SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

RENCANA KERJA SYARAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PRATAMA BOKING | PEKERJAAN STRUKTUR III -12 yang dievaluasi berdasarkan hasil uji tekan kubus-kubus uji ukuran 15 x 15 x 15 cm, sesuai Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2. d. Proporsi campuran beton struktural mutu K-225 harus diestimasi sesuai ketentuan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal SNI 03- 2834-1992 atau SKSNI T-15-1990-03. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan harus dihitung berdasarkan kuat tekan karakteristik yaitu 225 kgcm 2 atau 225 kgcm 2 dengan ditambah margin kekuatan untuk mutu C2 tersebut, sebesar : k.s = 1,64 x 75  123 kgcm 2 Slump sebesar 60 – 120 mm, faktor airsemen maksimum wc = 0.55 dan kadar semen minimum 325 kgcm 2 . e. Pelaksana wajib mengusulkan secara tertulis proporsi campuran beton yang akan digunakan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, yang dibuat berdasarkan percobaan pendahuluan dengan menggunakan bahan-bahan yang sebelumnya telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi Sebagai bahan pertimbangan Konsultan Manajemen Konstruksi, usul proporsi campuran beton yang akan digunakan harus dilampiri hasil uji terhadap campuran coba trial mix yang dilakukan di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan,atas biaya Pelaksana. f. Dalam hal bahan-bahan yang akan digunakan ternyata berbeda karakteristiknya dari yang sebelumnya telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, maka Pelaksana wajib secara tertulis mengusulkan proporsi campuran beton yang telah disesuaikan, supaya mutu beton K-225 tetap dapat dicapai dengan menggunakan bahan-bahan tersebut.

3.4.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1 Untuk setiap kali pengadukan campuran beton macam C2, penakaran bahan- bahan yaitu p.c., air, agregat halus dan kasar, serta bahan campuran tambahan additif, harus dilaksanakan berdasarkan berat sesuai proporsi campuran yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. 2 Pada saat pengadukan, air pencampur beton harus dimasukkan sedikit demi sedikit sehingga dihasilkan slump dalam batas-batas yang direncanakan 60 - – 100 mm.Pengukuran slump harus dilakukan secara berkala dan dilaksanakan sesuai ketentuan pada butir 4.4.2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2. Untuk adukan beton siap pakai ready mixed, pengukuran slump harus dilakukan minimal satu kali untuk setiap truk pengaduk yang tiba di lapangan pekerjaan, yang dilaksanakan sesaat sebelum adukan beton dituangkan dari truk. 3 Selama masa pelaksanaan, mutu beton dan mutu pelaksanaan harus diperiksa RENCANA KERJA SYARAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PRATAMA BOKING | PEKERJAAN STRUKTUR III -13 secara berkala dan teratur dari hasil-hasil pemeriksaan kuat tekan kubus-kubus uji ukuran 15 x 15 x 15 cm.  Pada prinsipnya, untuk setiap 5 m 3 adukan beton minimal harus dibuat 1 satu buah kubus uji.  Jumlah kubus-kubus uji total minimum 20 dua puluh buah.  Setelah cetakan dilepaskan pada umur 20 - 24 jam, kubus-kubus uji yang dibuat harus dirawat secara seksama dengan cara direndam dalam air, sampai tiba saatnya untuk diuji tekan di laboratorium pemeriksaan bahan bangunan yang diakui pemerintah, atas biaya Pelaksana.  Pengujian kekuatan tekan kubus-kubus uji dilakukan untuk umur kubus 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari, di laboratorium pemeriksaan bahan bangunan yang diakui pemerintah atas biaya Pelaksana.  Jumlah kubus uji per mutu beton dan per umur uji minimal 4 empat buah kubus.  Pemeriksaan mutu beton dan mutu pelaksanaan selama masa pelaksanaan pembetonan harus sesuai ketentuan butir 4.7. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2 serta Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-XXXX-2002.  Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton, harus dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan dalam Bab 6 pasal 6.1. sampai dengan pasal 6.6. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2 serta yang tertuang dalam Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-XXXX-2002. Terutama harus diperhatikan :  Pengecoran beton hanya boleh dilakukan pada kondisi cetakan dan acuan yang rapi dan kaku, celah-celah sambungan kayunya rapat, permukaannya basah dan bersih, dan cukup kuat untuk memikul adukan beton sehingga setelah beton mengeras terbentuk bidang permukaan beton yang rata, tidak melengkung atau keropok, dan hanya membutuhkan sedikit usaha penghalusan.  Batang-batang pengaku danatau penyangga cetakan harus dibuat dari besi atau kayu, tidak boleh menggunakan bambu.  Campuran beton harus diaduk dengan mesin pengaduk beton beton molen atau truk pengaduk truk mixer.  Adukan beton harus diangkut ke lokasi yang akan dicor, dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemisahan butiran segregasi atau kehilangan air semen.  Pemadatan untuk beton macam C2 harus dilakukan dengan mesin penggetar vibrator. 4 Pemasangan Tulangan RENCANA KERJA SYARAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PRATAMA BOKING | PEKERJAAN STRUKTUR III -14  Pelaksana harus membuat dan menyerahkan Bar Bending Schedule BBS kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diperiksa dan disetujui sebelum dibuat penulangan beton.  Semua tulangan untuk beton macam C2 harus dipasang sesuai ukuran diameter dan ukuran-ukuran serta ketentuan-ketentuan lain yang tercantum pada gambar rencana.  Penyimpangan dari gambar rencana hanya diperbolehkan setelah mendapat ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.  Semua sengkang beugel dan semua ujung-ujung batang tulangan polos BJTP-24 yang berdiameter 12 mm harus diakhiri dengan kait-kait 135 O .  Semua sengkang dilarang keras menggunakan kait-kait 90, kecuali sengkang-sengkang untuk balok-balok praktis dan kolom-kolom praktis.  Semua tulangan harus diikat kuat dengan kawat baja sedemikian rupa, sehingga didapat jaminan bahwa kedudukan tulangan tidak akan berubah atau bergeser selama pelaksanaan pengecoran dan pemadatan adukan beton.  Pada tulangan pelat lantai, antara tulangan atas dan tulangan bawah harus diberi penjaga jarak dengan ganjal-ganjal dari besi beton cakar ayam, sehingga tulangan pelat tidak melendut karena terinjak-injak sebelum danatau selama proses pengecoran dan pemadatan adukan beton.  Ganjal-ganjal beton beton tahu harus dibuat dengan mortar yang diambil dari adukan beton macam C2, sehingga menjamin tebal selimut beton sesuai pasal 4 butir 1.i. spesifikasi ini.  Penempatan ganjal-ganjal beton dan ganjal-ganjal dari besi beton harus merata dan pemasangannya sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan cacat-cacat yang tampak pada permukaan beton setelah cetakan dan acuan dibuka. 5 Perawatan Beton Curing Selama Masa Pengerasan  Supaya proses pengerasan beton muda dapat berlangsung dengan sempurna dan beton dapat mencapai mutu K-225 sesuai yang direncanakan, maka selama masa pengerasan awal berlangsung, beton muda harus dirawat dengan seksama.  Selama paling sedikit 14 empat belas hari dihitung setelah beton selesai dicor, bidang permukaan cetakan dan permukaan beton yang terbuka harus dibasahi secara terus menerus, misalnya dengan cara menutupinya dengan karung-karung basah yang disemprot air secara terus menerus.  Pada pelat lantai pembasahan terus menerus ini harus dilaksanakan dengan cara menggenanginya dengan air.  Pada hari-hari pertama setelah pengecoran beton selesai, proses pengerasan beton tidak boleh terganggu. RENCANA KERJA SYARAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PRATAMA BOKING | PEKERJAAN STRUKTUR III -15  Dilarang keras untuk mempergunakan lantai beton yang belum cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan yang berat.  Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi. 6 Pembongkaran Cetakan dan Acuan  Pembongkaran cetakan dan acuan hanya boleh dilaksanakan setelah Pelaksana mendapat ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.  Pembongkaran cetakan dan acuan horisontal pada pelat lantai dan balok bagian bawah baru boleh dilakukan setelah beton berumur 3 minggu, pembongkaran boleh dilakukan sebelum beton berumur 3 minggu apabila dibuktikan dengan hasil pengujian laboratorium bahwa kekuatan beton sudah memenuhi dan dengan seijin Konsultan Manajemen Konstruksi.  Cetakan samping pada balok dan kolom boleh dibongkar setelah beton berumur 7 hari.  Pada prinsipnya, pembongkaran cetakan dan acuan harus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I. – 2 pasal 5.8 ayat 1 s.d. 4 dan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-XXXX-2002. 7 Pembuatan dan Pemeriksaan Kubus-kubus Uji  Benda-benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm harus dibuat, dirawat, dan diuji kekuatan tekannya sesuai ketentuan-ketentuan pasal 4.9. ayat 1 s.d. 7 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2.  Dalam hal digunakan adukan beton siap pakai, maka kubus-kubus yang boleh diperiksa kekuatannya adalah kubus-kubus yang dibuat dan disimpan di lapangan pekerjaan oleh Pelaksana sejak saat dibuat sampai tiba saatnya untuk diuji.  Kubus-kubus yang dibuat dan dirawat oleh pemasok perusahaan siap pakai tidak boleh digunakan.  Pemeriksaan kubus-kubus uji harus dilakukan di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, atas biaya Pelaksana. 8 Tindakan-tindakan yang Diambil Apabila Hasil Pemeriksaan Kubus-kubus Uji Menunjukkan Mutu Beton yang Tidak Memenuhi Syarat.  Apabila hasil uji kuat tekan kubus-kubus uji di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, mengindikasikan bahwa mutu beton K-225 tidak tercapai, harus diambil tindakan-tindakan sesuai ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I. – 2 pasal 4.8 ayat 1 RENCANA KERJA SYARAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PRATAMA BOKING | PEKERJAAN STRUKTUR III -16 sampai dengan 4.  Pelaksana adalah pihak yang bertanggung jawab penuh apabila mutu beton yang dispesifikasikan tidak berhasil dicapai.

3.5. PEKERJAAN LOGAM