INDEKS KESENGSARAAN DI BERBAGAI NEGARA

3 E D I S I 0 2 T A H U N X V I I 2 0 1 1 Kondisi sosial, ekonomi, politik, hukum, politik, pertahanan, dan keamanan pada pemerintahan periode reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 di Indonesia, menunjukkan dinamika yang sangat dinamis. Pada tahap-tahap awal, sistem pemerintahan jatuh bangun, harga kebutuhan pokok melonjak-lonjak, tindak kriminal meningkat tajam, konflik horizontal tersulut dengan penyebab yang sangat sepele, dan sikap primordial masyarakat sangat mengemuka. Kondisi perekonomian terutama dari aspek pertumbuhan ekonomi, iklim investasi, penciptaan lapangan kerja, maupun pasokan kebutuhan pokok masyarakat bergejolak dan sangat rentan terhadap dinamika internal dalam negeri dan eksternal luar negeri. Pada saat ini kondisi perekonomian Indonesia sudah relatif stabil, namun era demokrasi yang belum sepenuhnya berjalan pada rel yang sesungguhnya, menyebabkan pelaksanaan roda kepemerintahan tidak berjalan secara optimal. Banyak program dan kegiatan yang merupakan visi dan misi kepala pemerintahan terpilih, tidak terealisir sepenuhnya. Sejumlah besar waktu dan sumberdaya pemerintah terpaksa terkuras untuk mengurusi hal-hal yang berbau politik dan kekuasaan. Hal ini tercermin dari banyaknya pejabat pemerintah, kepala pemerintah daerah, atau para anggota dewan yang terlibat masalah politik dan hukum pada masa aktifnya. Meskipun tidak populer, penulis tertarik untuk mengkaji indeks kesengsaraan ini. Minimnya literatur dan penelitian tentang indeks kesengsaraan, merupakan tantangan tersendiri bagi penulis untuk mengkaji secara lebih mendalam. Dalam kajian ini digunakan model dasar Misery Index yang diperkenalkan oleh Okun, bukan Modified Misery Index mengingat tujuan utama dari kajian ini adalah untuk mengetahui apakah ada korelasinya dengan perilaku kriminalitas. Perilaku kriminalitas dalam hal ini bisa dianggap sebagai penyebab atau akibat dari goncangan inflasi atau tingkat pengangguran. Ketika dianggap sebagai penyebab, maka tidak stabilnya keamanan dan ketertiban masyarakat akan dianggap sebagai biang keladi tingginya tingkat pengangguran dan inflasi. Sementara itu ketika dianggap sebagai akibat, maka gejolak ekonomi yang berimplikasi pada tingginya tingkat pengangguran dan inflasi akan menjadi pendorong meningkatnya tindak kriminalitas. Data yang digunakan adalah data sekunder time series dari tahun 1998 – 2009 yang terdiri dari data inflasi tahunan, tingkat pengangguran tahunan, dan data kriminalitas tahunan. Tahun 1998 dianggap sebagai awal reformasi karena pada tahun ini merupakan titik awal perubahan sistem pemerintahan Orde Baru yang identik dengan Pemerintahan Presiden Suharto ke sistem pemerintahan yang sama sekali baru. Jika selama Orde Baru sentral kekuasaan berada di tangan presiden, maka pada periode reformasi ini kekuasaan presiden dan parlemen menjadi saling berimbang. Bahkan adakalanya parlemen menjadi lebih kuat sehingga dapat menjatuhkan pemerintahan yang sedang berjalan.

II. INDEKS KESENGSARAAN DI BERBAGAI NEGARA

Amerika Serikat AS merupakan salah satu negara yang cukup serius memperhatikan indeks kesengsaraan. Untuk keperluan tersebut, sampai-sampai terdapat lembaga yang menghitung indeks kesengsaraan tidak hanya dari tahun ke tahun, tetapi sampai bulan ke bulan. Ini menunjukkan betapa pentingnya indeks kesengsaraan untuk mengontrol kinerja pemerintah yang sedang berjalan dalam mensejahterakan rakyatnya. Secara umum situasi indeks kesengsaraan dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa, seperti kebijakan perpajakan, perang, perburuhan, atau kebijakan sektor perekonomian. Ketika AS memasuki perang Korea tahun 1950, indeks kesengsaraan berada pada posisi yang cukup rendah yaitu 4,98 . Sembilan bulan setelah perang, indeks kesengsaraan melonjak pada posisi 12,76 Anonim, 2010a. Demikian juga ketika AS memasuki perang Vietnam tahun 1964, indeks kesengsaraan berada pada posisi 5,98 dan sebelas tahun kemudian ketika mengakhiri perang Vietnam pada tahun 1975 indeks kesengsaraan membubung menjadi 19,01. Meskipun hal tersebut tidak dapat berdiri sendiri, masih ada kebijakan- kebijakan yang lain, tetapi perang yang berkepanjangan sangat mungkin menyebabkan sumber daya yang ada dipergunakan untuk memenangkan peperangan, sehingga kegiatan investasi menjadi berkurang. Grafik 1 menunjukkan situasi indeks kesengsaraan AS mulai dari Presiden Truman sampai dengan Presiden Obama. Pada pemerintahan Presiden Truman 1948 – 1953, Eisenhower 1953 - 1960, Kennedy 1960 - 1963, dan Lyndon Johnson 1963 - 1968 indeks kesengsaraan berada pada posisi yang cukup rendah dengan kisaran 2,97 – 8,00 Shane, 2010. Pencapaian posisi terendah didukung oleh periode perdamaian dan kemakmuran yang berhasil dibangun. Namun ketika AS mulai menghadapi kerusuhan politik dan sosial terkait dengan perang Vietnam, indeks kesengsaraan mulai menunjukkan peningkatan. Pada pemerintahan Presiden Nixon dan Ford yang meliputi periode akhir perang Vietnam 1975 dan embargo minyak 1973 – 1974 menjadi penyebab tingginya indeks kesengsaraan. Pada periode ini indeks kesengsaraan melonjak tinggi yaitu rata-rata sebesar 16,00 pada tahun 1974 dan rata-rata sebesar 17,00 pada tahun 1975. Puncak tertinggi dalam sejarah AS sejak tahun 1948 dicapai pada periode Presiden Carter 1978-1981 di mana indeks kesengsaraan mencapai 21,98 pada tahun 1980, tetapi kemudian turun menjadi hampir 18.00 pada tahun berikutnya. Pada masa pemerintahan persiden Clinton, George Bush Sr, George Bush Jr, dan awal pemerintahan Obama, indeks kesengsaraan kembali ke era Kennedy dan Johnson dengan fluktuasi rata-rata 6,00 – 11,00 . Masih tingginya indeks kesengsaraan ini diduga karena pada periode ini terjadi krisis tabungan dan pinjaman pemerintah pada tahun 1987-1992 serta terjadinya resesi besar pada tahun 2007 – 2010. 4 E D I S I 0 2 T A H U N X V I I 2 0 1 1 Grafik 1: Misery Index Amerika Serikat pada Periode Pemerintah 1950 - 2010 TR UMAN EISENHO WER KENNED Y JOHNSON NIX ON FORD CARTER REA GAN BUSH CLINT ON BUSH PRESIDENTIAL ADMINISTRATION 5 10 20 15 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 THE GREAT RECESSION 2007 - 2010 SAVINGS AND LOAN CRISIS 1987 - 1992 OIL EMBARGO 1973 - 1974 THE LOWEST MISERY INDEX: 2.97, 071953 THE HIGHEST MISERY INDEX: 21.98, 061980 UNEMPLOYMENT RATE RATE OF INFLATION NEGATIVE RATE OF INFLATION Sumber: http:www.loansandcredit.comarthur-okun-misery-index-through-the-years_2010-04-19 Ada kecenderungan bahwa semakin maju suatu negara, indeks kesengsaraan semakin rendah. Pada tahun 2007, China sebagai negara maju dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat menakjubkan, indeks kesengsaraannya setara dengan Singapura dan Amerika Serikat, yaitu di bawah angka 10,00 Anonim, 2008. Pencapaian ini menunjukkan bahwa pemerintah yang sedang berkuasa mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, di mana tingkat inflasi dan tingkat pengangguran rendah. Afrika Selatan yang pada saat ini dinilai sebagai salah satu negara dengan tingkat kriminalitas tertinggi di dunia, indeks kesengsaraanya mencapai lebih dari 35,00 , dengan tingkat penganggurannya mencapai 25,3 Anonim, 2010b. Berdasarkan survey yang dilakukan United Nations Office on Drugs and Crime UNODC antara tahun 1998 – 2000, kejahatan pemerkosaan di Afrika Selatan menduduki peringkat pertama di dunia dan kejahatan pembunuhan dengan berbagai cara menduduki peringkat kedua di dunia. Venezuela merupakan negara yang juga memiliki Indeks kesengsaraan tinggi, yaitu lebih dari 40,00 . Tingginya indeks kesengsaraan ini juga didukung oleh kenyataan bahwa tingkat kriminalitas Venezuela tergolong tinggi di dunia. Sejumlah media di negara tersebut menghitung setiap akhir pekan di Caracas sebanyak 50 orang tewas terbunuh karena tindak kriminalitas. Ini menempatkan ibukota Venezuela tersebut pada tingkat pembunuhan 100 orang per 100.000 penduduk, padahal rata-rata dunia tingkat pembunuhan adalah 9 orang per 100.000 penduduk Anonim, 2009.

III. INDEKS KESENGSARAAN INDONESIA