RKS RS PRATAMA BOKING (revisi) (1)

(1)

RENCANA KERJA DAN SYARAT

(RKS)


(2)

KATA PENGANTAR

Rencana kerja dan syarat (RKS) ini merupakan sebuah buku yang berisi tentang syarat-syarat administrasi berupa instruksi kepada penyedia jasa dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Instruksi ini berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana - kontraktor

untuk menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

pengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan dengan penyusunan,

penyampaian,pembukaan, evaluasi penawaran dan penunjukan penyedia jasa.

2. Hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh penyedia jasa, termasuk hak, kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum kontrak. Apabila terjadi perbedaan penafsiran / pengaturan pada dokumen lelang, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama untuk menghindari pertentangan pengertian.

3. Data proyek memuat ketentuan, informasi tambahan, atau perubahan atas instruksi kepada pelaksana - kontraktor sesuai dengan kebutuhan paket pekerjaan yang akan dikerjakan.

Demikian RKS ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai mestinya.

SoE 24 Agustus 2017 PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

ttd

Berince.S.S.Yalla. SKM,Mkes NIP; 196409051984112004


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I LINGKUP PEKERJAAN

1.1. URAIAN UMUM ….……… I-1

1.1.1. PEKERJAAN ….……… I-1 1.1.2. BATASAN/PERATURAN ….……… I-1 1.1.3. DOKUMEN KONTRAK ….……… I-2

1.2. LINGKUP PEKERJAAN ….……… I-3

1.2.1. KETERANGAN UMUM ….……… I-3 1.2.2. URAIAN PEKERJAAN ….……… I-3 1.2.3. SARANA DAN CARA KERJA ….……… I-5 1.2.4. PEMBUATAN RENCANA JADUAL

PELAKSANAAN ….……… I-6 1.2.5. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN ….……… I-6

1.3. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN ….……… I-7

1.3.1 SITUASI/LOKASI ….……… I-7 1.3.2 AIR DAN DAYA ….……… I-7 1.3.3 SALURAN PEMBUANGAN ….……… I-8 1.3.4 KANTOR PENYEDIA JASA, LOS DAN

HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS

LAIN ….……… I-8

1.3.5 PAPAN NAMA PROYEK ….……… I-9 1.3.6 PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL) ….……… I-9

BAB II PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. KOORDINASI DAN ADMINISTRASI ….……… II-1

2.2. PEMBERSIHAN HALAMAN ….……… II-1

2.3. PEKERJAAN BONGKARAN ….……… II-1

2.4 PEMBUATAN PAGAR PENGAMAN ….……… II-2

2.5. PENGUKURAN ….……… II-2

2.6. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK) ….……… II-2

2.7. PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING) ….……… II-2

2.8 URUGAN TANAH ….……… II-3

2.9 URUGAN PASIR ….……… II-3

2.10 DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA ….……… II-3

BAB III PEKERJAAN STRUKTUR

3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN ….……… III-1

3.2 PEKERJAAN TANAH ….……… III-1

3.3 PEKERJAAN PONDASI ….……… III-4

3.4 PEKERJAAN BETON ….……… III-8

3.5 PEKEJAAN LOGAM ….……… III-16


(4)

BAB IV PEKERJAAN ARSITEKTUR

4.1 PEKERJAAN DINDING ….……… IV-1 4.1.1 PASANGAN DINDING BATA ….……… IV-1 4.1.2 DINDING RUANG RADIOLOGI ….……… IV-1 4.1.3 PASANGAN BATU ALAM ….……… IV-1 4.1.4 ADUKAN DAN PLESTERAN ….……… IV-1

4.2 PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA ….……… IV-2

4.3 PEKERJAAN LANTAI ….……… IV-2

4.4 PEKERJAAN PLAFON ….……… IV-3

4.5 PEKERJAAN PENGECATAN ….……… IV-3

4.6 PEKERJAAN SANITASI ….……… IV-4

4.7 PEKERJAAN WATER PROOFING ….……… IV-5

4.8 RAMP-RAMP ….……… IV-9

4.9 REFERENSI PRODUK ….……… IV-10

BAB V PEKERJAAN TAPAK

5.1 PEKERJAAN PAVING ….……… V-1

5.2 PEKERJAAN PENGASPALAN ….……… V-1

5.3 PEKERJAAN TAMAN ….……… V-7

5.4 PEKERJAAN LAMPU PJU ….……… V-18

BAB VI PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

6.1 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK ….……… VI-1

6.2 BAHAN - BAHAN ….……… VI-1

6.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN ….……… VI-2

6.4 PEKERJAAN ELEKTONIKA ….……… VI-9

6.5 PEKERKJAAN PERPIPAAN AIR BERSIH DAN KOTOR

….……… VI-33

6.6 SALURAN AIR HUJAN ….……… VI-36

6.6 SEPTIC TANK DAN RESAPAN ….……… VI-36

6.7 PEKERJAAN BIOSEPTIK (IPAL) ….……… VI-36

6.8 PEKERJAAN TATA UDARA DAN VENTILASI MEKANIK ….……… VI-39


(5)

BAB I

PENJELASAN UMUM

1.1. URAIAN UMUM

1.1.1. PEKERJAAN

a. Pekerjaan ini adalah Jasa Konsultasi Perencanaan Rumah Sakit Pratama Boking

Tahun 2016, berupa bangunan 1 (satu) lantai dengan luas 2.300 m2, yang

dibangun diatas lahan seluas ± 6 hektar, dengan pengolahan tapak berupa jalan dan taman.

b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang,

buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan dan pengiriman material bangunan ke lokasi.

c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan selama pelaksanaan.

1.1.2. BATASAN/PERATURAN

a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung.

c. Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden RI No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

d. Keputusan Presiden RI No. 70 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden RI No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

e. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

f. Peraturan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.

g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 45/PRT/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

i. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.


(6)

j. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

k. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.

l. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.

m. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56). n. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971).

o. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982).

p. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja). q. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja). r. SKSNI T-15-1991-03.

s. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI). t. Algemenee Voorwarden (AV).

u. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 1726-2002. v. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI T-15-1991-03

dan SNI 03-XXXX-2002.

w. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002. x. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SKBI – 1.3.53.1987.

1.1.3. DOKUMEN KONTRAK

a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Penyedia Jasa terdiri atas :

- Surat Perjanjian Pekerjaan.

- Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran.

- Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan.

- Rencana Kerja dan Syarat-syarat.

- Addenda selama masa pelaksanaan.

b. Penyedia jasa wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Penyedia jasa wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Pengguna Jasa.

Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :

- Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar detail yang diikuti.

- Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi.


(7)

- Bila terdapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi.

- RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.

- Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan pekerjaan.

c. Bila akibat kekurangtelitian Penyedia jasa dalam melakukan pelaksanan pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka Penyedia jasa harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN

1.2.1. KETERANGAN UMUM

a. Pekerjaan Pembangunan Gedung Rumah Sakit Pratama tersebut secara umum meliputi:

- Pekerjaan Persiapan

- Pekerjaan Pembersihan Lokasi

- Pekerjaan Cut and Fill

- Pekerjaan Konstruksi

b. Secara teknis, Pekerjaan Konstruksi mencakup keseluruhan proses pembangunan dari persiapan sampai dengan pembersihan lahan, Konstruksi dan dilanjutkan dengan masa pemeliharaan selama 6 (enam) bulan seperti yang ditentukan, mencakup :

- Pekerjaan Persiapan

- Pekerjaan Sipil / Struktur

- Pekerjaan Arsitektur

- Pekerjaan Mekanikal

- Pekerjaan Elektrikal

- Pekerjaan Land scape

- Pekerjaan lain-lain

Senjutnya di bawah ini merupakan informasi Pekerjaan Konstruksi.


(8)

a. Pekerjaan Persiapan, meliputi :

 Penyediaan air dan daya kerja

 Pembersihan lokasi kerja

 Pengukuran kembali lahan

 Pekerjaan Cut and Fill

 dll.

b. Pekerjaan Struktur, meliputi :

 Pekerjaan tanah

 Pekerjaan pondasi

 Pekerjaan plat lantai

 Pekerjaan upper struktur

 Pekerjaan Water Proofing

 Pekerjaan Atap

 dll.

c. Pekerjaan Arsitektur, meliputi :

 Pekerjaan dinding

 Pekerjaan kusen, pintu dan jendela

 Pekerjaan lantai

 Pekerjaan plafond

 Pekerjaan pengecatan

 Pekerjaan sanitasi

 Dll

d. Pekerjaan Mekanikal, meliputi :

 Pekerjaan instalasi air bersih

 Pekerjaan instalasi air kotor

 Pekerjaan instalasi air hujan

 Pekerjaan instalasi air limbah

 Pekerjaan instalasi penanggulangan kebakaran

 Pekerjaan instalasi air conditioning

 Dll

e. Pekerjaan Elektrikal, meliputi :

 Pekerjaan instalasi listrik

 Pekerjaan penangkal petir

 Pekerjaan telepon


(9)

f. pekerjaan Landscape, meliputi:

 pekerjaan jalan

 pekerjaan taman

 pekerjaan pagar keliling

 pekerjaan utilitas/drainase lingkungan g. Pekerjaan lain-lain

Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS.

1.2.3. SARANA DAN CARA KERJA

a. Penyedia jasa wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.

b. Penyedia jasa harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Penyedia jasa harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara pekerja/karyawannya.

c. Penyedia jasa harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik. d. Penyedia jasa wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh

dan menggunakan kemampuan terbaiknya. Penyedia jasa bertanggung jawab penuh atas seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.

e. Sebelum penyerahan pekerjaan, penyedia jasa sudah harus menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan (as build drawing).

f. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan pekerjaan.

g. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Penyedia jasa, bila :

- Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.

- Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan, halaman, dan lain sebagainya).

h. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa pelaksanaan harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.


(10)

1.2.4. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN

a. Penyedia jasa berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.

b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Penyedia jasa selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.

c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Penyedia jasa belum menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Penyedia jasa harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.

d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Penyedia jasa harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan.

1.2.5. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN

a. Penyedia jasa harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam AV-41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.

b. Syarat mutu bahan yang tercantum didalam dokumen RKS, semua bahan yang digunakan setara merek yang tertera

c. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Penyedia Jasa harus mengajukan contoh bahan yang akan digunakan kepada Pengguna Jasa yang akan diajukan untuk mendapatkan persetujuan.

d. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari kerusakan.

e. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.


(11)

Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi laboratorium.

- Semen Portland (PC)

Semen Portland yang digunakan adalah jenis satu harus satu merek untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.

- Pasir (Ps)

Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.

1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.

2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir pasang

3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi dari laboratorium.

- Batu Pecah (Split)

Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971.

1.3. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN

1.3.1. SITUASI/LOKASI

a. Lokasi Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Gedung Rumah Sakit Boking berada Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

b. Penyedia Jasa harus melakukan pengukuran ulang dan pendataan lapangan terhadap lahan telah ada sebelum memulai pekerjaan dan memperhitungkan kemungkinan terjadinya penyesuaian ukuran lahan.


(12)

c. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim/tuntutan.

1.3.2. AIR DAN DAYA

a. Penyedia jasa harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :

 Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau mengurangi kekuatan konstruksi.

 Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup terjamin.

b. Penyedia jasa harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Penyedia jasa harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan. Penyedia jasa harus pula menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.

1.3.3. SALURAN PEMBUANGAN

Penyedia jasa harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air buangan. Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk Tim Pengawas Daerah.

1.3.4. KANTOR PENYEDIA JASA, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS

LAIN

Penyedia jasa harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak. Penyedia jasa harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang air.

Penyedia jasa harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Penyedia jasa harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan.


(13)

1.3.5. PAPAN NAMA PROYEK

Penyedia jasa wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 x 150 cm dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Penyedia jasa tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.

1.3.6. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)

a. Peil  0,00 Bangunan diambil 60 cm lebih tinggi dari badan jalan Rumah Sakit. b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan lain-lain


(14)

BAB II

PEKERJAAN PERSIAPAN

URAIAN PEKERJAAN

2.1. KOORDINASI DAN ADMINISTRASI

a. Sebelum pekerjaan dimulai, maka Pelaksana mengadakan persiapan ijin dan berkoordinasi dengan pihak Pemberi Tugas dan Konsultan Manajemen Konstruksi b. Sebelum dipasang bouwplank, Pelaksana harus membuat foto dari 4 (empat) sisi

pengambilan. Dan setelah dipasang bouwplank Pelaksana juga harus membuat foto dari 4 (empat) sisi.

c. Pelaksana tidak diperkenankan menempatkan papan reklame penggunaan nama merk bahan dalam bentuk apapun di lingkungan proyek ini.

2.2. PEMBERSIHAN HALAMAN

a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.

b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.

2.3. PEMBUATAN PAGAR PENGAMAN

a. Pagar pengaman dapat terbuat dari bahan seng atau gedeg guling (sesek) .

b. Pagar Pengaman dipasang menutup lokasi pekerjaan dan memberikan ruang gerak yang cukup bagi pelaksanan pekerjaan dan kegiatan rutin.

c. Pagar pengaman harus terpasang kuat dan rapi sampai pekerjaan selesai.

2.4. PENGUKURAN

a. Pengukuran dilakukan untuk verifikasi gambar-gambar rencana, perhitungan volume kerja, serta persiapan pelaksanaan konstruksi.


(15)

b. Pelaksana harus mengukur dan menentukan lokasi titik-titik acuan sebagai bench mark dan titik-titik lokasi pekerjaan, termasuk pekerjaan perkuatan sebagaimana tersebut dalam gambar rencana dan menandainya sebelum pelaksanaan konstruksi.

c. Perbedaan-perbedaan dalam hal posisi, ukuran dan dimensi dengan gambar rencana harus dilaporkan dan dibicarakan dengan pihak Direksi Pekerjaan untuk dicari solusinya.

d. Selama pelaksanaaan perkuatan, Pelaksana harus dapat menyediakan alat ukur jarak dan elevasi (leveling) dengan metoda kerja yang lazim dan dapat diterima. Apabila diminta oleh pihak Direksi Pekerjaan, Pelaksana harus dapat membuktikan tingkat akurasi pekerjaannya dengan alat-alat tersebut.

e. Bila oleh karena sesuatu hal Pelaksana tidak dapat menyediakan alat-alat ukur tersebut di lapangan, pekerjaan maka Direksi Pekerjaan berwenang mengadakannya dengan biaya sewa yang ditanggung oleh Pelaksana. Hal ini sudah harus dianggap sebagai faktor-faktor yang sudah diperhitungkan didalam penawaran pekerjaan ini.

2.5. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)

a. Bouwplank memiliki ukuran minimum 3/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus pada bagian atasnya. b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus. Pengukuran harus

memakai alat ukur.

c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian  0.00 dan as kolom/dinding. Letak dan ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan berlangsung.

2.6. PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING)

a. Tanah halaman untuk pembangunan Rumah Sakit Pratama dibentuk sesuai rencana tapak antara lain jalan, parkir, teras pintu masuk sehingga diperoleh ketinggian-ketinggian permukaan seperti yang ditentukan dalam gambar pelaksanaan. Pekerjaan tanah (grading) dan pengerukan/pengurugan (cut and fill) harus dilakukan dengan peralatan-peralatan yang memadai dan dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku.

b. Bahan-bahan tanah untuk pengurugan bisa berasal dari hasil galian atau didatangkan dari luar proyek, dengan syarat harus bebas dari kotoran, batu-batu besar, dan tumbuh-tumbuhan. Pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis, tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, dan dipadatkan dengan menggunakan stamper dan timbris.


(16)

c. Tanah yang berhumus atau yang masih terdapat tumbuh-tumbuhan diatasnya harus dibuang dahulu permukaan bagian atasnya (top soil) sedalam 20 cm, khususnya pada daerah bangunan sampai dengan 3 m disekelilingnya.

2.7. URUGAN TANAH

a. Pekerjaan ini meliputi pengurugan kembali bekas galian untuk pasangan pondasi dan peninggian halaman. Urugan harus dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan tidak lebih dari 20 cm untuk setiap lapisan dan ditimbris sampai padat. b. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi, instalasi/pipa-pipa

dan lain-lain yang bakal tertutup tanah.

2.8. URUGAN PASIR

a. Urugan pasir dilaksanakan untuk di bawah paving block atau bahan perkerasan jalan, saluran-saluran, bak-bak kontrol dan di bawah pasangan lantai bangunan. b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram dengan air. Ukuran

dari ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah dalam keadaan padat).

2.9. DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA

a. Pelaksana diwajibkan membuat gudang tertutup yang dapat dikunci dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk menempatkan seperti P.C. dan alat-alat penting dan sebagainya.

b. Pelaksana juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja yang melaksanakan pekerjaan kayu dan lain-lain yang tidak langsung dikerjakan di lapangan, supaya terhindar dari hujan dan panas.

c. Bahan Dan Perlengkapan Direksi Keet : Bahan:

1) Bahan dinding dan pintu dari triplek tebal 4 mm. 2) Rangka bangunan dari kayu meranti 5/7. 3) Lantai dari semen

4) Jendela naco 8 daun. 5) Penutup atap seng BJLS 31. 6) Kunci pintu kuda terbang. Perlengkapan Direksi Keet:

1) Satu buah meja ukuran 80 x 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci. 2) Satu buah kursi untuk meja tulis.


(17)

4) Satu papan tulis white board ukuran 90 x 190 cm lengkap dengan alat tulis dan penghapusnya.

5) Satu buah meja ukuran 90 x 120 cm untuk keperluan rapat. 6) Enam buah kursi untuk meja rapat.

7) Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.

8) Alat-alat pengaman terhadap kebakaran dan keamanaan kerja lainnya. 9) Perlengkapan PPPK.

d. Syarat Pembuatan Direksi Keet

1) Pekerjaan direksi keet didalam pagar lokasi proyek yang dikerjakan.

2) Letak direksi keet didekat pintu masuk, guna lebih mudah dijangkau oleh tamu maupun Konsultan Manajemen Konstruksian kedatangan bahan.

3) Tinggi direksi keet minimal adalah 3 meter dengan ventilasi dan penerangan yang cukup pada siang hari. Untuk malam hari harus dipasang lampu secukupnya.

4) Lantai direksi keet adalah semen, sehingga ruang tidak lembab.

5) Segala biaya pembuatan direksi keet, Gudang dan Bangsal kerja menjadi tanggung jawab dan beban Pelaksana.

6) Pemanfaatan bangsal Konsultan Manajemen Konstruksi setelah pekerjaan ini selesai ditentukan kemudian oleh Pelaksana.


(18)

BAB III

PEKERJAAN STRUKTUR

3.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1.1. PEMBERSIHAN HALAMAN.

Pelaksana harus membersihkan lokasi dari segala sesuatu yang mungkin akan mengganggu kelancaran pelaksanaan sesuai dengan petunjuk atau persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

3.1.2. AKSES JALAN MASUK DAN KELUAR

Jalan masuk ke halaman kompleks harus diadakan oleh Pelaksana menurut petunjuk pada gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi. Selama pekerjaan berlangsung Pelaksana harus membangun dan memelihara semua jalan-jalan sementara dan jalan konstruksi untuk ke semua tempat bagian pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai harus di bongkar dan atau diperbaiki sesuai petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.

3.1.3. PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK KERJA.

1) Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan membuat sumur pompa ditapak proyek atau air PAM, air harus bersih bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium. 2) Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi penuh. 3) Listrik untuk bekerja harus disediakan pemborong ,penggunaan diesel untuk

pembangunan sementara atas persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

3.2. PEKERJAAN TANAH

3.2.1. UMUM

Penelitian lahan dan lingkup pekerjaan tanah sesuai dengan syarat-syarat permulaan pekerjaan, maka Pemborong harus mengunjungi site dan mengamati kondisi-kondisi yang ada serta bahan-bahan yang akan digunakan.

3.2.2. PEMATANGAN,PENGGALIAN DAN PENGURUGAN TANAH


(19)

diperlukan adanya pengurugan tanah dan penggalian tanah (cut & fill).

2) Sebelum diadakan pengurugan tanah harus diadakan pengerukan tanah dahulu  t = 20 cm. Permukaan lapangan harus dibersihkan dari rumput-rumput, akar-akar dan lapisan humus, serta bahan-bahan organik lainnya.

3) Tanah hasil kerukan tersebut dibuang ke bagian lahan yang di atasnya tidak akan didirikan bangunan atau sesuai petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.

4) Pengurugan tanah harus dilakukan lapis demi lapis yang tebalnya 20 cm secara merata dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan maksimum.

5) Tanah yang dipergunakan adalah tanah urug yang baik, bebas dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan organik lain yang tidak berguna serta harus mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

6) Pemadatan urugan menggunakan alat penggilas yang telah disetujui atau alat lain sesuai dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

7) Apabila urugan yang dilakukan tidak memenuhi persyaratan maka pekerjaan harus diulangi kembali segera setelah perintah pertama dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

8) Tanah urugan yang dipakai adalah tanah yang di datangkan dari luar, dan tanah bekas galian jika memenuhi syarat dan sesuai dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

9) Tanah urugan harus di periksa kepadatan maximum nya di laboratorium sebagai bahan kontrol kepadatan di lapangan.

3.2.3. B A H A N

1) Tanah lokasi dimana bangunan akan didirikan. 2) Tanah urug.

3) Pasir urug/pasir pasang.

4) Alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan : a.penggalian tanah

b.pengurugan tanah c.pemadatan tanah

3.2.4. MACAM PEKERJAAN

1) Penggalian

Pekerjaan ini meliputi penggalian tanah untuk pondasi pelat beton bertulang, sloof, pondasi batu kali, ground reservoir, septiktank, pondasi bangunan pengolahan limbah medis, dan saluran drainase

2) Pengurugan

Pekerjaan ini meliputi pengurugan site, pengurugan kembali tanah bekas galian pondasi dan sloof serta urugan tanah dan pasir dibawah lantai.


(20)

3) Pemadatan

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan memadatkan kembali tanah dan pasir yang selesai diurug, seperti disebutkan dalam butir 1) dan 2).

3.2.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN.

1) Penggalian

a. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan dan lingkungan yang diperlukan untuk pelaksanaan seperti dinyatakan dalam gambar. Penggunaan tanah bekas galian untuk urugan kembali atau untuk hal-hal lain harus dengan seijin Konsultan Manajemen Konstruksi.

b. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pasangan pondasi dan semua pasangan lainnya dibawah tanah seperti sloof, pondasi batu kali, ground reservoir, septiktank, pondasi bangunan pengolahan limbah medis, dan saluran drainase.

c. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila ini terjadi, pengurugan kembali harus dilakukan dengan pasangan batu kali atau beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.

d. Pada bagian-bagian galian yang dianggap mudah longsor, Pelaksana harus mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang papan penahan atau dengan cara lain. Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat gugurnya tanah dengan alasan apapun menjadi tanggungan Pelaksana. e. Pengeringan tempat kerja.

Untuk pelaksanaan tempat kerja terutama galian pondasi harus dalam keadaan "bebas air", untuk itu Pelaksana harus menyediakan alat-alat pengering dalam keadaan siap pakai dengan daya dan jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.

2) Pengurugan.

a. Urugan kembali lubang pondasi hanya boleh dilaksanakan seijin Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi, setelah dilakukan pemeriksaan pondasi.

b. Urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melebihi 20 cm, tanah urugan yang terlalu kering harus dibasahi dan apabila terlalu basah harus dihampar agar dapat kering sendiri atau dikeringkan dengan cara-cara yang di setujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

c. Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan segala macam sampah atau kotoran lainnya.

d. Urugan pasir harus dilaksanakan di bawah semua lantai dan pondasi setebal 10 cm atau sesuai gambar.


(21)

3) Pemadatan.

a. Penjelasan tentang pekerjaan ini berhubungan dengan pekerjaan pengurugan. Penggunaan peralatan harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pemadatan dilakukan dengan mesin pemadat (compactor) yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, dan harus diadakan test kepadatan tanah baik di lapangan maupun di laboratorium.

b. Pemadatan pasir dibawah lantai dan pondasi dilakukan dengan cara disiram air untuk kemudian diratakan.

c. Mesin-mesin / alat-alat pembantu yang bergetar tidak boleh digunakan ditempat - tempat yang dianggap berbahaya dan menimbulkan longsoran terhadap saluran, batas-batas pekerjaan lain yang mungkin menjadi rusak.

3.3. PEKERJAAN PONDASI

3.3.1. LINGKUP PEKERJAAN

1) Setting Out (penentuan titik posisi) Pondasi Telapak beton bertulang di lapangan pada tempat-tempat sesuai yang tertera pada gambar rencana.

2) Pembuatan Pondasi Telapak dan Sloof

3) Pembuatan pondasi Genset, Ground Reservoir , Septiktank dan bangunan IPAL pada tempat sesuai yang tertera pada gambar rencana.

4) Pembuatan pondasi pasangan batu kali/batu belah pada tempat-tempat sesuai yang tertera pada gambar rencana.

3.3.2. PERSYARATAN BAHAN

1) Pondasi Pelat Beton dan dinding Reservoir bawah tanah, yang dibuat dari adukan beton mutu K-225 dan besi tulangan polos untuk beton menggunakan U-24 atau BJTP-24.

2) Syarat mutu bahan yang tercantum didalam dokumen RKS, semua bahan yang digunakan setara merek yang tertera

3) Pondasi blok beton untuk dudukan Generator Set, dibuat dari adukan beton mutu K-225 dan besi tulangan polos untuk beton menggunakan U-24 atau BJTP-24.

4) Pondasi pasangan batu kali/batu belah sesuai NI 3 – 1970. Ukuran batu belah yang dipakai  25 cm.

3.3.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1) Pondasi Pelat Beton

a) Pelaksana harus menyediakan semua peralatan, bahan dan tenaga kerja yang berpengalaman, Konsultan Manajemen Konstruksian untuk pelaksanaan


(22)

pekerjaan sesuai dengan uraian dan syarat-syarat didalam persyaratan teknis serta gambar kerja.

b) Tebal selimut beton bila tidak dicantumkan dalam gambar untuk

 Pondasi Telapak , tebal selimut beton pada sisi bawah 30 mm dan untuk sisi lainnya tebal selimut 25 mm

 Balok Sloof, tebal selimut beton untuk sisi bawah 30 mm dan sisi lainnya 25 mm

 Dinding Beton tebal selimut beton 25 mm c) Sambungan Baja tulangan :

 Bentuk dan sistem penyambungan baja tulangan harus sesuai dengan gambar pelaksanaan. Jika tidak ditunjukkan dalam gambar pelaksanaan, maka bentuk dan sistem penyambungan baja tulangan harus disetujui oleh Direksi / Konsultan MK. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan minimal 40 x diameter baja tulangan yang disambung.

 Tulangan utama baik untuk pelat dinding dan balok sloof yang kurang dari 12 m panjangnya harus merupakan suatu kesatuan yang utuh (tunggal). Besi beton yang lebih dari 12 m panjangnya harus disambung maksimum satu penyambungan

d) Lantai kerja dan lapisan pasir dibawah permukaan beton yang langsung berhubungan dengan tanah

Dibawah pelat pondasi, balok sloof, dan seluruh permukaan bawah beton lainnya yang langsung berhubungan dengan tanah di pasang lapisan pasir padat setebal 10 cm dan lantai kerja setebal 5 cm dengan campuran 1 pc : 3 psr : 5 kerikil.

e) Pengerjaan Beton

 Beton yang digunakan untuk pekerjaan struktur beton adalah beton Site Mixed, yang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi / Konsultan MK

 Pelaksana harus menyediakan peralatan untuk pengecoran /pemampatan beton yang cukup agar pengecoran beton homogeen, untuk menghindarkan terjadinya ronga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil.

 Beton yang digunakan untuk pekerjaan non struktural dapat menggunakan beton Site Mixed, sesuai dengan persyaratan kekuatan yang ditetapkan. f) Perawatan Beton

 Persyaratan untuk perawatan beton secara umum harus sesuai dengan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-XXXX-2002).

 Kelembaban minimal yang hilang pada temperatur yang tetap harus dijaga untuk periode yang diperlukan untuk pengerasan dari beton tetapi tidak boleh kurang dari 4 (empat) hari setelah pengecoran.

g) Toleransi

Toleransi maksimum dari ukuran yang dapat diterima untuk pekerjaan Pondasi Telapak adalah sebagai berikut :


(23)

balok sloof sebesar 10 mm

 Toleransi penyimpangan struktur dinding 10 mm

 Mutu beton yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan akan ditolak dan dibongkar.

2) Dinding Reservoir

a) Konstruksi dinding penahan tanah harus memenuhi syarat-syarat pelaksanaan sebagaimana diuraikan pada butir 3.1.3.3. ayat 1) butir a s/d g yang relevan untuk dinding penahan tanah.

b) Pelaksana harus selalu menjaga tegaknya sisi galian tanah agar tidak terjadi longsor, dengan memasang konstruksi penahan sementara yang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari pihak Direksi /Konsultan MK c) Pada konstruksi dinding penahan tanah yang bersebelahan dengan saluran

air, pihak Pelaksana agar membuat saluran pembuangan sementara sehingga aliran air tidak mengganggu pengerjaan konstruksi dinding penahan tanah. Pihak Pelaksana bertanggungjawab untuk memperbaiki dan mengembalikan saluran air ke posisi semula sesuai dengan gambar rencana. d) Pada dasar backfill dinding penahan tanah dipasang saluran drainase yang terbuat dari batu pecah /kerikil (rubble drain) sesuai dengan gambar rencana.

e) Pihak Pelaksana bertanggung jawab untuk memperbaiki kembali benteng pagar yang rusak akibat pengerjaan dinding penahan tanah ke kondisi semula.

3) Pondasi Batu Kali

a. Batu kali/batu belah yang digunakan harus jenis batu yang keras dan tidak mudah pecah, serta memiliki permukaan yang kasar, tidak retak-retak dan bersih dari tanah/lumpur atau kotoran-kotoran lain yang dapat menghalangi ikatan antara batu dengan adukan mortar.

b. Pondasi batu kali/batu belah adalah pondasi dangkal yang dasarnya menumpu pada tanah asal, atau menumpu pada tanah urug yang telah dipadatkan dengan baik dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

c. Pelaksanaan pembuatan pondasi lajur pasangan batu kali/batu belah harus dilakukan secara bertahap, dimana untuk setiap tahapnya tinggi pasangan batu yang dikerjakan tidak boleh melebihi 50 cm.

d. Rongga-rongga yang terdapat di antara bongkahan-bongkahan batu harus diisi penuh dan padat dengan adukan 1 p.c. : 5 pasir, sehingga dihasilkan hubungan batu yang melekat satu sama lain dengan sempurna. e. Pasangan batu tanpa adukan (aanstamping) setebal 10 cm harus

dipasang dalam posisi tegak dan rapat.Rongga-rongga antar bongkahan batu harus diisi padat dengan pasir.

f. Pelaksana harus memindahkan dan membuang tanah galian keluar lapangan/proyek atau ke suatu tempat yang ditentukan oleh Konsultan


(24)

Manajemen Konstruksi, dimana biaya untuk pembuangan tersebut ditanggung oleh pihak Pelaksana.

3.4. PEKERJAAN BETON

3.4.1. LINGKUP PEKERJAAN

Untuk keperluan perhitungan harga penawaran pekerjaan, campuran beton dibedakan atas 2 (dua) macam, sebagai berikut :

Tabel 3. Macam Campuran Beton

MACAM BETON PENGGUNAAN

C1 Tidak Bertulang 1 PC : 3 Psr : 5 split mutu Bo sesuai PBI 1971 (N.I.-2)

Untuk beton rabat, neut, lantai kerja, beton tumbuk/rabat beton, batu tepi, dan konstruksi beton lainnya yang sifatnya non-struktural.

C2 Beton Bertulang (struktural) mutu K-225

sesuai PBI 1971 (N.I-2)

Untuk konstruksi pondasi : pondasi pelat , balok sloof , pelat pondasi dan dinding reservoir , pondasi Genset dengan penulangan sesuai gambar rencana. Untuk konstruksi bangunan atas : kolom, pelat dak beton. ring balok-balok, dan konstruksi beton bangunan atas lainnya yang sifatnya struktural. Dengan penulangan sesuai gambar rencana.

Untuk kolom-kolom praktis dan balok-balok praktis (non-struktural).

Diberi tulangan praktis dengan besi tulangan polos sesuai ketentuan PBI 1971 (N.I.-2)

3.4.2. PERSYARATAN BAHAN

1) Semen Portland

a. Semen portland (p.c.) yang digunakan harus dari tipe I. Semen harus tiba di lapangan pekerjaan dalam kantong-kantong semen asli pabrik dalam kondisi utuh dan kering.

b. Semen yang digunakan adalah buatan dalam negeri dengan merk yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

c. Kantong-kantong semen harus disimpan di dalam gudang khusus yang kering dan tidak lembab atau bocor apabila hujan.

d. Kantong-kantong semen harus diletakkan dengan sistem yang teratur sehingga urutan penggunaan semen sesuai dengan urutan kedatangannya di


(25)

lapangan pekerjaan.

e. Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari sepuluh lapis, dan merk-merk yang berbeda tidak boleh dicampur satu sama lain.

f. Semen yang telah disimpan lama dan/atau mutunya diragukan, hanya boleh dipakai dengan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi, setelah terlebih dahulu dibuktikan bahwa semen tersebut masih baik mutunya berdasarkan hasil uji mutu semen di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, atas biaya Pelaksana.

2) Agregat Beton (pasir dan batu pecah/split)

a. Sebagai agregat halus (pasir) dan agregat kasar (batu pecah/split) serta agregat campuran (pasir+split) harus digunakan agregat alami yang memenuhi ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I. – 2) pasal 3.3, 3.4 dan 3.5.

b. Ukuran butir split maksimum yang diijinkan untuk pembuatan adukan beton K-225 adalah 20 mm.

c. Agregat tidak boleh mengandung atau tercemar dengan bahan-bahan yang dapat merusak beton atau menyebabkan timbulnya karat pada baja tulangan.

d. Untuk memastikan hal ini, Pelaksana harus mengajukan contoh-contoh agregat dari berbagai sumber/tempat pengambilannya. Sebagai agregat beton hanya boleh digunakan jenis agregat dan dari sumber yang telah mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

e. Pasir laut sama sekali tidak boleh digunakan untuk membuat adukan mortar dan/atau beton.

f. Pasir dan split harus disimpan di tempat yang terpisah dalam timbunan yang tebalnya maksimum 1 m, serta dicegah terhadap pengotoran oleh tanah/lumpur dan lain-lain bahan kotoran yang dapat menurunkan mutu beton.

g. Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi, pasir dan split yang akan digunakan terlebih dahulu harus melalui uji mutu di Laboratorium Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan. atas biaya Pelaksana.

3) Air Pencampur Beton

a. Air yang akan digunakan untuk pembuatan campuran beton atau untuk pemeliharaan beton setelah dicor, harus air yang bersih dari segala material padat atau material terlarut yang dapat merusak kekuatan atau keawetan beton.

b. Air harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum pada Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I. – 2) pasal 3.6.


(26)

digunakan, maka Pelaksana harus mengirimkan contoh air dari sumber yang akan digunakan ke Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan., untuk diperiksa mutunya atas biaya Pelaksana.

4) Baja Tulanganr

a. Digunakan baja tulangan polos BJTP-24 (tegangan leleh minimum 2400 kg/cm2) sesuai ketentuan SII. 0136-84.

b. Baja tulangan yang digunakan harus buatan satu pabrik tertentu di dalam negeri dengan ukuran diameter aktual dan mutu baja yang setara dengan baja tulangan ex. PT Krakatau Steel.

c. Semua jenis baja tulangan dan ukuran-ukuran diameter yang akan digunakan harus terlebih dahulu dibuktikan memenuhi ketentuan SII. 0136-84 dengan pengujian di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan., atas biaya Pelaksana.

d. Merk baja tulangan yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi berdasarkan hasil uji yang memenuhi syarat dari Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan.

e. Jumlah batang, ukuran diameter, dan lokasi-lokasi sambungan lewatan baja tulangan yang digunakan pada setiap bagian struktur harus sesuai dengan gambar rencana.

f. Penggantian dengan diameter lain atau penyimpangan dari gambar rencana hanya diperkenankan dengan ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

g. Bila Konsultan Manajemen Konstruksi menyetujui adanya penggantian ukuran diameter tulangan, maka luas penampang total dari batang-batang tulangan pengganti tidak boleh kurang dari luas penampang total batang-batang yang diganti.

h. Harus diperhatikan bahwa penggantian ukuran diameter baja tulangan tetap harus memenuhi persyaratan jarak bersih minimum dan maksimum antar tulangan, lokasi sambungan dan panjang sambungan lewatan, serta ketentuan-ketentuan pendetailan lainnya sesuai gambar rencana, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I. – 2) dan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-XXXX-2002).

i. Baja tulangan polos hanya boleh diganti dengan mutu yang sama (BJTP-24). j. Segala biaya yang diakibatkan oleh penggantian ukuran diameter tulangan

adalah tanggungan Pelaksana.

k. Semua baja tulangan harus disimpan di tempat yang terlindung dari kelembaban dan hujan yang dapat menyebabkan timbulnya karat atau terkena kotoran-kotoran lainnya yang dapat memperlemah ikatan antara tulangan dengan adukan beton.

l. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pemakaian, baja tulangan harus disimpan terpisah menurut jenis, merk serta ukuran diameternya.


(27)

karat dan kotoran-kotoran lain misalnya minyak, tanah dan lumpur, yang dapat memperlemah ikatan antara baja tulangan dengan adukan beton. 5) Bahan Campuran Tambahan (Admixture/Additif)

a. Pelaksana harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi apabila akan menggunakan bahan campuran tambahan dalam adukan beton. Permohonan harus memuat uraian secara rinci mengenai merk, jenis/tipe dan dosis bahan tambahan yang akan digunakan tersebut, serta dilengkapi pula dengan cara pelaksanaannya. Permohonan itu harus dilengkapi pula dengan rekomendasi tertulis dari Laboratorium di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan.,atas biaya Pelaksana.

b. Penggunaan bahan campuran tambahan kimiawi pada pembuatan campuran beton hanya diperbolehkan setelah mendapat ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

c. Bahan campuran tambahan yang mengandung chlorida, sama sekali tidak boleh digunakan, karena dapat menimbulkan karat pada tulangan di dalam beton. Bahan campuran tambahan yang mengandung garam-garam yang bersifat racun (toxin) sama sekali tidak boleh digunakan, karena dapat membahayakan kelestarian lingkungan atau kesehatan manusia yang berhubungan dengan bahan-bahan bersifat racun tersebut.

d. Dosis dan cara penggunaan bahan campuran tambahan tidak boleh menyimpang dari petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya. e. Pemakaian bahan campuran tambahan tidak boleh menyebabkan

dikuranginya kadar semen di dalam campuran beton, dan tidak boleh menyebabkan faktor air/semen (yaitu rasio kadar air dibagi kadar semen) di dalam adukan beton menjadi bertambah besar.

6) Lapisan Pelindung Beton

Jenis lapisan pelindung permukaan beton yang akan digunakan untuk pelat atap beton harus dengan persetujuan/ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

7) Cetakan dan Acuan (Bekisting)

 Bahan cetakan dan acuan dapat dibuat dari papan kayu kelas II yang cukup kering dengan tebal minimal 3 cm, atau dari papan plywood baru yang tebalnya minimum 12 mm ukuran 122 x 244 cm yang diberi rangka penguat.

 Penyokong dan penyangga cetakan dan acuan beton harus menggunakan

scafolding sehingga mampu mendukung beton yang belum mengeras tanpa melentur sampai cetakan dan acuan tersebut dibongkar.


(28)

8) Rencana Campuran Beton ( Design Mixed)

 Pelaksana wajib mengusulkan secara tertulis proporsi campuran adukan beton yang akan digunakan, dilengkapi dengan karakteristik bahan-bahan dasarnya (meliputi : semen portland, pasir, batu pecah/split, air, dan bahan campuran tambahan). Proporsi rencana campuran beton (design Mixed) harus dibuat berdasarkan perbandingan berat bahan-bahan yang akan digunakan.

 Pelaksana harus melakukan percobaan pendahuluan dengan proporsi campuran yang diusulkan dengan cara membuat kubus-kubus uji ukuran 15 x 15 x 15 cm minimal sebanyak 20 buah.

 Kubus-kubus uji ini harus diuji tekan pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari, di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, atas biaya Pelaksana.

 Percobaan pendahuluan harus diulangi dengan proporsi campuran yang diperbaiki, jika kubus-kubus uji yang dibuat tidak berhasil mencapai mutu beton K-225 sesuai Peraturan beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I. – 2).

 Cetakan kubus harus dibuka pada umur 20 – 24 jam, dan semua kubus-kubus uji harus dirawat secara seksama dengan cara direndam dalam air sampai tiba saatnya untuk di uji tekan di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, atas biaya Pelaksana.

 Pengujian kekuatan tekan kubus-kubus uji dilakukan untuk umur kubus 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari, di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, atas biaya Pelaksana. Jumlah kubus uji per umur uji minimal 4 (empat) buah untuk setiap mutu beton.

9) Selimut Beton (Beton dekking)

Tebal selimut beton minimum untuk :

 Pelat beton = 1.5 cm

 Balok = 2.5 cm

 Kolom = 3.0 cm

10) Proporsi Campuran Beton

a. Untuk beton macam C1 , proporsi campuran beton boleh dibuat berdasarkan perbandingan volume.

b. Untuk beton macam C2 mutu K-225, proporsi campuran beton harus dibuat berdasarkan perbandingan berat bahan-bahan yang digunakan (p.c., air, agregat halus dan kasar, batu pecah/split, dan bahan campuran tambahan/additif).


(29)

yang dievaluasi berdasarkan hasil uji tekan kubus-kubus uji ukuran 15 x 15 x 15 cm, sesuai Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I.-2).

d. Proporsi campuran beton struktural mutu K-225 harus diestimasi sesuai ketentuan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-2834-1992 atau SKSNI T-15-1990-03). Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan harus dihitung berdasarkan kuat tekan karakteristik (yaitu 225 kg/cm2 atau 225 kg/cm2) dengan ditambah margin kekuatan untuk mutu C2

tersebut, sebesar :

k.s = 1,64 x 75  123 kg/cm2

Slump sebesar (60 – 120 mm), faktor air/semen maksimum (w/c) = 0.55 dan kadar semen minimum 325 kg/cm2.

e. Pelaksana wajib mengusulkan secara tertulis proporsi campuran beton yang akan digunakan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, yang dibuat berdasarkan percobaan pendahuluan dengan menggunakan bahan-bahan yang sebelumnya telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi Sebagai bahan pertimbangan Konsultan Manajemen Konstruksi, usul proporsi campuran beton yang akan digunakan harus dilampiri hasil uji terhadap campuran coba (trial mix) yang dilakukan di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan,atas biaya Pelaksana.

f. Dalam hal bahan-bahan yang akan digunakan ternyata berbeda karakteristiknya dari yang sebelumnya telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, maka Pelaksana wajib secara tertulis mengusulkan proporsi campuran beton yang telah disesuaikan, supaya mutu beton K-225 tetap dapat dicapai dengan menggunakan bahan-bahan tersebut.

3.4.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1) Untuk setiap kali pengadukan campuran beton macam C2, penakaran bahan-bahan yaitu p.c., air, agregat halus dan kasar, serta bahan-bahan campuran tambahan-bahan

(additif), harus dilaksanakan berdasarkan berat sesuai proporsi campuran yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

2) Pada saat pengadukan, air pencampur beton harus dimasukkan sedikit demi sedikit sehingga dihasilkan slump dalam batas-batas yang direncanakan (60 -– 100 mm).Pengukuran slump harus dilakukan secara berkala dan dilaksanakan sesuai ketentuan pada butir 4.4.(2) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I.-2). Untuk adukan beton siap pakai (ready mixed), pengukuran slump harus dilakukan minimal satu kali untuk setiap truk pengaduk yang tiba di lapangan pekerjaan, yang dilaksanakan sesaat sebelum adukan beton dituangkan dari truk.


(30)

secara berkala dan teratur dari hasil-hasil pemeriksaan kuat tekan kubus-kubus uji ukuran 15 x 15 x 15 cm.

 Pada prinsipnya, untuk setiap 5 m3 adukan beton minimal harus dibuat 1

(satu) buah kubus uji.

 Jumlah kubus-kubus uji total minimum 20 (dua puluh) buah.

 Setelah cetakan dilepaskan pada umur 20 - 24 jam, kubus-kubus uji yang dibuat harus dirawat secara seksama dengan cara direndam dalam air, sampai tiba saatnya untuk diuji tekan di laboratorium pemeriksaan bahan bangunan yang diakui pemerintah, atas biaya Pelaksana.

 Pengujian kekuatan tekan kubus-kubus uji dilakukan untuk umur kubus 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari, di laboratorium pemeriksaan bahan bangunan yang diakui pemerintah atas biaya Pelaksana.

 Jumlah kubus uji per mutu beton dan per umur uji minimal 4 (empat) buah kubus.

 Pemeriksaan mutu beton dan mutu pelaksanaan selama masa pelaksanaan pembetonan harus sesuai ketentuan butir 4.7. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I.-2) serta Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-XXXX-2002).

 Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton, harus dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan dalam Bab 6 pasal 6.1. sampai dengan pasal 6.6. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I.-2) serta yang tertuang dalam Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-XXXX-2002).

Terutama harus diperhatikan :

 Pengecoran beton hanya boleh dilakukan pada kondisi cetakan dan acuan yang rapi dan kaku, celah-celah sambungan kayunya rapat, permukaannya basah dan bersih, dan cukup kuat untuk memikul adukan beton sehingga setelah beton mengeras terbentuk bidang permukaan beton yang rata, tidak melengkung atau keropok, dan hanya membutuhkan sedikit usaha penghalusan.

 Batang-batang pengaku dan/atau penyangga cetakan harus dibuat dari besi atau kayu, tidak boleh menggunakan bambu.

 Campuran beton harus diaduk dengan mesin pengaduk beton (beton molen) atau truk pengaduk (truk mixer).

 Adukan beton harus diangkut ke lokasi yang akan dicor, dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemisahan butiran (segregasi)

atau kehilangan air semen.

 Pemadatan untuk beton macam C2 harus dilakukan dengan mesin penggetar (vibrator).


(31)

 Pelaksana harus membuat dan menyerahkan Bar Bending Schedule (BBS) kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diperiksa dan disetujui sebelum dibuat penulangan beton.

 Semua tulangan untuk beton macam C2 harus dipasang sesuai ukuran diameter dan ukuran-ukuran serta ketentuan-ketentuan lain yang tercantum pada gambar rencana.

 Penyimpangan dari gambar rencana hanya diperbolehkan setelah mendapat ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

 Semua sengkang (beugel) dan semua ujung-ujung batang tulangan polos BJTP-24 yang berdiameter < 12 mm harus diakhiri dengan kait-kait 135O.

 Semua sengkang dilarang keras menggunakan kait-kait 90, kecuali sengkang-sengkang untuk balok-balok praktis dan kolom-kolom praktis.

 Semua tulangan harus diikat kuat dengan kawat baja sedemikian rupa, sehingga didapat jaminan bahwa kedudukan tulangan tidak akan berubah atau bergeser selama pelaksanaan pengecoran dan pemadatan adukan beton.

 Pada tulangan pelat lantai, antara tulangan atas dan tulangan bawah harus diberi penjaga jarak dengan ganjal-ganjal dari besi beton (cakar ayam), sehingga tulangan pelat tidak melendut karena terinjak-injak sebelum dan/atau selama proses pengecoran dan pemadatan adukan beton.

 Ganjal-ganjal beton (beton tahu) harus dibuat dengan mortar yang diambil dari adukan beton macam C2, sehingga menjamin tebal selimut beton sesuai pasal 4 butir 1.i. spesifikasi ini.

 Penempatan ganjal-ganjal beton dan ganjal-ganjal dari besi beton harus merata dan pemasangannya sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan cacat-cacat yang tampak pada permukaan beton setelah cetakan dan acuan dibuka.

5) Perawatan Beton (Curing) Selama Masa Pengerasan

 Supaya proses pengerasan beton muda dapat berlangsung dengan sempurna dan beton dapat mencapai mutu K-225 sesuai yang direncanakan, maka selama masa pengerasan awal berlangsung, beton muda harus dirawat dengan seksama.

 Selama paling sedikit 14 (empat belas) hari dihitung setelah beton selesai dicor, bidang permukaan cetakan dan permukaan beton yang terbuka harus dibasahi secara terus menerus, misalnya dengan cara menutupinya dengan karung-karung basah yang disemprot air secara terus menerus.

 Pada pelat lantai pembasahan terus menerus ini harus dilaksanakan dengan cara menggenanginya dengan air.

 Pada hari-hari pertama setelah pengecoran beton selesai, proses pengerasan beton tidak boleh terganggu.


(32)

 Dilarang keras untuk mempergunakan lantai beton yang belum cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan yang berat.

 Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

6) Pembongkaran Cetakan dan Acuan

 Pembongkaran cetakan dan acuan hanya boleh dilaksanakan setelah Pelaksana mendapat ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

 Pembongkaran cetakan dan acuan horisontal pada pelat lantai dan balok bagian bawah baru boleh dilakukan setelah beton berumur 3 minggu, pembongkaran boleh dilakukan sebelum beton berumur 3 minggu apabila dibuktikan dengan hasil pengujian laboratorium bahwa kekuatan beton sudah memenuhi dan dengan seijin Konsultan Manajemen Konstruksi.

 Cetakan samping pada balok dan kolom boleh dibongkar setelah beton berumur 7 hari.

 Pada prinsipnya, pembongkaran cetakan dan acuan harus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I. – 2) pasal 5.8 ayat (1) s.d. (4) dan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-XXXX-2002).

7) Pembuatan dan Pemeriksaan Kubus-kubus Uji

 Benda-benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm harus dibuat, dirawat, dan diuji kekuatan tekannya sesuai ketentuan-ketentuan pasal 4.9. ayat (1) s.d. (7) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I.-2).

 Dalam hal digunakan adukan beton siap pakai, maka kubus-kubus yang boleh diperiksa kekuatannya adalah kubus-kubus yang dibuat dan disimpan di lapangan pekerjaan oleh Pelaksana sejak saat dibuat sampai tiba saatnya untuk diuji.

 Kubus-kubus yang dibuat dan dirawat oleh pemasok perusahaan siap pakai tidak boleh digunakan.

 Pemeriksaan kubus-kubus uji harus dilakukan di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, atas biaya Pelaksana.

8) Tindakan-tindakan yang Diambil Apabila Hasil Pemeriksaan Kubus-kubus Uji Menunjukkan Mutu Beton yang Tidak Memenuhi Syarat.

 Apabila hasil uji kuat tekan kubus-kubus uji di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, mengindikasikan bahwa mutu beton K-225 tidak tercapai, harus diambil tindakan-tindakan sesuai ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (N.I. – 2) pasal 4.8 ayat (1)


(33)

sampai dengan (4).

 Pelaksana adalah pihak yang bertanggung jawab penuh apabila mutu beton yang dispesifikasikan tidak berhasil dicapai.

3.5. PEKERJAAN LOGAM

3.5.1. PEKERJAAN LOGAM UNTUK STRUKTUR

1) Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan logam untuk struktur meliputi pemasangan gording serta pembuatan konstruksi kuda-kuda baja lengkap dengan ikatan-ikatan yang diperlukan, sesuai dengan yang tertera pada gambar rencana.

2) Persyaratan Bahan

a. Pelaksana wajib mengusulkan secara tertulis semua jenis baja yang akan digunakan untuk pekerjaan struktur kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

 Sebagai bahan pertimbangan Konsultan Manajemen Konstruksi, surat usulan Pelaksana harus dilampiri dengan hasil uji tarik di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan., atas biaya Pelaksana.

 Jumlah minimum contoh uji per jenis baja adalah 4 (empat) buah.

b. Semua jenis baja untuk struktur harus berasal dari pabrik yang sama yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya, dan mempunyai dimensi penampang serta mutu bahan baja yang memenuhi persyaratan di bawah ini.

c. Semua profil baja , pelat baja dan pipa baja untuk struktur kap, harus merupakan profil baru (belum pernah dipakai) dan dari macam baja yang sama yaitu BJ 37 dengan tegangan leleh minimum sebesar 2400 kg/cm2 sesuai Tata

Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002)..

d. Semua profil kanal CNP 75 x 50 x 2 x 3 untuk gording harus baru (belum pernah dipakai) dan dari macam baja yang sama yaitu BJ 41 dengan tegangan leleh minimum sebesar 2500 kg/cm2 sesuai Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja

Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002)..

e. Semua baut dan mur harus baru (belum pernah dipakai) dan dari macam baja BJ 37 yang sama dengan tegangan leleh minimum sebesar 2400 kg/cm2 sesuai Tata

Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002). f. Batang-batang profil baja yang permukaannya telah berkarat atau berlubang, sumbu profilnya bengkok atau muntir, atau memiliki cacat-cacat perubahan bentuk lainnya tidak boleh digunakan.


(34)

g. Profil kanal C tipis untuk keperluan non-struktural dengan tegangan leleh kurang dari 2500 kg/cm2 dilarang keras untuk digunakan sebagai gording.

h. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai dimensi dan mutu bahan baja yang digunakan, Konsultan Perencana berhak untuk meminta Pelaksana melakukan uji tarik baja di Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, atas biaya Pelaksana.

i. Jumlah minimum contoh uji per jenis baja adalah 4 (empat) buah.

j. Semua elektroda las yang digunakan harus dapat menghasilkan tebal las dan mutu logam las setelah dingin minimal sama dengan mutu baja yang dilas.

k. Apabila tampak adanya cacat-cacat las dan/atau terdapat keragu-raguan terhadap mutu pengelasan, Konsultan Perencana berhak untuk meminta diadakannya pengujian mutu las oleh Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan,, atas biaya Pelaksana.

l. Semua jenis baja yang tidak memenuhi dimensi sesuai gambar rencana dan/atau tidak memenuhi tegangan leleh yang disyaratkan, harus segera diganti dengan jenis baja yang memenuhi syarat-syarat gambar rencana dan spesifikasi ini, atas biaya Pelaksana.

m. Ukuran profil siku, pelat baja dan pipa baja, serta profil kanal CNP dan baut-baut harus sesuai gambar rencana. Perubahan ukuran dari yang tertera pada gambar rencana hanya boleh dilakukan Pelaksana berdasarkan ijin tertulis dari Konsultan Perencana.

3) Syarat-syarat Pelaksanaan Syarat-syarat Pelaksanaan Umum

 Kualitas pekerjaan harus bertaraf kelas satu yang hasilnya bebas dari puntiran, tekukan, dan hubungan-hubungan yang terbuka.

 Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat sehingga pelaksanaan pemasangan tidak memerlukan ganjal-ganjal berupa pelat-pelat pengisi, kecuali jika gambar-gambar detail rencana menunjukkan hal tersebut.

 Semua detail dan hubungan harus dibuat dengan ketelitian dan keahlian yang tinggi serta pemasangannya dilakukan dengan hati-hati sehingga dihasilkan tampak yang rapi sekali.

 Pelaksana wajib mengambil ukuran-ukuran sesungguhnya di tempat pekerjaan dan tidak boleh menggantungkan diri pada gambar-gambar rencana yang ada supaya dapat memasang pekerjaan logam untuk struktur tepat pada tempatnya, terutama pada detail-detail yang rumit atau bagian-bagian yang terhalang oleh benda-benda lain.

 Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menolak setiap bagian pekerjaan yang dinilai buruk dan tidak rapi. Bagian pekerjaan yang ditolak harus segera diganti atas biaya Pelaksana.

 Untuk mencegah proses pengkaratan, bagian-bagian konstruksi baja yang telah selesai dikerjakan permukaannya harus segera dibersihkan dan


(35)

dilindungi terhadap pengaruh luar dengan cara dicat.

 Pemeriksaan bagian-bagian konstruksi yang pemasangannya dilakukan dalam kondisi telah diberi lubang-lubang baut sesuai gambar rencana dan permukaannya telah dibersihkan dari noda-noda atau kotoran-kotoran yang ada, harus dilakukan dalam keadaan telah dicat.

 Sebelum pekerjaan baja untuk struktur mulai dilaksanakan, Pelaksana wajib membuat gambar kerja (shop drawing) untuk memproses persetujuan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

4) Penyambungan dengan Pengelasan

 Pengelasan harus dilaksanakan dengan hati-hati.

 Baja yang akan dilas sebelumnya harus telah dibersihkan dari kotoran- kotoran (misalnya : minyak, cat, tahi besi) yang terdapat pada permukaannya dan dibebaskan dari cacat-cacat yang dapat menurunkan kekuatan sambungan las.

 Permukaan yang dilas harus dihaluskan sehingga tampak teratur dan sama rata dengan permukaan logam disekitarnya. Las-las yang memperlihatkan adanya cacat-cacat harus dipotong dan dilas ulang, atas biaya Pelaksana.

 Pengelasan sedapat mungkin harus dilakukan di dalam bengkel. Pekerjaan las yang dilakukan di lapangan pekerjaan harus dapat menghasilkan kualitas pengelasan yang sama dengan yang dilakukan di dalam bengkel.

 Pengelasan harus dilaksanakan dalam kondisi konstruksi diam dan belum menahan beban penutup atap.

 Pekerjaan pengelasan tidak boleh dilakukan dalam keadaan basah atau kehujanan.

 Pengelasan harus dilaksanakan dengan mesin las dan elektroda las yang telah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

 Mutu bahan baja las setelah dingin minimal harus sama dengan mutu baja yang dilas.

 Elektroda yang digunakan adalah kelas E-60 atau grade SAW-1 sesuai ASTM A-233.

 Apabila terdapat keraguan mengenai mutu pengelasan, Konsultan Manajemen Konstruksi berhak meminta Pelaksana untuk mengadakan pengujian mutu las oleh Laboratorium Pengujian Dinas PU Kabupaten Nunukan, atas biaya Pelaksana.

 Macam las yang dipakai adalah las lumer dengan busur listrik, yaitu berupa las tumpul (butt weld) yang tebalnya minimal sama dengan tebal logam yang dilas, dan las sudut (fillet weld) yang tebalnya minimum 3,5 mm.

 Panjang pengelasan harus sesuai dengan gambar rencana.

 Panjang las sudut minimum 40 mm dan maksimum 130 mm. 5) Pelaksanaan di Lapangan Pekerjaan


(36)

a. Pelaksana wajib menjaga kerapihan penyimpanan bahan-bahan di lapangan pekerjaan, dan menjaga serta melindungi bahan-bahan tersebut dari pengaruh luar untuk mencegah berlangsungnya proses pengkaratan. b. Sambungan dengan Baut

 Sambungan baut harus menggunakan baut-baut hitam dengan diameter baut sesuai gambar rencana.

 Macam baja baut adalah BJ 37 dengan tegangan leleh minimum sebesar 2400 kg/cm2 sesuai Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja

Untuk Gedung (SNI 03-1729-1989 atau SNI 1729-1989-F).

 Lubang-lubang untuk memasang baut harus dibuat dengan cara dibor (tidak boleh di pons atau dilubangi dengan las) untuk menghasilkan diameter lubang maksimal 1 mm lebih besar dari diameter baut yang digunakan, pada posisi yang tepat sesuai dengan gambar rencana.

 Pemasangan baut-baut harus dilaksanakan dalam kondisi konstruksi diam dan belum menahan beban penutup atap.

c. Pada pelaksanaan konstruksi rangka batang untuk kuda-kuda utama harus diberikan lawan lendut di tengah bentang sebesar 1/600 kali panjang bentang kuda-kuda yang bersangkutan.

d. Bagian-bagian konstruksi baja harus diangkat sedemikian rupa, sehingga tidak melengkung atau memuntir selama proses pengangkatan dilakukan. e. Bila perlu harus digunakan ikatan-ikatan sementara sampai seluruh proses

pemasangan selesai dilaksanakan dengan sempurna. 6) Memotong dan Menyelesaikan Pinggiran-pinggiran

a. Pinggiran-pinggiran bekas irisan harus diselesaikan (finishing) sehingga benar-benar rata, lurus dan bersih. Adanya cacat berupa alur-alur, beram-beram dan lain-lain tidak diijinkan.

b. Pinggiran-pinggiran bekas dipotong dengan api harus dibuang sekurang-kurangnya selebar 2.5 mm, supaya tidak lagi tampak adanya alur-alur bekas potongan.

7) Meluruskan, Memadatkan dan Melengkungkan

a. Meluruskan, memadatkan dan melengkungkan dalam kondisi dingin hanya boleh dilaksanakan untuk bagian-bagian konstruksi yang non-struktural. b. Meluruskan, memadatkan dan melengkungkan batang-batang harus

dilakukan dalam kondisi panas segera setelah logam yang dipanaskan warnanya menjadi merah tua.

c. Dilarang memukul dengan martil setelah logam yang dipanaskan tidak lagi menyinarkan cahaya.


(37)

8) Menembus, Mengebor dan Meluaskan Lubang

a. Pada keadaan akhir, diameter lubang baut setelah dibubut dengan tepat maksimal 1 mm lebih besar dari diameter baut hitam yang akan digunakan. b. Lubang-lubang pada bagian konstruksi yang disambung harus disatukan

dengan alat penyambung dan dibor sekaligus. Apabila diameter lubang yang dihasilkan tidak sesuai, maka lubang-lubang tersebut boleh diperluas dengan penyimpangan diameter maksimal 0.5 mm.

c. Semua lubang sebelum pemasangan baut harus diberam dan tidak boleh dilakukan dengan mempergunakan besi-besi pengerut.

9) Pemasangan Baut Hitam

a. Baut-baut hitam yang digunakan harus mempunyai ukuran diameter sesuai dengan yang tercantum pada gambar rencana.

b. Pemasangan baut harus tegak lurus dan benar-benar kokoh serta kekokohannya merata antara baut yang satu dengan yang lain.

c. Tempat-tempat atau lokasi-lokasi sambungan profil harus sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar rencana.

10) Perlindungan Terhadap Karat

Permukaan logam harus dilindungi terhadap terjadinya proses pengkaratan dengan cara dibersihkan dari semua kotoran yang melekat padanya lalu dicat dengan meni besi yang mutunya setara merk ICI, dan kemudian dilapisi dengan cat enamel setara merk ICI sebanyak dua kali. Warna meni dan cat akan ditentukan kemudian.

3.5.2. PEKERJAAN LOGAM NON STRUKTUR ( Untuk Rangka Penutup Atap)

1) Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan logam non struktur pada bidang atap yang meliputi pemasangan usuk dan reng sesuai dengan gambar rencana.

2) Persyaratan Bahan

a. Semua material baja untuk struktur rangka atap non structural menggunakan profil baja ringan yang berasal dari pabrik yang sama yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya

b. Tegangan leleh untuk semua profil baja ringan untuk konstruksi kap, gording dan reng minimum sebesar 550 MPa ( 5500 kg/cm2) , dengan Modulus Elastisitas 2,1 x 105 MPa, dan Modulus Geser 8 x 104 MPa.

c. Seluruh profil baja ringan harus diberi lapisan pelindung yang bisa melindungi lapisan base metal pada lingkungan pantai. Lapis pelindung tersebut terdiri dari material seng, aluminium dan magnesium dengan komposisi sebagai berikut :


(38)

 85,8 % Seng (Zinc)

 3 % Magnesium (Mg)

 0,2 % Silicon (Si)

 Ketebalan lapisan 50 gr/m2 dan 150 50 gr/m2 ( AZ 50 AZ 150 )

3) Profil baja ringan yang digunakan :

- Usuk

Profil yang digunakan untuk usuk adalah profil lip-channel. a. C75.100 (tinggi profil 75 mm , ketebalan dasar baja 1,00 mm)

- Reng

Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat ( U terbalik). 1). TS. 41.055 (tinggi profil 41 mm dan ketebalan dasar baja 0,55 mm) 2). TS. 61.100 (tinggi profil 61 mm dan ketebalan dasar baja 1,00 mm)

- Talang

Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan dasar baja 0.45 dan telah dibentuk menjadi talang lembah (valley gutter).

 Apabila terdapat keragu-raguan mengenai dimensi dan mutu bahan baja ringan yang digunakan, Konsultan Perencana berhak untuk meminta Pelaksana melakukan uji tarik baja di Laboratorium, atas biaya Pelaksana.

 Pelaksana wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dari material baja ringan yang akan digunakan untuk menjamin bahwa material yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

 Semua jenis baja ringan yang tidak memenuhi dimensi sesuai gambar rencana dan/atau tidak memenuhi tegangan leleh yang disyaratkan, harus segera diganti dengan jenis baja ringan yang memenuhi syarat-syarat gambar rencana dan spesifikasi ini, atas biaya Pelaksana.

4) Persyaratan Pra-Konstruksi

a. Pelaksana wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Pada prinsipnya ukuran pada gambar kerja struktur adalah ukuran belum difinish.


(1)

 Rangka untuk dudukan fan digantung pada rangka atap dari besi plat dan besi siku dan gantungan dari besi penggantung (steel rod) yang dilengkapi peredam getaran (vibration isolator).

 Rangka untuk dudukan fan pada Ceillin dari kayu jati, dengan baut-baut yang tahan karat.

b. Propeller Fan (wall mounted fan)

 Fan dari type propeller untuk dinding seperti ditunjukkan dalam gambar atau daftar peralatan.

 Untuk fan dinding lengkap dengan automatic shutter dari jenis alluminium (bila ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau Daftar Peralatan).

 Untuk fan dinding dengan kapasitas besar dan static pressure tinggi (high pressure fan), rangka fan dari baja yang dicat anti karat dengan impeller dari alluminium diecast.

 Rangka untuk dudukan fan digantung pada lantai dari besi plat dan besi siku dan gantungan dari besi penggantung (steel rod) yang dilengkapi peredam getaran (vibration isolator).

 Rangka untuk dudukan fan pada dinding dari kayu jati, dengan baut-baut yang tahan karat.

c. Referensi Produk

1. Peralatan, bahan dan material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi. Penyedia jasa dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Penyedia jasa baru dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

2. Referensi produk Material Mekanikal Elektrikal yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

No URAIAN SPESIFIKASI TEKNIS ALTERNATIF

PRODUK/MERK(setara)

1 AC Split Daikin

York Mc Quay

2 Unit Fan Wall Fan, Ceiling Fan KDK

National Vanco

3 Ducting BJLS Fumira

Kemasu Lokfom

4 Glasswool Density 24 - 48 Kg/m³ APIC/ AB Wool/Parawool

5 Alluminium foil Double sided Fire Retardant Thermo Foil / Insfoil / Harvifoil


(2)

No URAIAN SPESIFIKASI TEKNIS ALTERNATIF PRODUK/MERK(setara)

6 Flexible Ducting Modulflex / Bradford / TD

7 Isolasi pipa Density 50 – 120 Kg/m³ Armaflex / Thermaflex / Insuflex

8 Alumunium Tape Instape / AB Tape /

Idenden

9 Pipa Refrigerant ASTM B280 Mueller / Unipro / Kembla

10 Pipa drain PVC kelas AW 10 Kg/cm² Rucika / Wavin / Vinolo 11 Grille, diffuser Aluminium anodized profile Comfort Air / Primawangi

/ Modul

25 Hanger rod & bracket Galvanized Ex Pabrikan

6.9.3 SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SYSTEM GAS MEDIS

A. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan mekanikal yang dimaksud adalah pemasangan instalasi Pipa Gas Medis dengan outlet pada ruang-ruang pasien.

1. Pemasangan

Penempatan/Pemasangan Instalasi Pipa Gas Medis dilakukan di atas plafon (Horisontal) untuk Pipa Distribusi, sedangkan di dalam Tembok (Vertical) untuk pipa-pipa outlet, kecuali ditentukan tersendiri pada gambar detail.

2. Pengendalian

a.Pemborong diharuskan :

1. Mengirimkan contoh bahan yang akan digunakan.

2. Menyerahkan brosur dan gambar detail peralatan yang akan digunakan sebelum dilakukan pemesanan, untuk disetujui Manager Proyek.

3. Menyediakan peralatan yang baik untuk pelaksanaan seperti water pas, water pump, pipe cutter dan lain-lain.

b. Apabila ternyata Manager Proyek meragukan kualitas bahan atau alat tertentu, maka bahan tersebut akan dikirim ke Laboratorium Penyelidikan Mutu Barang atas biaya Pemborong, dan bila ternyata kualitas bahan/alat tersebut tidak sesuai dengan yang disyaratkan maka bahan/alat dimaksud harus segera diganti.

c. Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh Manager Proyek di lapangan, maka Pemborong harus menyingkirkan bahan tersebut keluar lapangan dalam jangka

waktu 1x24 jam. Sebelum keluar lapangan diberi label “DITOLAK, DILARANG

DIGUNAKAN !. 3. Gambar-gambar


(3)

a. Pemborong wajib membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan ( Shop Drawing ). Gambar ini harus disetujui oleh Direksi/Pengawas, sebelum instalasi dilaksanakan.

b. Gambar Kerja & Gambar detail untuk seluruh pekerjaan harus selalu berada di lapangan dan menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.

c. Ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah tercantum dalam Gambar Kerja dan detail. Ukuran tersebut merupakan ukuran efktif/bersih, atau ukuran dalam keadaan jadi, oleh karena itu dalam pelaksanaan maupun pemesanan ukuran-ukuran harus diperhitungkan.

d. Pemborong diharuskan membuat Gambar Instalasi yang sebenarnya terpasang ( AS Buil Drawing). Gambar ini harus disetujui oleh Manager Proyek.

4.Pekerjaan Pelaksanaan

a. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga-tenaga ahli dan terampil. Untuk pelaksanaan khusus, Pemborong harus memberikn surat pernyataan yang membuktikan bahwa pelaksanannya memang mempunyai pengalaman dan kecakapan sesuai dengan yang disyaratkan.

b. Sebelum melaksanaka Pekerjaan Instalasi, Pemborong diwajibkan mengetahui lintasan dan posisi dari Instalasi Listrik, Grounding Sistem, Air dan Sanitari Medical Gas yang ada hubungannya dengan Pekerjaan Mekanikal atau MEP Koordinasi.

c. Jika didalam pelaksanaan pekerjaan ada salah satu bagian Instalasi yang sukar dilaksanakan, Pemborong wajib membuat laporan tertulis dan hal tersebut segera dibicarakan dengan Manager Proyek.

d. Pekerjaan bisa dianggap selesai dan diterima apabila telah dilakukan test, dan dinyatakan baik secara tertulis oleh Manager Proyek.

B. PEKERJAAN INSTALASI SYSTEM GAS MEDIS ( OXYGEN ) 1. Pemipaan Oxygen (O2)

a. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, penyempurnaan, penyetelan dan acceptance untuk jaringan perpipaan Gas Oxygen secara lengkap.

b. Bahan pipa yang digunakan pada seluruh instalasi ini adalah Copper Pipe Type B 819 L menurut standar ASTM atau JIS yang setara untuk Gas Medis.

c. Bahan pipa distribusi harus di test secara pneumatik dengan menggunakan media tekan Gas Nitrogen ( N2) dengan tekanan pengujian 2 x tekanan kerja instalasi atau 10 kg/cm2 selama 2x24 jam.

d. Fittings

e. Valve flens yang ada pada Sentral/Instalasi Gas Medis termasuk pada paket pekerjaan ini. Fitting tersebut harus memenuhi persyaratan yang diminta oleh spesifikasi ini.


(4)

2. Pelaksanaan Konstruksi

a. Material pipa parikasi, inspeksi dan testing haruslah sesuai dengan standar yang sesuai dengan Pressure Piping for Industrial Equipment berdasarkan standar DIN, ASTM atau setara..

b. Pipa adalah Copper ( tembaga) Type K menurut standar ASTM atau JIS yang stara untuk Gas Medis.

c. Instalasi pipa harus memperhitungkan kemiringan untuk menjamin tidak terjadinya stagnasi air condensasi.

d. Jarak pengikat pipa paling jauh 3 meter.

e. Valve dan accessories pipa harus memiliki standar dan spesifikasi terbaik sesuai tujuan spesifikasi ini.

f. Fittings

1. Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda harus menggunakan reducting fitting.

2. Fitting atau alat-alat yang menimbulkan kerugian tekanan aliran yang tidak wajar tidak boleh digunakan.

g. Penumpu Pipa dan Alat

1. Semua pipa horizontal harus ditumpu dengan baik pada

penggantung/penumpu untuk menjaga agar tidak berubah tempatnya, agar kemiringan tetap serta untuk mencegah penerusan getaran dan harus mampu menampung konstruksi ekspansi oleh perubahan temperatur.

2. Semua pipa vertical ditumpu dan diklem yang tertumpu di konstruksi bangunan.

3. Jarak tumpu untuk pipa vertical 3 meter maksimum.

4. Tidak diperbolehkan sama sekali menumpu/mengganggu pipa pada pipa lainnya.

C. MATERIAL

Seluruh material haruslah dalam kondisi baru, bebas dari cacat. Material pipa haruslah sesuai dengan standar Coppr Pipe JIS :

1. Pipe Fitting, standar ASME

2. Flanges dengan rating 150 pound - ASME

3. External coating, epoxy merek ICI, DANAPAINT atau merk lain yang setara.

Setiap bahan, fitting dan peralatan-peralatan lainnya yang akan dipasang pada instalasi ini haruslah mempunyai tanda-tanda mrek yang jelas dari pihak pabrik pembuatnya.


(5)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Outlet Gas Medis Conrol Box Pressure Gauge

Ball Valve Pipa GIP Medium

Gas Manifold Tabung Gas Kap

Kompressor

C&U, Lokal Ex. Australia

Ex. Japan Bakri, PPI, Spindo

lokal Product Japan


(6)

BAB VII

P E N U T U P

Apabila baik dalam gambar maupun dalam Pedoman Pelaksanaan ini belum disebutkan suatu detail komponen bangunan, tetapi dari segi fungsi maupun konstruksi hal itu harus ada, maka hal ini menjadi kewajiban Pelaksana untuk menyelenggarakannya.

Hal-hal lain yang belum tercantum dalam peraturan dan syarat-syarat ini, akan diatur kemudian secara musyawarah berdasar peraturan-peraturan yang lazim dipergunakan sepanjang tidak bertentangan dengan Pedoman Pelaksanaan ini.

SoE 24 Agustus 2017 PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

ttd

Berince.S.S.Yalla. SKM,Mkes NIP; 196409051984112004