatkan bagian terbesar dari kue pembangunan industri pariwisata dunia?
Tulisan ini mencoba memberikan gambaran situasi perkembangan daya saing pembangunan pariwisata, opini
publik berkaitan dengan pembangunan kepulauan. Penyewaan leasing pulau sebagai alternatif kebijakan guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, belajar dari negara Maldive Maladewa dan negara kepulauan lainnya, dan saran langkah-
langkah yang diperlukan jika leasing menjadi pilihan kebijakan dalam perencanaan pembangunan pariwisata bagi pulau-pulau
kecil.
II. DAYA SAING PEMBANGUNAN PARIWISATA
Badan Dunia yang membidangi kepariwisataan yaitu United Nation for World Tourism Organization UNWTO
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 negara-negara didunia akan kedatangan wisatawan mendekati 1,6 miliar orang.
UNWTO juga memperkirakan bahwa negara-negara di Eropa akan menerima wisatawan terbanyak yaitu 717 juta, diikuti oleh
negara-negara dikawasan East Asia and the Pacific 397 juta, Americas 282 juta, Africa 77 juta, Middle East 69 juta, dan
South Asia 19 juta.
Dikawasan East Asia and the Pacificpada tahun 2020 diperkirakan akan kedatangan wisatawan sebanyak 397 juta
orang. Pada tahun 2008, dari jumlah wisman yang datang ke kawasan ini antara lain Cina 135,4 juta, Malaysia 29,8
juta, Thailand 14,8 juta, Singapura 10,5 juta, Jepang 10,5 juta, Korea 6,9 juta, Indonesia 6,4 juta, Australia 5,6 juta,
Taiwan 3,9 juta, Pilipina 3,2 juta, Kamboja 2,3 juta, dan Laos 1,7 juta.
Base Year 1995
2010 2020
Million 1995
2020 1995-2020
Forecasta market Share
Average annual growth rate
World
565 1006
1561 100
100 4.1
Africa 20
47 77
3.6 5.0
5.5
14 36
69 2.2
4.4 6.7
4 11
19 0.7
1.2 6.2
110 190
282 19.3
18.1 3.8
Americas 81
195 397
14.4 25.4
6.5 East Asia and
the Pacific 336
527 717
59.8 45.9
3.1 Europe
Middle East South Asia
Kunjungan wisman ke Indonesia dan penerimaan devisa sejak tahun 2007 sampai dengan 2009 walaupun mengalami
peningkatan yaitu dari 5,5 juta orang dan 5,3 juta USD tahun 2007; 6,4 juta orang dan 7,4 juta USD tahun menjadi 6,5 juta
dan 6,3 juta USD tahun 2009. Namun peningkatan tersebut masih tertinggal dibandingkan dengan Negara tetangga
Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Untuk mengukur daya saing pariwisata, sejak tahun 2007, World Economic Forum mengeluarkan The Travel Tourism
Competitive Index TTCI. Ada beberapa komponen dalam mengukur daya saing pembangunan pariwisata yaitu: 1
kerangka regulasi, terdiri dari a kerangka kebijakan dan regulasi; b lingkungan yang berkelanjutan, c keamanan dan
kenyamanan safety and security, d kesehatan dan hygiene, e prioritas prioritization; 2 infrastruktur dan lingkungan
bisnis yang meliputi a infrastruktur tranportasi udara, b infrastruktur transportasi darat, c infrastruktur pariwisata,
d infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, e daya saing harga dalam industri; dan 3 sumber daya alam, budaya,
dan manusia yang terdiri dari a sumber daya manusia, b daya tarik affinity, c sumber daya alam, d sumber daya budaya.
Berdasarkan penilaian terhadap variabel-variabel tersebut, pada tahun 2009 Indonesia tercatat menempati posisi ke 81 dari 133
negara. Posisi tersebut masih di bawah Malaysia 32, Singapura 10, dan Thailand 39. Apabila dibandingkan peringkat
tahun 2008, peringkat Indonesi mengalami penurunan yaitu dari posisi ke 80.
Dari beberapa komponen alat ukur indek daya saing pariwisata di atas, ada beberapa komponen yang menyebabkan rendahnya
daya saing pariwisata Indonesia antara lain: lemahnya kebijakan dan kerangka regulasi, rendahnya kualitas sumber daya
manusia, rendahnya dalam memelihara kelestarian lingkungan, keselamatan dan keamanan termasuk kesehatan dan kebersihan,
rendahnya dalam menempatkan prioritas perjalanan dan pariwisata termasuk perbaikan infrastruktur transportasi udara,
infrastruktur transportasi darat, dan infrastruktur pariwisata serta lingkungan bisnis.
55
E D I S I 0 2 T A H U N X V I I 2 0 1 1
III. ISU-ISU PEMBANGUNAN PARIWISATA DI KEPULAUAN.