ANALISIS MUTU AIR
BAB XVII ANALISIS MUTU AIR
Air sangat penting dalam kehidu- ses adalah air yang telah ditam- pan manusia, baik untuk kebutuh-
bah senyawa klorin untuk menja- an tubuh maupun lingkungannya.
ga sanitasi dalam industri pa- Se-kitar 80 persen tubuh manusia
ngan. Air proses dapat diman- adalah air. Demikian pula de-
faatkan untuk menjaga sanitasi ngan lingkungan hidupnya, ham-
bahan baku pangan, karyawan, pir 2/3 permukaan bumi merupa-
dan lingkungan tempat kerja. kan air. Air limbah adalah air yang sudah Dalam bidang industri pangan, tidak memenuhi syarat untuk di- keberadaan air sangat penting gunakan karena mengandung karena berpengaruh terhadap ka-
limbah bahan pangan. Dalam rakteristik bahan baku dan de-
setiap kegiatan industri pangan ngan demikian akan berpengaruh
dihasilkan limbah. Secara seder- terha-dap mutu produk pangan
hana limbah diartikan sebagai si- yang dihasilkan.
sa hasil produksi suatu industri. Dihasilkannya limbah merupakan
Dalam industri pangan, air dibu- konsekuensi logis pendirian In- tuhkan selama penanganan ba-
dustri. Limbah juga dapat diarti- han baku, proses penanganan kan sebagai materi yang tidak di- dan pengolahan bahan baku inginkan dalam kegiatan industri menjadi produk, dan menjaga sehingga harus dibuang. kondisi lingkungan agar tetap bersih.
Umumnya air limbah memiliki mutu yang lebih rendah diban-
dingkan dengan jenis air lainnya Keberadaan air dalam industri yang digunakan dalam industri pangan dapat berupa air baku, air
17.1 Jenis Air
pangan. Air limbah dapat digam- proses, dan air limbah. Ketiga je-
barkan sebagai tempat sampah nis air ini memiliki karakteristik
yang besar sehingga memiliki dan standar kelayakan tertentu.
kemampuan menampung kompo- Air baku adalah air bersih yang
nen limbah selama kegiatan In- diperoleh dari sumbernya.
dustri pangan berlangsung. Komponen limbah yang terkan-
Air proses adalah air yang telah dung dalam air limbah tersebut mendapatkan penambahan bah-
dapat berupa benda padat, cair, an kimia tertentu sesuai peruntu-
atau gas.
kannya. Sebagai contoh air pro-
Agar tidak menyebabkan pen- pangan yang baik, air yang digu- cemaran lingkungan, air limbah
nakan harus sesuai dengan stan- tersebut harus diproses terlebih
dar mutu. Air yang jernih belum dahulu. Bila sudah memunuhi tentu memenuhi persyaratan standar yang telah ditetapkan, air
yang dibutuhkan dalam industri limbah sudah aman untuk dibu-
pangan. Olah karenanya, perlu ang ke badan air di lingkungan
dilakukan pengujian terhadap air setempat.
yang akan digunakan.
Mengapa air limbah harus dipros- Pengujian terhadap kualitas air es terlebih dahulu sebelum dibua-
da-pat dilakukan dengan uji fisik, ng ke badan air yang ada di ling-
kimiawi, biologis, dan organo- kungan? Air limbah mengandung
leptik. Pemerintah telah menetap- komponen kimia, fisik dan bio-
kan standar mutu yang dapat di- logis yang berasal dari bahan gunakan sebagai pedoman da- baku industri. Komponen ini lam menentukan kualitas air. akan mengalami serangkaian proses yang akan mengakibatkan
Berdasarkan Peraturan Menteri pencemaran lingkungan berupa Kesehatan No. 416/PERMEN- bau, racun, atau penyakit. Bila
KES/PER/X/1990 telah ditetap- air ini dibuang ke lingkungan, kan persyaratan kualitas air dapat dibayangkan bahaya yang
bersih (Tabel 17.1). akan dialami masyarakat.
17.2. Standar Mutu
Dalam menyiapkan bahan baku untuk menghasilkan mutu produk
Tabel 17.1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih Kadar maksimum
No. Parameter Unit diperbolehkan
Fisilk
1. Bau
Tidak berbau
2. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)
NTU Scale
4. Rasa
Tidak berasa
5. Suhu
C Suhu udara + 3 C
15 Kimia
6. Warna
TCU Scale
a. Kimia an ogranik
1. Air Raksa
mg/L
2. Aluminum
mg/L
3. Arsen
mg/L
4. Barium
mg/L
Besi Fluorida Kadmium Kesadahan (CaCO3) Klorida Kromium 6+ Mangan Natrium Nitrat, sebagai N Nitrit sebagai N Perak pH Selenium Seng Sianida Sufat
Sulfid (sebagaiH 2 S)
Tembaga Timbal
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
b. Kimia Organik
Aldrin & dieldrin Benzene Benzo (a) pyrene Chlordane (total isomer) Kloroform 2-4-D DDT Detergent 1.2-Dichloroethane 1.1-Dichloroethane Heptachlor & heptachlor epoxide Hexachlorobenzene Gamma-HCH (Lindane) Methoxychlor Pentachlorophenol Total pesticide 2.5.6-trichlorophenol
Zat Organik (KMnO 4 )
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Koliform Tinja Total Koliform
Total/100 ml Total/100 ml
Radioaktivitas
Aktivitas Alpha (Gross Alpha activity)
Bq/l
1.0 Catatan : Mg = milligram NTU = Nephelometric Turbidity Units Ml = millimeter TCU = True Clor Units L = liter Bq = Bequerel Logam berat adalah logam terlarut.
2. Aktivitas Beta (Gross Beta activity)
Bq/l
17.3. Penanganan Air Limbah
17.3.1 Penanganan secara
Aktivitas dalam industri bahan pa-
Fisik
ngan menghasilkan limbah padat Penanganan limbah secara fisik dan cair. Untuk mengurangi ce-
ditujukan untuk : a) memisahkan maran maka air limbah tersebut
bahan padatan organik yang harus ditangani terlebih dulu se-
terapung pada limbah cair lalu belum dilepas ke lingkungan.
mengendapkannya dan b) mem- perkecil ukuran bahan padat or-
Limbah padat adalah limbah hasil ganik yang terdapat pada limbah industri bahan pangan yang ber-
sehingga lebih mudah diperla- ukuran besar sehingga masih kukan lebih lanjut. bisa dikenali wujudnya. Contoh limbah padat adalah tonkol ja-
Dengan demikian penanganan air gung, kulit nangka, usus sapi,
limbah secara fisik adalah penya- insang ikan. Adapun yang di-
ringan (Screening) dan sediment- maksud dengan limbah cair tasi (sedimentation). Penyaringan adalah limbah hasil industri pa-
dilakukan untuk menghilangkan ngan yang berbentuk cair ter-
partikel padatan yang tidak larut. masuk padatan yang ada di Alat penyaringan yang digunakan dalamnya. Umumnya partikel adalah saringan atau terali besi padatan yang terkandung di da-
yang dipasang di selokan atau lam limbah cair berukuran kecil
saluran limbah. Hasil penyaring- dibandingkan limbah padat. Con-
an dikeringkan atau ditanam ke toh limbah cair adalah air yang
dalam tanah.
mengandung darah, isi usus, air cucian buah, kulit sapi, ikan.
Tahap selanjutnya adalah proses sedimentasi. Proses ini dimak-
Dalam pengolahan limbah perlu sudkan untuk memisahkan bahan diperhatikan beberapa aspek organik dan anorganik dengan penanganan limbah, yaitu materi
pengaturan kecepatan alir limbah pencemaran, mikroba, faktor ling-
sekecil mungkin. Pengaturan ke- kungan, serta sistem yang digu-
cepatan alir limbah ini menyebab- nakan dalam penanganan lim-
kan bahan-bahan anorganik yang bah. Pengolahan limbah cair besar (pasir, potongan kaca, dapat dilakukan secara fisik, serat) tenggelam karena gaya kimia, dan biologis.
gravitasi sedangkan bahan orga- gravitasi sedangkan bahan orga-
remediasi merupakan hasil biode- gradasi senyawa-senyawa pen-
17.3.2 Penanganan secara
cemar. Bioremediasi dapat dila-
kukan di tempat terjadinya pence- Penggunaan senyawa kimia da-
Kimiawi
maran (in situ) atau harus diolah lam penanganan limbah cair ha-
ditempat lain (ex situ).
rus dilakukan secara cermat.
Hindari penggunaan bahan kimia Pada tingkat pencemaran yang yang memiliki efek berbahaya rendah mikroba setempat mampu bagi lingkungan. Penggunaan melakukan bioremediasi tanpa bahan kimia lebih ditujukan untuk
campur tangan manusia yang merombak bahan kimia yang ter-
dikenal sebagai bioremediasi in- kandung dalam limbah cair men-
trinsik, tetapi jika tingkatan pen- jadi senyawa tidak yang tidak cemaran tinggi maka mikroba se- membahayakan lingkungan. Se-
tempat perlu distimulasi (biosti- lain itu, penggunaan senyawa ki-
mulasi) atau dibantu dengan mia juga dapat ditujukan untuk
memasukkan mikroba yang telah mengendapkan partikel atau laru-
diadaptasikan.
tan yang terkandung di dalam air limbah, sehingga mudah dita-
Penanganan limbah cair secara ngani lebih lanjut.
biologis dilakukan dalam tiga ta- hapan, yaitu tahap primer, sekun-
17.3.3 Penanganan secara
der, dan tersier. Prinsip pena-
ngannya adalah mempercepat Limbah cair industri pangan me-
Biologis
proses penguraian bahan organik ngandung cemaran biologis. Ke-
baik dilakukan secara aerobik, beradaan cemaran ini menyebab-
anaerobik atau kombinasi kedua- kan terjadinya suksesi mikroba,
nya.
terutama bakteri. Beberapa bak- teri yang terdapat dalam limbah
17.4. Parameter Mutu Air
industri pangan adalah Phanero- Pemerintah melalui menteri kese- chaeta chrysosporium, Pseu-
hatan telah menetapkan sejumlah domonas spp., dan Bacillus spp,
parameter yang dapat digunakan Mycobacterium, Vibrio.
untuk menentukan kualitas air. Parameter tersebut dikelompokan
Pada prinsipnya, penanganan menjadi parameter fisik, kimia, limbah secara biologis adalah mikrobiologis, dan radioaktivitas memanfaat jasa mikroba yang (Tabel 17.1). memiliki kemampuan untuk me- rombak limbah menjadi kompo-
Parameter mutu air sangat dipe- nen yang tidak berbahaya. Pro-
ngaruhi oleh sumber air yang ses ini lebih dikenal sebagai digunakan, penggunaan air, dan ngaruhi oleh sumber air yang ses ini lebih dikenal sebagai digunakan, penggunaan air, dan
agulasi merupakan proses pe- pangan sebaiknya menggunakan
nambahan reagen kimia untuk air baku yang berasal dari mata
menstabilkan partikel koloid dan air. Dalam kondisi tertentu dima-
menyatukannya menjadi partikel na air baku sulit di peroleh, kebu-
besar dan stabil, proses penga- tuhan air untuk industri dipenuhi
dukan (flokulasi) untuk mening- dari air yang berasal dari PAM
katkan kontak antar partikel yang atau memanfaatkan sumber air
sudah terbentuk pada proses yang ada disekelililngnya seperti
koagulasi sehingga membentuk air sungai, hujan, atau air limbah
partikel yang lebih besar. sendiri yang diresirkulasi. Gangguan logam seperti Fe, Mn, Pengguaan air sungai atau air
dan logam lainnya yang toksik limbah yang diresirkulasi, maka
pada konsentrasi tinggi dapat perlu memberikan perlakuan un-
dioksidasi dengan menggunakan tuk mengembalikan mutu air ke
klorin atau oksidan lainnya se- tingkat yang telah disyaratkan hingga membentuk senyawa ba- oleh pemerintah (Tabel 17.1).
ru yang sulit dipecahkan. Klorin merupakan oksidator kuat yang
Air sungai atau air limbah yang dapat menghilangkan beberapa diresirkulasi harus mengalami komponen rasa dan bau. Proses proses fisik, kimia, dan biologis.
ini juga digunakan untuk mengha- Secara fisik, air akan disaring mbat pertumbuhan mikrobiologi (filtrasi) untuk menghilangkan pada keseluruhan proses. Tahap kandungan padatan tersuspensi.
klorinasi dapat dilanjutkan de- Ada dua saringan yang dapat di-
ngan deklorinasi untuk mengu- gunakan, yaitu filter pasir dan fil-
rangi residu klorin, rasa, dan bau ter cepat. Filter pasir hanya yang berasal dari klorin itu menggunakan pasir sebagai me-
sendiri.
dia filter, sedangkan filter cepat yang menggunakan anthrasit, pa-
Selain penyaringan, padatan ter- sir, dan media lainnya yang me-
suspensi juga dapat dipisahkan mungkinkan sebagai filter.
dengan proses sedimentasi. Se- lama proses sedimentasi akan
Setelah melewati proses fisik, air terjadi pengendapan CaCO 3 dan dapat melalui serangkaian proses
Mg(OH) 2 , yang akan meningkat- kimiawi. Proses didasari pada
kan derajat keasaman air karena penambahan zat kimia untuk kelebihan kapur. Oleh karena itu
memisahkan secara cepat bahan perlu ditambahkan karbon diok- kimia yang tidak diharapkan dari
sida untuk menetralisir kelebihan seluruh air. Proses kimiawi meli-
OH - . Soda kapur (Ca(OH) 2 - puti proses koagulasi untuk Na 2 CO 3 ) dapat ditambahkan OH - . Soda kapur (Ca(OH) 2 - puti proses koagulasi untuk Na 2 CO 3 ) dapat ditambahkan
air limbah dari kadar komponen air limbah tersebut, maka tingkat
Proses mikrobiologis merupakan efisiensi suatu proses pengola- tahap berikutnya yang dapat dila-
han air limbahnya dapat dieva- kukan untuk mengembalikan mu-
luasi. Kedua dengan melakukan tu air. Proses mikrobiologis ber-
pemantauan kualitas air limbah tujuan menghilangkan atau dapat memberikan indikasi efek
menginaktifkan mikroba patogen. atau pengaruhnya terhadap ling- kungan dan masyarakat sekeli- lingnya.
Pemantauan kualitas air limbah Pemerintah dalam masalah air secara rutin cukup mahal dan limbah industri, telah mengha-
17.5 Monitoring Mutu Air
setiap industri sebaiknya mampu ruskan setiap industri untuk dapat
menangani sendiri limbahnya mengendalikannya. Hal ini dapat
agar biaya operasionalnya lebih disadari oleh pihak industri, bah-
murah. Peralatan laboratorium, wa pengendalian air limbah akan
baik instrument modern maupun meningkatkan kepercayaan pasar
metoda konvensional, harus da- terhadap produknya terutama pat dimanfaatkan dalam rangka industri yang berorientasi eksport.
pelaksanaan pemantauan ini.
Di Negara Sakura, monitoring Beberapa hal yang perlu dikuasai terhadap mutu air dilakukan de-
untuk melakukan monitoring mutu ngan memelihara ikan carp da-
air yaitu :
lam kolam penampungan limbah cair sebelum airnya di alirkan ke
17.5.1 Teknik sampling
badan air di lingkungan seki- Petugas yang akan melakukan tarnya. Ikan carp (mas dan koi)
monitoring mutu air harus merupakan ikan yang rentan memiliki kemampuan untuk mela- terhadap perubahan kualitas air.
kukan pengambilan contoh (sam- Dengan demikian, bila ikan carp
pling) air secara tepat dan benar tersebut mati berarti ada senya-
sesuai dengan kondisi dan ke- wa berbahaya yang masuk ke
adaan pada saat dilakukan sam- kolam sehingga perlu dilakukan
pling. Sampel air yang diambil peninjauan secara laboratorium harus dapat mewakili keadaan terhadap kualitas air agar tidak
mutu air sebenarnya dari limbah membahayakan lingkungan.
cair tersebut yang sedang dimo- nitor.
Monitoring atau pemantauan kua- litas air limbah mempunyai dua
Sebelum melakukan pengambil- kepentingan bagi industri. Per-
an sampel, terlebih dahulu harus an sampel, terlebih dahulu harus
mengambil sampel air guna ngambilan sampel harus dapat
pengukuran logam berat, jangan mewakili karakter limbah secara
menggunakan bahan Polyvinyl keseluruhan.
Chlorida (PVC) karena mengan- dung logam Za, Fe, Sb, dan Cu.
Pengambilan sampel air limbah dapat dilakukan sebagai berikut :
17.5.2 Kemampuan Analisis
1) Sampel diambil sedemikian Hasil analisis sangat ditentukan rupa sehingga dapat mewakili ka-
oleh kemampuan analisis dari rakter air limbah; 2) Sampel di-
laboratorium. Kemampuan anali- ambil 7 kali, dua sampel diambil
sis sebuah laboratorium laborato- secara individual dan lima sampel
rium sangat ditunjang oleh per- secara komposit. Sampel indi-
alatan dan bahan analisis dan vidual mengukur kondisi berbagai
sumberdaya manusia yang dimi- kondisi dalam waktu yang sama.
liki oleh laboratorium tersebut. Sedangkan sampel komposit dije-
Analis harus mampu memanfaat- laskan lebih rinci oleh Green dan
kan peralatan dan fasilitas yang Kramer, 1979. Intinya, sampel
ada secara maksimal sehingga komposit diambil dari beberapa
dapat dihasilkan data yang akur- sampel berdasarkan tempat, ke-
at dan dipercaya. dalaman, atau waktu yang berbe-
da dan dianggap sebagai satu
17.6 Analisis Mutu Air
sampel; 3) Frekuensi pengam- Untuk dapat menentukan mutu bilan sampel disesuaikan dengan
air, diperlukan analis yang memi- kecepatan aliran dan parameter
liki kemampuan, keterampilan limbah; 4) Sampel sebaiknya dan ketelitian yang tinggi dalam langsung dianalisis. Bila tidak
melaksanakan analisis air limbah. memungkinkan, sampel disimpan
Termasuk di dalamnya kemam- dalam wadah penyimpanan sam-
puan untuk menentukan metoda pel dan diberi perlakuan khusus.
analisis yang paling sesuai. Akhir Perlakuan khusus tersebut dapat
dari semua itu adalah tersedianya berupa ruangan dingin, penga-
sumberdaya manusia yang me- turan pH, dan/atau perlakuan miliki kemampuan melakukan kimia.
evaluasi mutu air limbah berda- sarkan data hasil analisis labo-
Peralatan yang digunakan untuk
ratorium.
mengambil sampel air (water sampler), jangan mengandung Banyak sekali parameter mutu air bahan kimia yang akan dianalisis.
yang harus difahami untuk dapat Pemakaian peralatan demikian melakukan monitoring mutu air. akan memberikan hasil analisis
Dengan keterbatasan ruang ling- lebih tinggi dari konsentrasi sebe-
kup bahasan, maka dalam buku kup bahasan, maka dalam buku
Aduk perlahan. Biarkan selama berkaitan dengan masalah pa-
beberapa menit. Bila terlihat ada ngan. Sangat disarankan untuk
endapan, berarti suspensi. Seba- membaca buku yang mengulas
liknya, bila tidak terbentuk endap- lebih rinci mengenai analisis mutu
an, berarti kekeruhan disebabkan air.
karena larutan atau mikroba.
Temperatur air limbah biasanya Pengukuran pH air limbah harus diukur di lokasi air limbah karena
dilakukan secepat mungkin ka- perbedaan waktu antara limbah
rena pH yang tingga (basa) atau dihasilkan dengan perlakuan pe-
rendah (asam) sangat berbahaya ngukuran menyebabkan tempe-
bagi kehidupan biota air apabila ratur yang diukur tidak akurat.
limbah dibuang ke perairan Pengukuran dilakukan dengan umum. Air limbah dibuang apa- menggunakan thermocouple. In-
bila pHnya telah berkisar 6-9. formasi mengenai temperatur air
Nilai pH yang ekstrim akan limbah sangat penting karena pe-
berpengaruh terhadap penerapan rubahan temperature secara eks-
perlakuan biologis, reaksi-reaksi trim akan berpengaruh terhadap
kimia, pertukaran ion, dan reeaksi-reaksi kimia dan menjadi
menyebabkan proses pengkarat- kendala pada penerapan perla-
an pada peralatan. Derajat kea- kuan biologis
saman dianalisis dengan meng- gunakan pH meter. Sebelum
Kelarutan oksigen dalam air digunakan, pH meter dikalibrasi dapat diukur dengan mengguna-
dengan larutan Buffer yang kan alat water checker. Alat ini
memiliki pH 4 dan pH 7. memiliki sensor yang dapat men- deteksi kandungan oksigen ter-
Prosedur pengukuran nilia pH larut dalam air. Nilai yang ditam-
adalah sebagai berikut : pilkan oleh water checker menu-
1. Parameter Derajat Kea- njukkan banyaknya oksigen yang
saman (pH)
terkandung di dalam air.
a) Ambil sampel air yang akan diukur pHnya dan masukan
Turbiditas adalah nilai kekeruhan ke gelas beaker. air karena adanya polutan. Untuk
b) Kalibrasi pH meter dengan mengukur tingkat kekeruhan air
larutan buffer pH 4 dan pH 7. dapat digunakan alat turbidime-
c) Celupkan pH meter ke dalam ter.
sampel air. Angka yang ter- tera pada pH meter merupa-
Untuk mengetahui jenis polutan kan nilai pH sampel air. yang menyebabkan kekeruhan, ambil sampel air limbah dengan
Prosedur analisis kandungan am-
5. Gelas beker untuk mem-buat monia dalam air adalah sebagai
larutan pereaksi berikut :
6. Spektrofotometer untuk
1. Masukan 25 ml sampel air menganalisis kandungan yang akan dianalisis kandu-
logam berat
ngan amonianya
2. tambahkan 1 ml larutan sieg- nette dan 0.5 ml larutan Ne-
Prosedur Analisis
1. Masukan 100 ml sampel air menit
sster. Biarkan selama 10
ke dalam botol BOD
3. masukan tabung reaksi ke
2. Tambahkan 5 ml H 2 SO 4 pekat spektrofotometer
3. Tambahkan 15 ml MnO 4 .
4. kadar ammonia dapat dihi- Kocok hingga merata dan tung dengan persamaan :
biarkan selama 15 menit
4. Tambahkan 8 ml larutan K 2 S 2 O 8 , panaskan dalam Kadar Amonia
water bath pada suhu 95 o C selama 2 jam
1000 A
5. Dinginkan pada suhu kamar = ----------- x ------- x 5 µg x 10 6. Tambahkan tetes demi tetes
25 S
larutan hidroksilamin sampai
warna ungu hilang Dimana
7. Pindahkan larutan sampel ke
A = absor. contoh dalam tabung reduksi merkuri S = absorban standar
8. Hidupkan aerasi dengan kecepatan 2 liter per menit
Penentuan kadar logam berat
9. Tambahkan 5 ml larutan dengan spektrofotometrik sera-
SnCl 2 , segera ukur dengan pan atom atau Atomic Absorban-
AAS
ce Spectrofotometer (AAS) di 10. Kadar logam berat dapat didasarkan pada Hukum Lam-
dihitung dengan persamaan : bert-Beer, yaitu banyaknya sinar
yang diserap berbanding lurus
dengan kadar zat.
Peralatan yang digunakan.
1. Penangas air (water bath) Kadar logam berat (ppm) untuk memanaskan sam-pel
2. Timbangan analitik
3. Pipet dan balon penyedot (Sp – Bl) x fp untuk mengambil zat ki-mia
= -----------------------
4. Spatula untuk mengambil zat
g sampel kimia pereaksi g sampel kimia pereaksi
fP = Faktor pengenceran
17.7 Kebutuhan Air Bermutu
Permintaan akan air bermutu di- sesuaikan dengan jenis aktivitas yang dilakukannya. Industri pa-
ngan membutuhkan air dengan Gambar 17.1 Boiler mutu terbaik, sedangkan mutu air untuk kebutuhan non pangan Sumber : Wikipedia, the free biasanya lebih rendah. Mutu air
encyclopedia
untuk kebutuhan pangan telah
ditetapkan oleh pemerintah me- Chill water adalah alat untuk lalui menteri kesehatan.
mendinginkan air (Gambar 17.2). Boiler dan chill water merupakan
Keberadaan air dingin sangat di- dua alat yang dibutuhkan dalam
butuhkan dalam industri pangan. industri pangan, tetapi tidak ber-
Alat ini relatif mahal sehingga kaitan langsung dengan kebutuh-
hanya industri besar yang me- an air untuk industri pangan. milikinya.
Mutu air yang dibutuhkan untuk
kedua alat ini relatif lebih berbeda dari mutu air untuk industri pa- ngan.
17.7.1 Bioler dan Chill water
Boiler adalah pipa tertutup dima- na air atau cairan dipanaskan. Panas atau uap air yang keluar dari boiler dimanfaatkan untuk berbagai pemanasan dan pengo-
lahan bahan pangan. Gambar 17.2. Chill water
Sumber : Wikipedia, the free encyclopedia
17.7.2 Kegunaan Boiler dan Chill Water
Boiler banyak kegunaannya, yaitu sebagai penghasil panas, air pa- nas, dan uap maupun generator. Pinsip dasarnya adalah merubah energi minyak atau kayu bakar menjadi energi panas air yang dapat dimanfaatkan untuk ber- bagai kebutuhan (Gambar 17.3.).
Kegiatan industri pangan membu- tuhkan keberadaan air dingin untuk mempertahankan suhu bahan pangan agar tetap rendah,
Gambar 17.3 Mekanisme kerja sehingga kesegarannya dapat Boiler
dipertahankan. Air dingin yang bersih juga diperlukan untuk Sumber : Wikipedia, the free mencuci bahan pangan sehingga
encyclopedia
terhindar dari pencemaran (Gambar 17.4). Air bersih dapat
memperbaiki kualitas bahan pangan, baik yang berasal dari
17.7.3 Kebutuhan Air Boiler
hasil pertanian, peternakan dan perikanan dan mencegah terja- dinya infeksi penyakit. Baik Air merupakan bagian utama dari sebagai air irigasi, minum, atau
pengoperasian boiler. Pema- water treatment.
haman mengenai air yang akan digunakan dalam boiler meru- pakan hal penting dan perlu dikuasai. Air yang dimiliki harus oleh industri harus dianalisis sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai kualitas air yang dimiliki.
350 mg/L, tergantung dari tekanan uap yang dihasilkan (Tabel 17.1). Nilai padatan ter- suspensi menggambarkan jumlah bahan yang tidak larut dalam air, termasuk kotoran, lempung, tum- buhan, dan bahan organik yang tidak larut.
Bahan yang tidak larut akan menyebabkan kerusakan pada
boiler, terutama katup dan penya- Gambar 17.4. Bahan pangan yang
ring. Bahan tersebut juga dapat dicuci dengan air dingin dan
mempengaruhi produk yang diha- bersih akan tetap segar dan
silkan.
menyehatkan Table 17.2 Hubungan antara
Sumber : Chill Water.htm tekanan uap boiler dengan maksimum total
Agar dapat berfungsi baik, boiler padatan terlarut membutuhkan air dengan mutu
Maksimum Total mutu yang baik, umur pakai boiler
baik. Bila tidak diberi air dengan
Tekanan Uap
Padatan Terlarut menjadi lebih singkat dari seha-
Boiler
(mg/L) rusnya. Sumber air bagi boiler
(Psi)
dapat bersumber dari sungai, … - 300 3500 kolam, sumur artesis dan lain-
3000 lain. Berbagai perlakuan awal
301-450
2500 dibutuhkan untuk menaikan para-
451-600
2000 meter air sehingga cocok untuk
601-750
1500 digunakan pada boiler.
750 Paramater kualitas air utama 2001-3000
1501-2000
150 yang dibutuhkan untuk boiler adalah total padatan terlarut, Nilai maksimum alkalinitas yang
alkalinitas, dan kekerasan. Nilai terkandung dalam air untuk me- parameter tersebut tergantung ngisi boiler berkisar antara 100-
dengan tekanan uap yang akan 700 ppm (Tabel 17.2). Alkalinitas dihasilkan.
adalah ukuran kemampuan air untuk menetralisir asam kuat. Di
Besarnya nilai Total Padatan Ter- perairan alam, kemampuan ini larut (TDS) air yang dibutuhkan
dicirikan dengan adanya bikar- oleh boiler berkisar antara 150-
bonat, karbonat, dan hidroksida, bonat, karbonat, dan hidroksida,
Table 17.3. Hubungan antara
tekanan uap boiler
dengan maksimum alkalinitas
Gambar 17.5. Endapan (putih) yang Tekanan Uap
terbentuk pada saluran air Boiler
Maksimum
Alkalinitas
dalam boiler yang
menggunakan air dengan (Psi)
(mg/L)
nilai kekerasan >20 mg/L … - 300
Sumber : Wikipedia, the free 451-600
301-450
encyclopedia 601-750
Table 17.4. Hubungan antara 1501-2000
tekanan uap boiler dengan maksimum kekerasan air
2001-3000
Nilai maksimun kekerasan air
Maksimum yang dibutuhkan untuk boiler
Tekanan Uap
Kekerasan Air adalah < 20 ppm (Tabel 17.3).
Boiler
Kekerasan air menggambarkan
(Psi)
(mg/L)
kandungan kalsium dan magnesi-
<20 um yang ekivalen dengan kalsi-
… - 300
301-450
um karbonat. Kekerasan air 451-600 adalah penyebab utama pemben-
601-750
tukan endapan dalam peralatan
751-900
boiler (Gambar 17.5.). Peranan
901-1000 1001-1500
dari kekerasan air dalam proses 0
1501-2000
pembentukan endapan dapat 2001-3000
dilihat dari persamaan berikut :
Pada air limbah, nilai alkalinitas
Ca(HCO 3 ) 2 + panas Æ H 2 O+
berkaitan dengan kemampuan
CO 2 (gas) + CaCO 3 (endapan)
buffer. Limbah dengan nilai alka- linitas rendah memiliki kemam-
puan rendah untuk memperta- puan rendah untuk memperta-
Selain parameter di atas, para- meter air limbah lainnya antara lain : 1) Nilai BOD diukur ber- dasarkan jumlah oksigen uptake dalam sampel karena aktivitas biologis. Ultimat BOD adalah ok- sigen yang dikonsumsi selama proses perombakan limbah; 2) Nilai Chemical oxygen demand (COD) adalah nilai oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bagian yang dapat dirumbak dan tidak dapat dirombak di dalam limbah; 3) Kandungan nutrien, terutama nitrogen dan fosfor perlu diukur karena dapat : a) menentukan tingkat kesuburan perairan; b) menentukan be- sarnya pemupukan lahan; dan c) menentukan kandungan protein dari limbah yang dapat digunakan sebagai sumber pangan. Alasan yang ketiga sangat erat dengan bidang pangan; dan 4) Proses dekomposisi secara biologis akan berlangsung dengan baik apabila karbon dan nitrogen berada da- lam komposisi yang baik. Bila perbandingan karbon dan nitro- gen antara 20 : 1 atau 30 : 1, maka proses perombakan bahan organic akan berlangsung lebih cepat dan tidak menghasilkan bau yang berbahaya.
Latihan I
Seandainya Saudara diminta un- tuk menganalisis kualitas air. In- dikator alami apa yang dapat Saudara gunakan untuk menilai bahwa air yang selama ini digu- nakan sudah sesuai untuk :
1) kegiatan proses produksi pa- ngan; 2)kebutuhan boiler; dan
3) apakah air limbah yang akan dilepaskan ke badan air sudah tidak membahayakan.
Jawaban Saudara ditulis dalam bentuk tabel yang memuat jenis air yang tersedia, indikator alami yang digunakan, alasan mengapa indikator tersebut dipilih.
Latihan II
Kunjungilah eksportir ikan kon- sumsi. Perhatikan bagaimana mereka melakukan pengolahan limbahnya. Lalu jawablah per- tanyaan berikut ini :
1. Jelaskan prinsip peng- olahan limbah cair yang diterapkan pada industri tersebut.
2. Menurut Saudara, apa- kah proses pengolahan limbah tersebut sudah baik? Jelaskan argu- menttasinya.
3. Saran perbaikan apa-kah yang dapat Saudara berikan.
BAB XVIII MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN
Akhir-akhir ini di Indonesia ba- masyarakat dapat memperoleh nyak terjadi kasus keracunan bahan pangan yang aman, sehat, atau penyakit yang diakibatkan
utuh dan halal (ASUH) untuk di- mengkonsumsi pangan yang ter-
konsumsi. Bahan pangan yang cemar oleh mikroba patogen (60-
berasal dari kegiatan pertanian,
80 %) atau pangan kedaluwarsa. perikanan, dan peternakan harus Cemaran mikroba dapat terjadi selalu terjamin keamanannya pada semua produk pertanian, agar masyarakat terhindar dari baik produk peternakan, tanaman
bahaya mengkonsumsi pangan pangan, hortikultura maupun per-
yang tidak aman. Oleh karena ikanan.
itu, proses produksi pertanian harus menerapkan sistem ke-
Peristiwa keracunan yang sering amanan pangan mulai dari tahap diberitakan media massa mem-
budi daya hingga pangan siap punyai pengaruh cukup besar santap (from farm to table). terhadap kesadaran dan perha- tian masyarakat Indonesia ter-
Mendapatkan pangan yang aman hadap keamanan pangan. Berita
adalah hak asasi manusia. Pa- mengenai kasus antraks, kera-
ngan yang aman adalah pangan cunan susu, avian influenza (flu
yang tidak mengandung bahaya burung), cemaran mikroba pato-
biologi atau mikrobiologi, bahaya gen pada produk ternak, dan kimia, dan bahaya fisik. Namun cemaran aflatoksin pada jagung
hingga kini belum semua orang dan kacang tanah telah meresah-
Indonesia dapat memperoleh pa- kan masyarakat. Badan kesehat-
ngan yang aman. Masih tinggi- an dunia (WHO) memperkirakan
nya angka kematian dan penderi- bahwa rasio antara kejadian ke-
taan masyarakat akibat meng- racunan pangan yang terjadi konsumsi pangan merupakan in- dengan kejadian sesungguhnya dikator masih belum meratanya adalah 1 : 10 untuk negara manju
kesempatan memperoleh pangan dan 1 : 25 untuk negara berkem-
yang aman.
bang. Berkembangnya industri pangan Pangan merupakan kebutuhan dan membaiknya tingkat kehidup- paling dasar bagi manusia. Oleh
an masyarakat telah meningkat- karenanya, ketersediaan pangan
kan tuntutan konsumen akan pa- yang memadai secara kualitas ngan yang ASUH dan bermutu. maupun kuantitasnya, terus di-
Masyarakat yang tinggal di nega- upayakan oleh pemerintah agar
ra-negara maju telah menuntut ra-negara maju telah menuntut
Seiring dengan meningkatnya pe- ngetahuan dan kesadaran akan kesehatan terhadap pangan yang dikonsumsi, mengkonsumsi pa- ngan yang aman merupakan hal yang harus diperhatikan oleh produsen dan konsumen. Berda- sarkan UU Pangan No. 7 tahun 1996, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diper- lukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran bio- logis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Adapun yang dimaksud dengan jaminan keamanan pangan ada- lah jaminan bahwa pangan tidak akan menimbulkan masalah bila dikonsumsi dengan semestinya. Keamanan pangan berkaitan erat dengan bahan berbahaya yang terkandung dalam pangan.
Bahan berbahaya tersebut dapat masuk melalui setiap titik di se- panjang rantai pangan, sehing-ga diperlukan pengawasan yang me- madai di sepanjang rantai pa- ngan tersebut. Penyediaan pa- ngan dimulai dari lokasi dimana pangan tersebut dibudidaya atau diperoleh, selama transportasi ke lokasi industri pengolahan, pena- nganan dan pengolahan pangan, distribusi, pemasaran dan berak-
hir di konsumen, perlu dilaksana- kan secara benar agar dapat mencegah terjadinya penurunan kualitas bahan pangan sehingga menjadi tidak aman untuk dikon- sumsi. Kesalahan yang ter-jadi sepanjang rantai penyediaan pa- ngan selain dapat menurunkan kualitas dan nilai nutrisi pangan serta keuntungan, juga dapat me- nimbulkan berbagai penyakit pa-
da manusia bahkan kematian.
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran konsumen akan pen- tingnya kesehatan, maka dengan sendirinya jaminan keamanan pangan telah menjadi tuntutan utama dalam perdagangan, na- sional dan internasional. Tanpa jaminan keamanan, pangan atau bahan pangan akan sukar diper- dagangkan, bahkan besar ke- mungkinan akan ditolak oleh kon- sumen.
Diperlukan standar internasional yang dapat menjamin perda- gangan pangan yang adil, seperti standar pangan dari Codex. Kea- manan pangan merupakan tang- gungjawab semua pihak yang ter- libat dalam rantai pangan. Peme- rintah memiliki otoritas dalam pe- nyusunan serta penerapan un- dang-undang dan peraturan. Da- lam upaya penerapan jaminan keamanan pangan dan untuk me- menuhi persyaratan dalam perda- gangan nasional maupun inter- nasional, pemerintah Indonesia telah menetapkan.
18.1. Pangan yang Aman
Untuk menghadapi tantangan pa-
Pangan yang aman adalah pa-
sar global, Indonesia harus mam-
ngan yang tidak mengandung ba-
pu menghasilkan produk pangan
haya bahaya kimiawi, dan ba-
yang aman, sehat, utuh, dan haya fisik dan biologis atau mi- halal (ASUH). Keamanan pa-
krobiologis.
ngan (food safety) merupakan tuntutan utama konsumen. Per-
Salah satu persyaratan kualitas
mintaan pangan cenderung me-
pangan adalah bebas dari mikro-
ningkat dari waktu ke waktu, se-
ba patogen seperti Salmonella
jalan dengan pertambahan pen-
sp.,
Staphylococcus aureus,
duduk, perkembangan eko-nomi,
Escherichia coli, dan Campylo-
perubahan pola hidup, pening-
bacter sp. (Tabel 18.1).
katan kesadaran akan gizi, dan perbaikan pendidikan masyara- kat.
Tabel 18.1 Batas maksimum cemaran mikroba pada produk pangan
Batas Maksimum
Jenis Mikroba
(CFU/g)
Escherichia coli
0 - 10 3
Staphylococcus aerius
0 – 5 x10 3
Clostridium perfringens 2 0 – 10 Vibrio cholerae
Negatif
V. parahaemolyticus
Kapang 4 50 – 10 Khamir 50
Coliform faecal
Sumber : Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2004)
18.1.1 Bahaya Biologis
ganggu menguntungkan, kebera-
Bahan pangan mengandung gizi
daan mikroba merugikan kerap
tinggi sehingga merupakan media
terjadi sehingga sering menimbul-
yang baik untuk pertumbuhan kan gangguan pada manusia. dan perkembangan berbagai mi-
ikroba patogen dapat ditemu-kan
kroba. Selain ada yang meng-
di mana saja, di tanah, air, udara, di mana saja, di tanah, air, udara,
ba, yang dapat berasal dari mi- kroflora alami, baik yang berasal dari lingkungan maupun yang masuk selama pemanenan atau pe-nyembelihan, distribusi, pena- nganan dan pengolahan pasca- panen, serta penyimpanan pro- duk.
Selain mikroba, sumber cemaran lain juga mungkin ditemukan da- lam bahan pangan baik cemaran hayati (biologis), kimia, atau fisik yang dapat menyebabkan gang- guan kesehatan pada manusia yang mengonsumsinya.
Bahaya biologis atau mikrobio- logis terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus, dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam bahan pangan, sehingga dapat menye- babkan infeksi dan keracunan pada manusia. Beberapa bakteri patogen juga dapat menghasilkan toksin (racun), sehingga jika toksin tersebut terkonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan in- toksikasi. Intoksikasi adalah kon- disi dimana toksin sudah terben- tuk di dalam pangan atau bahan pangan, sehingga merupakan ke-
adaan yang lebih berbahaya. Se- kalipun pangan atau bahan pa- ngan sudah dipanaskan sebelum disantap, toksin yang sudah ter- bentuk masih tetap aktif dan bisa menyebabkan keracunan meski bakteri tersebut sudah tak ada dalam pangan.
Adanya virus dan protozoa dalam pangan atau bahan pangan ma- sih belum banyak yang diteliti dan diidentifikasi. Namun informasi tentang virus hepatitis A dan protozoa Entamoeba hystolitica telah diketahui dapat mencemari air. Cacing diketahui terdapat pada hasil-hasil peternakan, mi- salnya Fasciola hepatica yang ditemukan pada daging atau hati sapi. Adanya cemaran cacing ter- sebut akan mengakibatkan infek- si pada manusia jika mengkon- sumsi daging atau hati sapi yang tidak dimasak dengan baik.
Penyebab bahaya biologis adalah bakteri, virus, parasit, ragi dan jamur. Bahaya biologis dapat di- sebabkan pencemaran terhadap air yang digunakan dalam pena- nganan bahan pangan, penggu- naan peralatan dan wadah yang tidak higienis, cara penanganan yang tidak aseptis, pekerja yang terinfeksi karena kurangnya fasili- tas toilet dan pencuci tangan, kurangnya praktek kebersihan, dan penyakit yang diderita, peng- gunaan kemasan yang tidak steril atau tercemar oleh kotoran dari binatang pengerat, burung, dan serangga. Dapat juga disebab- Penyebab bahaya biologis adalah bakteri, virus, parasit, ragi dan jamur. Bahaya biologis dapat di- sebabkan pencemaran terhadap air yang digunakan dalam pena- nganan bahan pangan, penggu- naan peralatan dan wadah yang tidak higienis, cara penanganan yang tidak aseptis, pekerja yang terinfeksi karena kurangnya fasili- tas toilet dan pencuci tangan, kurangnya praktek kebersihan, dan penyakit yang diderita, peng- gunaan kemasan yang tidak steril atau tercemar oleh kotoran dari binatang pengerat, burung, dan serangga. Dapat juga disebab-
18.1.1.2 Cemaran Mikroba
tidak higienis karena terkontami-
pada Unggas
nasi oleh sistem sirkulasi pendi- Seperti daging hewani lainnya, ngin.
daging unggas cocok sebagai media perkembangan mikroba, karena unggas cenderung berada
18.1.1.1 Cemaran Mikroba
di lingkungan yang kotor. Selain
hidup dalam kondisi kotor, cemar- Pangan asal ternak berisiko tinggi
Pada Produk Ternak
an daging unggas di Indonesia terhadap cemaran mikroba pem-
juga dapat disebabkan oleh busuk atau patogen yang berba-
rendahnya tingkat pengetahuan haya bagi kesehatan manusia. peternak, kebersihan kandang,
Dengan karakteristik yang khas, serta sanitasi air dan pakan. produk ternak merupakan media
Sanitasi kandang yang kurang yang disukai mikroba sebagai baik dapat menyebabkan timbul- tempat tumbuh dan berkembang.
nya cemaran mikroba patogen yang tidak diinginkan.
Setelah dipotong, mikroba mulai merusak jaringan sehingga ba-
Karkas ayam mentah paling han pangan hewani cepat meng-
sering dikaitkan dengan cemaran alami kerusakan bila tidak men-
Salmonella dan Campylobacter dapat penanganan yang baik. yang dapat menginfeksi manusia. Mikroba pada produk ternak ter-
Campylobacter jejuni merupakan utama berasal dari saluran pen-
salah satu bakteri patogen yang cernaan.
mencemari ayam maupun kar- kasnya. Cemaran bakteri ini pada
Beberapa jenis penyakit yang ayam tidak menyebabkan penya- ditimbulkan oleh pangan asal ter-
kit, tetapi mengakibatkan penya- nak adalah penyakit antraks, sal-
kit yang dikenal dengan nama monelosis, brucellosis, tuber-
campylobacteriosis pada manu- kulosis, klostridiosis, dan penyakit
sia. Penyakit tersebut ditandai akibat cemaran Staphylococcus
dengan diare yang hebat disertai aureus.
demam, kurang nafsu makan, muntah, dan leukositosis.
Bakteri patogen dari daging yang tercemar dapat mencemari bahan
Beberapa kasus penyakit yang pangan lain seperti sayuran dan
diakibatkan oleh cemaran mikro- buah-buahan, dan pangan siap
ba patogen (foodborne diseases) santap bila bahan pangan terse-
pada daging unggas maupun pro- but diletakkan berdekatan de-
duk olahannya antara lain kasus ngan daging yang tercemar.
penularan penyakit yang disebab- kan oleh Salmonella enteritidis melalui daging ayam, telur, dan penularan penyakit yang disebab- kan oleh Salmonella enteritidis melalui daging ayam, telur, dan
digunakan sebagai bahan sate di daerah Sleman Yogyakarta telah tercemar S. aures sebanyak
mencapai 11,40% pada daging 6 1,60 x 10 CFU/g. Pada kasus dan 1,40% pada telur.
keracunan pangan, biasanya jumlah S. aureus sudah menca-
Kasus lain disebabkan oleh mi- 8 pai 10 CFU/g atau lebih. Karkas kroba Campylobacter. Cemaran
ayam yang digunakan sebagai Campylobacter jejuni, salah satu
bahan dasar pembuatan ayam spesies Campylobacter, di Indo-
panggang bumbu sate memiliki nesia cukup tinggi. Sekitar total bakteri 6,50 x 10 7 CFU/g dan
−100% daging ayam yang di- 5 total S. aureus 7,30 x 10 CFU/g. pasarkan tercemar bakteri C.
jejuni. Sekitar 70% kasus cam- Populasi awal dari mikroba pato- pylobacteriosis pada manusia di-
gen sangat menentukan keaman- sebabkan oleh cemaran C. jejuni
an pangan yang dihasilkan. Po- pada karkas ayam.
pulasi awal yang tinggi berpotensi besar menimbulkan masalah kea-
Bakteri patogen yang juga sering manan pangan, tergantung lama- mencemari daging ayam dan pro-
nya waktu antara penyiapan duk olahannya adalah Salmo-
dengan konsumsi. Batas maksi- nella. Hal ini perlu mendapat
mum cemaran mikroba dalam perhatian karena S. aureus mam-
karkas ayam mentah berdasar- pu memproduksi enterotoksin kan SK Dirjen POM No. 03726/8/ yang tahan terhadap panas. SK/VII/85 adalah 10 6 CFU/g dan Bergdoll (1990) menyatakan, S.
harus negatif dari Salmonella sp. aureus 10 5 CFU/g merupakan
pedoman terhadap kerawanan Perkembangan industri jasa boga adanya toksin tersebut. Namun
di Indonesia perlu mendapatkan berdasarkan hasil penelitian, en-
perhatian, terutama dalam kaitan- terotoksin belum dapat terdeteksi
nya dengan penyediaan pangan
pada total S. aureus >10 6 CFU/g.
yang berasal dari unggas. Produk olahan unggas seperti sate ayam,
Karkas ayam yang digunakan un- ayam panggang maupun ayam tuk membuat bakso ayam sudah
opor yang diproduksi oleh industri tercemar S. aureus 1,40 x 10 5 jasa boga berisiko tercemar mi-
CFU/g dengan total bakteri 1,90 x
kroba.
10 7 CFU/g. Berdasarkan SNI 01- 3818-1995, cemaran S. aureus
Pembuatan sate ayam memerlu- dalam produk bakso maksimal 1
kan waktu penyiapan cukup pan- x 10 2 CFU/g, total bakteri mak- jang sehingga menyebabkan pro-
simal 1 x 10 5 CFU/g, dan negatif duk ini rentan terhadap cemaran terhadap Salmonella.
mikroba.
Produk pangan lainnya dari in- asal hewani disajikan dalam dustri jasa boga yang biasa disa-
keadaan panas sehingga dapat jikan dalam acara perkawinan menekan populasi mikroba. atau pertemuan adalah ayam panggang bumbu sate.
18.1.1.3 Cemaran Mikroba pada
Pemanasan dapat menurunkan
Telur
total S. aureus menjadi 4,30 x 10 3 Telur merupakan produk unggas CFU/g dan total bakteri menjadi
yang selalu dihubungkan dengan 6,40 x 10 5 CFU/g. Walaupun total
cemaran Salmonella yang ber- mikroba selama pengolahan me-
asal dari kotoran ayam dalam nurun, angka tersebut masih kloaka atau dalam kandang. Se- tinggi. Proses pemasakan atau cara alami, cangkang telur meru- pemanasan dapat menurunkan pakan pencegah yang baik terha-
cemaran mikroba menjadi 10 3 dap cemaran mikroba. Cemaran CFU/g dan negatif terhadap bakteri dapat terjadi pada kondisi Salmonella sp.
suhu dan kelembapan yang ting- gi.
Dalam pembuatan sate ayam ada beberapa tahap yang perlu Cemaran pada telur bebek lebih diperhatikan sebagai titik kendali
banyak dibanding pada telur kritis, yaitu tahap penyiapan (pe-
ayam. Apabila penanganan telur motongan dan penusukan), pem-
tidak dilakukan dengan baik, bekuan, pemanggangan, serta misalnya kotoran unggas masih pengangkutan dan penyajian.
menempel pada cangkang telur, maka kemungkinan Salmonella
Pada akhir tahap perebusan, total dapat mencemari telur, terutama bakteri pada karkas ayam me-
saat telur dipecah. Cemaran
nurun menjadi 1,70 x 10 6 CFU/g
mikroba tersebut dapat dikurangi
dengan cara mencuci dan me- (Harmayani et al. 1996). Setelah
dan total S. aureus < 10 3 CFU/g
ngemas telur sebelum dipasar- pembakaran, total S. aureus kan.
berkurang lagi menjadi 5 x 10 2
CFU/g. Namun populasi S.aureus
18.1.1.4 Cemaran Mikroba meningkat menjadi 1,50 x 10 4 pada Daging Sapi
CFU/g selama proses pengang- Daging sapi mudah rusak karena kutan dan menunggu waktu disa-
merupakan media yang cocok jikan (pada suhu kamar selama
bagi pertumbuhan mikroba. Hal 7,50 jam).
ini cukup beralasan karena tinggi- nya kandungan air dan gizi se-
Penyajian merupakan tahap pen- perti lemak dan protein. ting yang perlu mendapat per-
Kerusakan daging dapat disebab- hatian. Sebaiknya bahan pangan
kan oleh perubahan dalam da- kan oleh perubahan dalam da-
dan kuda. Susu mengandung (eksternal).
protein, lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan sejumlah enzim.
Daging yang tercemar mikroba Susu yang berasal dari sapi melebihi ambang batas akan sehat dapat tercemar mikroba menjadi berlendir, berjamur, daya
non patogen yang khas segera simpannya menurun, berbau bu-
setelah diperah. Pencemaran da- suk dan rasa tidak enak serta
pat berasal dari sapi, peralatan menyebabkan gangguan kese-
pemerahan, ruang penyimpanan hatan bila dikonsumsi. Beberapa
yang kurang bersih, debu, udara, mikroba patogen yang biasa lalat dan penanganan oleh manu- mencemari daging adalah E.coli,
sia.
Salmonella, dan Staphylococcus sp.
Untuk dapat dikonsumsi, susu harus memenuhi persyaratan ke-
Mikroba yang terkandung pada amanan pangan karena susu daging sapi dapat berasal dari
mudah terkontaminasi mikroba peternakan dan rumah potong (bakteri, kapang, dan khamir), hewan yang tidak higienis. Oleh
baik patogen maupun non pa- karena itu, sanitasi atau keber-
togen dari lingkungan (peralatan sihan lingkungan kandang ternak
pemerahan, operator, dan ter- maupun rumah potong hewan nak), residu pestisida, logam be- perlu mendapat perhatian. Pro-
rat dan aflatoksin dari pakan ser- ses pengolahan daging yang cu-
ta residu antibiotik saat pengobat- kup lama juga memungkinkan an penyakit pada ternak. Kan- terjadinya cemaran mikroba pada
dungan mikroba yang tinggi produk olahannya.
menyebabkan susu cepat rusak sehingga Industri Pengolahan
Produk olahan daging seperti kor- Susu (IPS) kadang-kadang tidak net dan sosis harus memenuhi
dapat menerima atau membeli syarat mutu yang sudah ditetap-
susu dari peternak. Akibatnya, kan. Berdasarkan SNI 01-3820-
sebagian besar IPS mengguna- 1995, cemaran Salmonella pada
kan bahan dasar susu impor. sosis daging harus negatif, Clos- tridium perfringens negatif, dan S.
Pertumbuhan mikroba dalam su-
aureus maksimal 10 2 koloni/g.
su dapat menurunkan mutu dan keamanan pangan susu, yang
18.1.1.5 Cemaran Mikroba
ditandai oleh perubahan rasa,
aroma, warna, konsistensi, dan Susu merupakan bahan pangan
pada Susu
penampakan. Oleh karena itu, yang berasal dari sekresi kelenjar
susu segar perlu mendapat pena- ambing pada hewan mamalia nganan dengan benar, antara lain susu segar perlu mendapat pena- ambing pada hewan mamalia nganan dengan benar, antara lain
kandungan mikroba hingga 0 −10 3 ada. Apabila tidak tersedia pen-
CFU/g susu. Berdasarkan SNI dingin, setelah diperah susu da-
01-6366-2000, susu pasteurisasi pat diberi senyawa thiosianat dan
yang dihasilkan oleh produsen hidrogen peroksida untuk me-
susu aman dikonsumsi. Proses maksimalkan kerja laktoperok-
pengolahan susu memungkinkan sidase (enzim dalam susu yang
terjadinya cemaran mikroba pada bersifat bakteriostatik). Namun, produk olahannya. penggunaan senyawa tersebut masih dikaji terutama efektivitas dan residunya.
18.1.1.6 Cemaran Mikroba Pada Produk Tanaman Pangan
Mikroba patogen yang umum Kapang merupakan jenis mikroba mencemari susu adalah E. coli.
yang menyerang tanaman pa- Standar Nasional Indonesia 01-
ngan, terutama serealia dan 6366 tahun 2000 mensyaratkan
kacang-kacangan. Serangan ka- bakteri E. coli tidak terdapat pang dapat terjadi saat tanaman dalam susu dan produk olahan-
masih di ladang (cemaran pra- nya. SNI ini mensyaratkan am-
panen), maupun selama pena- bang batas cemaran mikroba nganan pascapanen. Kapang yang diperbolehkan dalam susu
yang umum mencemari serealia adalah 3 x 10 4 CFU/g. Syarat
dan kacang-kacangan adalah mutu produk olahan susu seperti
Aspergillus flavus dan A. Para- keju dan susu bubuk ditetapkan
siticus yang sangat berbahaya dalam SNI 01-2980-1992 dan bagi kesehatan manusia. SNI 01-3775-1995.
Bakteri E.coli dalam air susu maupun produk olahannya dapat menyebabkan diare pada manu- sia bila dikonsumsi. Beberapa bakteri patogen yang umum men- cemari susu adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Listeria mono- cytogenes, Campylobacter sp., Staphylococcus aureus, dan Salmonella sp.
Bahan baku susu pasteurisasi di
beberapa produsen susu me- Gambar 18.1. Cemaran Aspergillus ngandung total mikroba 10 4 −10 6 pada tongkol jagung (Sumber Rahayu, 2006)
Kedua jenis kapang ini dapat menghasilkan aflatoksin yang merupakan secondary metabolic products dan bersifat toksik bagi manusia. Aflatoksin merupakan molekul kecil yang tidak suka ter- hadap air, tahan terhadap per- lakuan fisik, kimia maupun biolo- gis dan tahan terhadap suhu ting- gi. Aflatoksin yang umum dijum- pai adalah aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1, dan M2. Dari enam jenis aflatoksin tersebut, yang paling berbahaya bagi kesehatan manu- sia adalah aflatoksin B1. Selain aflatoksin, fumonisin juga meru- pakan salah satu mikotoksin yang dihasilkan oleh kapang dari spe- sies Fusarium moniliforme.
Berdasarkan keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. HK.00.05.1.4057 tanggal 9 September 2004, batas maksimum kandungan aflatoksin B1 dan aflatoksin total pada pro- duk olahan jagung dan kacang tanah masing-masing adalah 20 ppb dan 35 ppb. Sementara itu Codex Alimentarius Commission pada tahun 2003 menentukan ba- tas maksimum kandungan afla- toksin total pada kacang tanah yang akan diproses sebesar 15 ppb. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan keamanan pangan di Indonesia masih jauh di bawah negara maju.
Cemaran A. flavus pada saat bu- didaya dipengaruhi oleh bebera- pa faktor, antara lain suhu tanah, lengas tanah, kandungan unsur
hara dalam tanah (Zn dan Ca), serta hama dan penyakit. A. flavus akan lebih kompetitif jika lengas tanah rendah, kelemba- ban udara tinggi (90 −98%), dan suhu tanah 17 −42°C.
Cemaran aflatoksin pada jagung bergantung pada kondisi ling- kungan dan perlakuan pascapa- nen. Kandungan aflatoksin total pada jagung pipil lebih tinggi di- banding jagung tongkol. Dari sampel yang diuji, semua sampel tercemar oleh aflatoksin B1 serta 31% tercemar aflatoksin B2 dengan total aflatoksin berkisar antara 48,10–213,80 ppb.
Jagung yang tercemar aflatoksin, apabila digunakan sebagai pakan maka aflatoksin akan masuk ke dalam tubuh ternak (unggas dan ruminansia) dan terakumulasi pa-
da daging maupun hati. Cemaran aflatoksin juga dijumpai pada kacang tanah dan produk olahannya seperti bumbu pecel. Cemaran aflatoksin pada kacang tanah di tingkat petani maupun pengecer dapat mencapai lebih dari 100 ppb. Cemaran aflatoksin pada bumbu pecel dapat menca- pai rata-rata 41,60 ppb dan pada enting-enting gepuk 20,80 ppb.
18.1.1.7 Cemaran Mikroba Pada Buah dan Sayur
Buah dan sayur dapat tercemar oleh bakteri patogen yang ber- asal dari air yang tercemar lim- bah, tanah, atau kotoran hewan yang digunakan sebagai pupuk.
Tingkat cemaran akan meningkat Tingkat cemaran mikroba pada pada bagian tanaman yang ada
beberapa jenis sayuran cukup di dalam tanah atau dekat tinggi, yaitu 5,80 x 101 hingga dengan tanah. Mikroba tertentu
1,80 x 103 CFU/g padahal seperti Liver fluke dan Fasciola
persyaratan kontaminasi E. coli hepatica akan berpindah dari dalam produk pangan harus ne- tanah ke selada air akibat peng-
gatif. Tingkat cemaran mikroba gunaan kotoran kambing atau tergantung dari lamanya waktu domba yang tercemar sebagai sejak sayuran dipanen hingga pupuk. Air irigasi yang tercemar
dipasarkan karena memungkin- Shigella sp., Salmonella sp., E.
kan mikroba tumbuh dan berkem- coli, dan Vibrio cholerae dapat
bang (Tabel 18.2). Penanganan mencemari buah dan sayur. Sela-
dan pemasakan yang baik dan in itu, bakteri Bacillus sp.,
benar dapat mematikan bakteri Clostridium sp., dan Listeria mo-
patogen tersebut, kecuali bakteri nocytogenes dapat mencemari
pembentuk spora. buah dan sayur melalui tanah.
Tabel 18.2. Tingkat cemaran mikroba pada beberapa jenis sayuran
Wilayah A Wilayah B
Petani Pasar Pasar Petani Pasar Pasar Tradisional Swalayan
Tradisional Swalayan
Kubis
3.14 x 10 7 4.60 x 10 7 2.80 x 10 7 1.40 x 10 7 4.30 x 10 5 4.50 x 10 5
Tomat
1.70 x 10 4 2.50 x 10 7 2.00 x 10 4 5.40 x 10 4 1.40 x 10 5 3.30 x 10 4
Wortel
4.20 x 10 4 5.70 x 10 7 1.90 x 10 7 1.80 x 10 7 6.10 x 10 5 7.40 x 10 5
Sumber : Modifikasi dari Rahayu dan Djaafar, 2007
18.1.1.8 Cemaran Mikroba
ikan terjadi segera setelah ikan
Pada Produk Perikanan
keluar dari air, namun aktivitas Seperti produk hewani lainnya, mikroba yang akan merusak da- ikan merupakan sumber pangan
ging ikan baru terjadi setelah ikan yang mudah rusak. Dengan kan-
melewati fase rigor mortis. dungan air dan protein tinggi, ikan merupakan tempat sangat Kerusakan pada ikan dapat dise- cocok sebagai media untuk per-
babkan oleh faktor internal (isi tumbuhan mikroba baik patogen
perut) dan eksternal (lingkungan), maupun nonpatogen. Kerusakan
maupun cara penanganan di atas maupun cara penanganan di atas
Kerusakan ikan ditandai dengan adanya lendir di permukaan ikan, insang memudar (tidak merah), mata tidak bening, berbau busuk, dan sisik mudah terkelupas. Ikan dari perairan pantai sering kali tercemar oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus
yang dapat
menular pada saat transportasi maupun pemasaran. Bakteri sering mengkontaminasi produk perikanan umumnya merupakan bakteri Vibrio vulnificus dan V. Cholerae. Menurut Badan Penga- wasan Obat dan Makanan, cemaran bakteri Vibrio sp. dalam produk pangan harus negatif, artinya tidak boleh ada. Bakteri patogen lainnya adalah yaitu Proteus morganii, Klebsiella pneumoniae, dan Hafnia alvei. Tiga spesies bakteri tersebut sering mencemari ikan laut dari famili Scombroidei yang banyak terdapat di perairan Indonesia.
Kasus keracunan histamin pada mulanya lebih dikenal sebagai keracunan scombroid karena me- libatkan ikan dari famili Scom- broidei, yaitu tuna, bonito, tongkol, mackerel, dan seerfish. Jenis ikan tersebut mengandung histidin bebas dalam jumlah be- sar pada dagingnya, yang pada kondisi tertentu dapat diubah menjadi histamin karena adanya aktivitas enzim histidine dekarbo- ksilase dari bakteri yang men- cemari ikan tersebut. Gejala
keracunan histamin dimulai bebe- rapa menit sampai beberapa jam setelah ikan dikonsumsi.
Beberapa jenis ikan mengandung racun secara alami. Ikan-ikan tersebut digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu : (1) Ciguatera; (2) Pupper Fish; dan Paralytic Shellfish Poisoning. Keterangan mengenai kelompok ikan ini sudah dijelaskan pada bab 3
18.1.2 Bahaya Kimiawi
Bahaya kimia pada umumnya disebabkan oleh adanya residu atau bahan kimia yang dapat menimbulkan terjadinya intok- sikasi. Bahan kimia penyebab keracunan diantaranya logam be- rat (timbal/Pb dan raksa/Hg). Cemaran-cemaran tersebut bera- sal dari cemaran industri, residu pestisida, hormon, dan anti- biotika. Terbentuknya toksin aki- bat pertumbuhan dan perkem- bangan jamur atau ka-pang penghasil toksin jugaz termasuk dalam bahaya kimia. Beberapa jamur atau kapang penghasil tok- sin (mikotoksin) adalah Asper- gillus sp., Penicllium sp., dan Fu - sarium sp., yang dapat meng- hasilkan aflatoksin, patulin, okrato ksin, zearalenon, dan okratoksin.
18.1.3 Bahaya Fisik
Bahaya fisik terdiri potongan ka- yu, batu, logam, rambut, dan kuku yang kemungkinan berasal dari bahan baku yang tercemar, peralatan yang telah aus, atau juga dari para pekerja pengolah Bahaya fisik terdiri potongan ka- yu, batu, logam, rambut, dan kuku yang kemungkinan berasal dari bahan baku yang tercemar, peralatan yang telah aus, atau juga dari para pekerja pengolah
18.2 Sumber Kontaminasi
18.2.1 Lokasi tempat hidup.
Titik awal rantai penyediaan pa- ngan berasal dari ladang/ sawah, kandang, kolam atau perairan umum lainnya. Manajemen atau tata laksana pemeriharaan tana- ma, ternak, dan ikan akan me- nentukan kualitas bahan pangan yang dihasilkan. Kondisi ling- kungan di sekitar lokasi budidaya dapat mempengaruhi kualitas dan keamanan produk pangan yang dihasilkan. Cemaran bahan kimia atau cemaran biologi dari lingkungan lokasi budidaya akan terbawa dalam bahan pangan yang dihasilkan. Kualitas pakan / pupuk yang diberikan harus jelas jenis dan asalnya, dan disimpan dengan baik. Kelembapan yang cukup tinggi di Indonesia menye- babkan jamur mudah tumbuh dan menghasilkan mikotoksin seperti aflatoksin yang cukup berbahaya bagi kesehatan manusia.
Cemaran pestisida pada lingku- ngan, air, tanah, dan pada ta- naman atau hijauan pakan akan mempengaruhi bahan pangan yang dihasilkan. Residu pestisi-
da, residu obat, terutama antibi- otik, merupakan masalah dalam keamanan bahan pangan. Pema- kaian antibiotik yang berlebihan tanpa memperhatikan anjuran pe- makaian yang disarankan menye- babkan adanya residu antibiotika dalam produk yang dihasilkan. Selain residu kimia, perlu diwas padai pula penyakit zoonosis yang dapat menular dari hewan ke manusia melalui pangan asal ternak, baik zoonosis bakteri, virus, parasit maupun zoonosis yang disebabkan oleh prion se- perti Bovine Spongiform Encepha lopathy (BSE) atau yang dikenal sebagai penyakit sapi gila. Mere- baknya BSE di beberapa negara beberapa tahun yang lalu menye- babkan Pemerintah Indonesia Indonesia melarang impor produk ternak dan olahannya dari negara yang pernah terjangkit penyakit sapi gila. Produk olahan yang dilarang termasuk yang digu- nakan sebagai pakan ternak adalah tepung tulang.
Bakteri merupakan penyebab utama penyakit yang ditularkan dari ternak ke manusia melalui pangan, antara lain Salmonella sp., Bacillus wjwlie yanthracis, Mycobacterium tuberculose, dan Brucella abortus. Bakteri tersebut menyerang ternak saat di kan- dang, yang kemudian dapat me- nular ke manusia karena peme- liharaan dan proses panen yang tidak higienis, seperti pemoto- ngan ternak dan pemerahan susu.
Dalam kandang penggemukan, sapi harus berdiri di kandang Jaminan keamanan pangan di yang alasnya becek dan hitam
tingkat industri umumnya lebih karena berasal dari kotoran sapi.
baik dibanding di tingkat peter- Pada saat di bawah ke rumah
nak, dan banyak industri pengo- potong, sekujur tubuh sapi sudah
lahan produk peternakan telah diselimuti kotoran yang menge-
Hazard Analysis ring. Selama di RPH, sapi berde-
menerapkan
Critical Control Points (HACCP), sakan sehingga sapi tersebut meskipun beberapa industri susu akan menularkan E. Coli ke sapi
pasteurisasi belum menerapkan- lainnya (Winarno, 2003).
nya. HACCP merupakan sistem manajemen keamanan pangan
Pengolahan tidak selalu dapat berdasarkan prinsip pencegahan menghilangkan bakteri yang dengan cara memberikan kesa- mencemari produk ternak saat di
daran atau pengertian kepada peternakan atau pada saat pa-
berbagai pihak yang terlibat bah- nen. Spora bakteri antrak yang
wa bahaya dapat timbul pada mencemari susu tidak dapat di-
setiap titik atau tahapan produksi, hilangkan dengan pasteurisasi. dan pengendalian dimaksudkan Pencemaran dapat dicegah de-
untuk mengontrol bahaya terse- ngan penerapan cara beternak but. Kunci utama HACCP adalah yang baik (good farming practi-
antisipasi bahaya dan identifikasi ces) dan penanganan hasil pa-
titik pengawasan mulai dari ba- nen yang baik pula.
han baku hingga produk siap di- pasarkan. Pengawasan mutu pangan berdasarkan prinsip
pencegahan diyakini lebih unggul Pada dasarnya pengolahan ba-
18.2.2. Industri Pangan
dibanding cara konvensional han pangan bertujuan untuk yang menekankan pada inspeksi mempertahankan kualitas produk
atau pengujian produk akhir di pangan serta memperpanjang laboratorium. Badan Standarisasi masa simpan, meningkatkan ra-
Nasional (BSN) telah melakukan sa, penampilan dan nilai jual. adaptasi konsep HACCP menjadi
Pengolahan juga dimaksudkan SNI 01-4852-1998 beserta pedo- untuk ddapat mempertahankan man penerapannya (Badan Stan- keamanan produk karena per-
darisasi Nasional 1998). Di Indo- tumbuhan mikroba dihambat se-
nesia, penanganan produk pa- perti halnya susu pasteurisasi. ngan di tingkat pengecer masih Pasteurisasi tidak membunuh perlu mendapat perhatian, teru- mikroba yang ada, tetapi hanya
tama di pasar tradisional. Di menghambat pertumbuhannya, pasar tersebut, bahan pangan dan susu harus disimpan pada
diperdagangkan dengan diletak- suhu di bawah 4 o C. kan di atas meja tanpa dilengkapi diperdagangkan dengan diletak- suhu di bawah 4 o C. kan di atas meja tanpa dilengkapi
jadi korban pasar swalayan yang telah meng-
b. Keracunan hot dog dan da- gunakan fasilitas pendingin.
ging potong di AS pada tahun 1998 yang tercemar Listeria
Jumlah mikroba yang cukup telah menyebabkan kematian tinggi dan jenis mikroba berbaha-
15 orang dan 6 kandungan ya pada bahan pangan yang
yang keguguran. Peristiwa ini dijual di pasar tradisional cukup
menyebabkan industri hot dog mengkhawatirkan, terlebih lagi
dan daging potong terpaksa bila pemotongan dilakukan di pa--
menarik kembali (recall) pro- sar tradisional. Beberapa peda-
duknya sebanyak 7.5 juta kg. gang di pasar tradisional juga
c. Infeksi biji almond oleh mikro- dilaporkan menggunakan forma-
ba Salmonella telah meracuni lin sebagai pengawet agar ayam
160 warga di Kanada tetap kelihatan segar, padahal formalin digolongkan sebagai ba- han berbahaya. Dalam Peraturan
18.2.3 Bahan pangan
Menteri Kesehatan No 722/- Bahan pangan yang semula am- Menkes/Per/ IX/88 disebutkan an dikonsumsi bisa menjadi ber- bahwa formalin dilarang diguna-
bahaya untuk dikonsumsi. Bebe- kan sebagai pengawet bahan pa-
rapa peristiwa keracunan mem- ngan. Penggunaan formalin se-
perlihatkan bahwa perlu sikap bagai pengawet pangan seperti
hati-hati dan cermat dalam me- tahu, mi basah, dan bakso sem-
nyiapkan pangan. pat menjadi isu nasional yang mempengaruhi kehidupan rakyat
Masih banyak masyarakat yang banyak.
kurang memerhatikan kebersihan tempat masak karena kesadaran
Dalam industri besar, bila terjadi dan pemahaman akan keamanan kegagalan proses produksi akan
pangan masih rendah. Walaupun berpengaruh sangat besar kare-
bahan pangan yang digunakan na banyak orang yang akan men-
cukup baik dan sehat, perilaku jadi korban. Beberapa contoh be-
yang salah dalam mempersiap- rikut ini dapat memberikan gam-
kan pangan akan mempengaruhi baran akan hal tersebut :
keamanan pangan.
a. Keracunan es krim yang terjadi di AS tahun 1994 yang
Kasus tersebut sebenarnya dapat disebabkan tercemarnya ’pre-
dicegah bila beberapa hal yang mix’ es krim oleh beberapa te-
sederhana tetapi mendasar diper- tes cairan telur mentah yang
hatikan pada saat mempersiap- busuk yang mengandung kan pangan untuk disantap. Salmonella enteritidis menye-
Pada tahun 1990, WHO menge- Penyemprotan pestisida yang se- luarkan anjuran atau aturan cara
ring dilakukan oleh beberapa pe- mempersiapkan pangan yang ngolah untuk mencegah pertum- aman, yang intinya adalah meng-
buhan bakteri pembusuk membe- hindarkan pangan dari kontami-
rikan hasil nyata, namun disisi nasi mikroba patogen dan men-
lain meningkatkan potensi baha- cegah mikroba berkembang biak.
ya berupa terakumulasi senyawa kimia yang berasal dari pestisida.
18.2.4 Distribusi
Distribusi dan transportasi meru-
18.2.6 Pemasaran
pakan salah satu mata rantai da- Pemasaran juga dapat menjadi lam penanganan pangan. Trans-
sumber kontaminasi. Bahan pa- portasi dapat berlangsung dari lo-
ngan dan produk olahannya yang kasi budidaya atau penangkapan
dipasarkan secara terbuka akan ke lokasi industri, pasar, peda-
mengalami rekontaminasi selama gang pengecer, atau konsumen
dipasarkan (Gambar 18.2). Tek- akhir. Selama proses transpor-
nik penyajian yang mencampur- tasi besar kemungkinan terjadi kan antara bahan pangan segar rekontaminasi, terutama bahan dengan kurang segar memung- pangan yang mudah mengalami
kinkan terjadinya kontak antara penurunan mutu.
bahan pangan dengan sumber pencemar.
Rekontaminasi yang mungkin ter- jadi adalah rekontaminasi oleh
18.3. Penyakit akibat cemaran
mikroba, baik patogen dan pem-
patogen
busuk, terutama apabila trans- Istilah Foodborne disease sudah portasi tidak dilengkapi fasilitas
sering didengar. Istilah ini meru- pendingin. Tanpa fasilitas pendi-
pakan penyakit yang diakibatkan nginan, mikroba akan tumbuh karena mengkonsumsi pangan dan berkembang pesat sehingga
yang tercemar mikroba patogen. jumlah populasinya akan menca-
Lebih dari 90% kejadian penyakit pai tingkat yang berbahaya bagi
pada manusia disebabkan meng- kesehatan manusia.
konsumsi pangan yang tercemar mikroba patogen, seperti penyakit
tipus, disentri, botulisme, dan in- Selama penyimpanan, bahan pa-
18.2.5 Penyimpanan
toksikasi bakteri lainnya seperti ngan juga dapat mengalami pro-
hepatitis A (Winarno 1997). ses penurunan mutu. Kondisi lingkungan wadah penyimpanan
Pertumbuhan mikroba terjadi da- dapat memacu pertumbuhan mi-
lam waktu singkat. Bila kondisi kroba.
lingkungan mendukung, bakteri mampu membelah diri menjadi dua individu baru setiap 20 menit.
Kondisi lingkungan yang berpe- tanda-tanda perubahan atau ke- ngaruh terhadap pertumbuhan rusakan fisik (bau busuk kurang dan perkembangan mikroba an-
nyata) sehingga bahan pangan tara lain tersedianya nutrisi, pH,
tetap dikonsumsi. Kondisi seperti suhu, dan kadar air bahan pa-
ini yang dapat menyebabkan ter- ngan.
jadinya keracunan pangan, teru- tama bagi masyarakat yang tidak
Mikroba pembusuk akan mengu- mampu membedakan bahan pa- bah pangan segar menjadi busuk
ngan yang aman untuk dikon- bahkan dapat menghasilkan tok-
sumsi dan sudah tidak aman di- sin (racun). Kadang-kadang ba-
konsumsi.
han pangan tidak menunjukkan
Gambar 18.2. Teknik pemasaran ikan secara terbuka memungkinkan terjadinya rekontaminasi
Kebiasaan buruk masyarakat dapat menjamin apakan bagian adalah membuang bagian yang
tersebut tidak terkontaminasi oleh busuk dari bahan pangan dan mikroba pembusuk atau produk
mengkonsumsi bagian lainnya. metabolitnya.
Beberapa pasar swalayan berani menjual bagian yang tidak busuk
Saluran pencernaan manusia tersebut. Tindakan ini cukup ber-
merupakan sistem yang terbuka. bahaya, karena tidak ada yang
Apabila mikroba patogen yang Apabila mikroba patogen yang
ba patogen yang ikut termakan menyebabkan gejala penyakit yang disebut keracunan atau intoksikasi. Gejala akut yang di- sebabkan oleh mikroba patogen ini adalah diare, muntah, dan pusing-pusing bahkan pada kon- disi yang parah dapat menyebab- kan kematian.
Aflatoksin merupakan mikotoksin yang dihasilkan oleh A. flavus atau A.parasiticus dan bersifat hepatokarsinogen. Mikotoksin ini banyak dijumpai pada produk serealia dan produk ikan kering yang masih basah. Apabila ter- makan dan terakumulasi dalam jumlah yang berlebihan, aflatok- sin dapat menyebabkan kerusa- kan hati pada manusia. Sama halnya dengan aflatoksin, hista- min yang merupakan racun dari produk perikanan akibat cemaran mikroba patogen. Bakteri pato- gen tersebut merombak histidin yang terdapat pada daging ikan menjadi histamin yang dapat me- nyebabkan keracunan. Gejala ke- racunan histamin dimulai bebera- pa menit sampai beberapa jam setelah pangan dikonsumsi, an- tara lain berupa sakit kepala, kejangkejang, diare, muntah- muntah, kulit bergaris merah,
pembengkakan pada bibir, dan kerongkongan terasa terbakar. Gejala ini umumnya berlangsung kurang dari 12 jam dan dapat dio- bati dengan terapi antihistamin.
Upaya yang dapat dilakukan un- tuk mencegah keracunan hista- min adalah dengan membuang daging yang berwarna merah, terutama pada ikan tongkol dan tenggiri. Dalam keadaan segar, daging berwarna merah ini sa- ngat disukai. Namun bila ikan sudah tidak segar, bagian daging ini dapat berubah menjadi be- racun.
Patogen bawaan dari bahan pa- ngan seperti Clostridium botuli- num mampu bertahan pada suhu tinggi. Patogen ini banyak dijum- pai pada pangan yang diproses dengan teknik pengalengan. C. botulinum ini sangat berkaitan dengan penyakit ekstraintestinal akut, yang dapat menyebabkan sindrom neuroparalisis dan sering kali berakibat fatal. Penyakit eks- traintestinal juga dapat disebab- kan oleh cemaran Listeria mono- cytogenes yang menyebab-kan penyakit ringan seperti flu hingga penyakit berat seperti maningitis. Kedua patogen ini banyak dijum- pai pada produk hewani.
Dalam jumlah sedikit E. coli tidak menimbulkan bahaya, namun da- lam jumlah besar baru menimbul- kan masalah. Patogen ini dikenal sebagai penghasil verotoksin yang umumnya dapat mengaki- Dalam jumlah sedikit E. coli tidak menimbulkan bahaya, namun da- lam jumlah besar baru menimbul- kan masalah. Patogen ini dikenal sebagai penghasil verotoksin yang umumnya dapat mengaki-
mencemari keju yang digunakan pat menyebabkan uremia hemoli-
untuk membuat chesseburger. tik, yang ditandai dengan trom-
Akibat pencemaran tersebut, 73 bositopenia, anemia hemolitik, 000 penduduk mengalami sakit dan gagal ginjal akut terutama
karena keracunan dan beberapa pada anak-anak.
diantaranya meningga, terutama anak-anak.
Salmonelosis merupakan penya- kit yang diakibatkan oleh cemar-
18.4. Pencegahan Cemaran
an Salmonella dan dapat menye-
Patogen
babkan rematik, meningitis, ab- Untuk mengatasi kerugian yang ses limpa, pankreatitis, septike-
diakibatkan oleh pencemaran mi- mia, dan osteomielitis. Salmo-
kroba, sebaiknya dilakukan upa- nella banyak dijumpai pada ba-
ya pencegahan. Upaya untuk han pangan yang sudah mem-
mencegah cemaran mikroba pa- busuk.
da bahan pangan dapat dilaku-- kan dengan memahami terlebih Kasus ’jack in the box’ yang dahulu mengenai interaksi antara menghebohkan telah terjadi di AS
bahan pangan dengan aktivitas pada tahun 1992. Peristiwa manusia (Gambar 18.3).
Gambar 18.3. Mikroba pada bahan pangan dan dampaknya pada kesehatan manusia
Sumber : Rahayu 2006
Jaringan bahan pangan melibat- agar masa simpannya lebih lama kan berbagai pihak yang saling
atau mengolah bahan pangan berinteraksi, yaitu produsen/pe-
menjadi produk pangan yang siap ngolah, distributor, pengecer/food
dikonsumsi. Dalam menghasil- service dan konsumen. Dalam
kan bahan pangan, produsen dan jaringan bahan pangan tersebut,
pengolah diharapkan dapat me- setiap individu mempunyai peran
nerapkan cara-cara berproduksi yang penting dalam menjaga ke-
yang baik (good manufacture amanan pangan.
practices) sehingga produk yang dihasilkan aman dan sehat
Produsen (terdiri dari petani, pe-
dikonumsi.
ternak, nelayan) merupakan sum- ber bahan pangan. Pengolah de-
Distributor memiliki peran dalam ngan teknologi yang dimiliki akan
memindahkan bahan pangan dari mengawetkan bahan pangan satu tempat ke tempat lain.
Distributor juga memiliki peran peranan pengecer (pedagang) sebagai penyimpan bahan pa-
atau food service (rumah makan, ngan untuk digunakan diwaktu la-
pengusaha jasa boga, restoran, in.
warung makan dan sebagainya).
Selanjutnya bahan pangan akan sampai ke konsumen melalui
Produsen Pengecer
Distributor Konsumen
Pengolah Food Service
Gambar 18.4. Jaringan Bahan Pangan
Sumber : digambar ulang dari Djaafar dan Rahayu, 2007
Dalam jaringan bahan pangan, ting peranannya bagi pertumbu- pemerintah berperan sebagai han, kesehatan, dan peningkatan penentu kebijakan yang berkaitan
kecerdasan masyarakat. dengan keamanan pangan serta mengawasi pelanggaran atau pe-
Keamanan bahan pangan harus nyalahgunaan peraturan yang su-
diperhatikan mulai dari tahap dah ditetapkan. Berdasarkan budidaya hingga pangan tersebut peran tersebut, Pemerintah telah
siap disantap. Penerapan sistem mengeluarkan Undang-Undang keamanan pangan pada setiap No. 7 tahun 1996 yang menyata-
tahap produksi harus dilakukan kan pangan yang beredar harus-
dengan baik agar pangan yang lah tidak membahayakan konsu-
dikonsumsi benar-benar aman men. Undang-undang tersebut (Gambar 18.5). diikuti dengan Peraturan Peme- rintah nomor 28 tahun 2004 Pada tahap kegiatan budidaya tentang keamanan, mutu, dan atau penangkap ikan perlu gizi pangan. Pangan yang aman,
diterapkan Good Farming Practi- bermutu, dan bergizi sangat pen-
ces (GFP) atau Good Catching
Practices (GCP). Selanjutnya pa- diperlukan, dan pada tahap dis-
da tahap pascapanen dilakukan tribusi harus diterapkan Good Good Handling Practices (GHP).
Distribution Practices (GDP) agar Begitu pula pada tahap pengo-
produk pertanian maupun pangan lahan, penerapan Good Manu-
sampai ke konsumen dalam kea- facture Practices (GMP) sangat
daan aman.
Gambar 18.5. Skema penerapan sistem keamanan pangan pada setiap tahapan produksi Sumber : Djaafar dan Rahayu, 2007
Tahapan-tahapan tersebut telah praktek budidaya maupun dilaksanakan oleh industri pengo-
pengoolah lahan pangan untuk lahan pangan berskala besar. meningkatkan keamanan pa- Akan tetapi, untuk industri kecil
ngan.
dan skala rumah tangga, taha- pan-tahapan tersebut belum di-
Pencegahan cemaran juga dapat laksanakan. Apabila sistem atau
dilakukan memperhatikan bebe- peraturan tentang sanitasi dan rapa hal yang dianggap perlu higiene bahan pangan telah dite-
dalam mempersiapkan pangan rapkan dengan baik maka perat-
yang aman untuk disantap uran tersebut dapat digunakan
(Murdiati, 2006), yaitu: sebagai dasar dalam melakukan
1. Memasak bahan pangan mentah, dan hendak memper- secara merata dengan suhu
siapkan pangan yang lain. minimum 70 o
Juga apabila proses pengo- ngan yang disimpan beku
C. Bahan pa-
lahan harus terhenti karena sebaiknya dicairkan terlebih
pekerjaan lain. dahulu agar proses pemasa-
7. Menghindarkan pangan dari kan berlangsung secara sem-
serangga, tikus atau hewan purna.
lain yang kemungkinan mem-
2. Segera mungkin untuk meng- bawa mikroba patogen. Pa- konsumsi pangan setelah di-
ngan sebaiknya disimpan da- masak. Apabila pangan ter-
lam wadah tertutup. paksa dipersiapkan sebe-
8. Usahakan tidak mencampur lumnya (4 −5 jam lebih awal),
dan mengolah sisa pangan pangan disimpan panas pada
dengan pangan yang baru, suhu 60 o
C atau disimpan di- terutama bahan pangan asal ngin pada suhu sekitar 10 o C. ternak, karena dapat menjadi
3. Jangan menyimpan pangan sumber mikroba yang dapat yang masih panas dalam jum-
menyebabkan penyakit. lah banyak dalam pendingin
9. Membeli bahan pangan yang karena bagian tengah pangan
segar. Bahan pangan asal tidak dapat menjadi dingin
ternak yang dijual tanpa fasi- sehingga mikroba tetap dapat
litas pendingin mudah terce- berkembang biak.
mar oleh mikroba pembusuk.
4. Memanaskan kembali pangan Apabila tidak memungkinkan olahan atau pangan yang disi-
membeli produk segar, seba- mpan karena proses pe-
iknya membeli produk yang nyimpanan hanya dapat me-
sudah diolah. nghambat pertumbuhan bak-
10. Menggunakan air yang bersih teri, tidak mematikan bakteri.
untuk mengolah pangan. Air
5. Menghindarkan kontak antara untuk mengolah pangan sa- pangan mentah dengan pang-
ma pentingnya dengan air an yang sudah diolah dan pe-
untuk minum. Bila meng- ralatan yang digunakan. Mi-
gunakan air yang tercemar salnya pisau untuk memotong
akan menyebabkan pangan daging mentah tidak diguna-
yang diolah juga menjadi kan untuk memotong daging
tercemar.
yang sudah diolah secara bersamaan.
6. Biasakan untuk mencuci ta- Walau sepuluh anjuran tersebut ngan sebelum mengolah pa-
ditujukan untuk mempersiapkan ngan dan setiap ganti tahap-
semua jenis pangan, apabila an, terutama setelah memper-
diperhatika terutama sangat pen- siapkan daging atau ayam ting dalam mempersiapkan pro-
duk pangan dari bahan pangan asal ternak. Agar anjuran dalam kese- puluh golden rules tersebut mu- dah dipahami oleh konsumen dan dalam upaya meningkatkan kesa- daran masyarakat, WHO membu- atnya lebih ringkas menjadi five keys to safe food (lima kunci untuk keamanan pangan). WHO juga menuangkannya dalam ben- tuk poster agar mudah di-me- ngerti oleh masyarakat konsu- men terutama yang memper- siapkan pangan di dapur. Lima kunci keamanan pangan tersebut memuat pokok aturan yang intinya ada dalam golden rules. Poster tersebut telah diterjemah- kan dalam 25 bahasa termasuk bahasa Indonesia. Kelima kunci tersebut adalah: 1) menjaga kebersihan, 2) mejaga jsaga misahkan pangan mentah dan pangan yang sudah matang, 3) memasak pangan dengan benar,
4) menjaga pangan pada suhu aman, dan 5) menggunakan air dan bahan baku yang aman.
18.5 Manajemen Keamanan Pangan
Untuk meningkatkan daya saing dalam perdagangan global, diper- lukan penguasaan standar yang dapat diterima oleh semua ne- gara yang terlibat didalamnya. Standar keamanan pangan yang Sudah dapat diterima oleh hampir semua negara di dunia telah di- keluarkan oleh Codex Alimenta- rius Commission (CAC), yaitu
komisi yang didirikan oleh Orga- nisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food Agriculture Organization (FAO) dan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Pe- nyusunan standar dalam CAC melibatkan beberapa komite yang anggotanya adalah anggota FAO dan WHO (Food Agriculture Or- ganization/ World Health Organi- zation 2000). Codex Committee melakukan sidang secara berkala untuk menetapkan standar, atur-n ode of practice), dan pedoman (guidelines) dalam bidang pa- gan.
Sebagai negara penghasil bahan pangan, Indonesia juga telah memunyai standar nasional ya-ng berkaitan dengan keamanan pangan, yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar ini diantaranya memuat bagaimana memproduksi bahan pangan ya- ng benar, bagaimana mengukur cemaran, dan menyajikan batas maksimum cemaran yang diper- kenankan. Standar ini diharapkan dapat memberikan jaminan kea- manan produk pangan Indonesia.
Sejumlah kebijakan dan peratur- an, baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah, surat ke- putusan menteri serta perangkat lainnya. Peraturan Pemerintah No 22 tahun 1982 tentang kesehatan masyarakat veteriner merupakan salah satu perangkat dalam pelaksanaan Undang- Undang No 6 tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pe- ternakan dan Kesehatan Masya- rakat Veteriner. Keamanan pa- ngan juga merupakan bagian penting dalam Undang-Undang Pangan No 7 tahun 1996. Di samping itu juga telah ada Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang dapat menjadi landasan hukum bagi pemberdayaan dan perlindungan konsumen dalam memperoleh haknya atas pangan yang aman.
Keamanan pangan juga meliputi bahan pangan hasil rekayasa genetik atau genetic modified organism (GMO). Sebagian ma- yaakat merasa khawatir bahwa gen yang dimodifikasi akan me- yeabkan alergi, keracunan atau penurunan nilai gizi.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam menentukan keamanan pangan adalah kehalalan. Ini penting terutama bagi bahan pangan yang berasal dari ternak. Untuk mendapatkan jaminan kea- manan pangan, banyak hal yang perlu diperhatikan karena banyak pihak yang terlibat. Pembahasan unsur-unsur yang terlibat dalam menciptakan jaminan keamanan pangan diharapkan dapat mem- berikan gambaran kontribusi pi- ak yang terkait dalam mem- peroleh jaminan keamanan pa- ngan.
Sebagai negara berkembang, In- donesia mengalami kesulitan un-
tuk menerapkan standar nasional yang ditetapkan oleh Codex. Ten- tu saja ini menyulitkan Indonesia dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) yang memiliki stan- dar berdasarkan Codex.
Indonesia memiliki SNI yang me- ngacu ke standar yang ditetapkan Codex. Berdasarkan kesepaka- tan Sanitary and Phytosanitary (SPS), setiap negara diperkenan- kan menentukan standarnya ma- sing-masing. Standar Codex bo- leh tidak digunakan apabila hal tersebut tidak memenuhi kepen- tingan perlindungan kesehatan nasional yang diinginkan. De- ngan kata lain, penyesuaian stan- dar tersebut dilakukan berdasar- kan kondisi setempat namun te- tap harus memiliki dasar ilmiah yang kuat dan proses dan hasil- nya dapat dipertanggungjawab- kan.
Sebagai standar yang ditetapkan sendiri, SNI sudah diinformasikan (notification) ke negara lain, khu- susnya yang memiliki hubungan kerjasama perdagangan.
Untuk mengontrol penerapan ma- najemen keamanan pangan, International and Standardisation Organization (ISO) telah menge- uran standar manajemen ke- amanan pangan beserta petun- juknya, yaitu :
a. ISO 22000 Food Safety
Management System; Management System;
ce on the application of ISO 22000-2005.
Untuk mempertahankan hubung- an kerjasama dengan sesame anggota Codex, setiap Negara memiliki Codex country point atau National Food Codex. Indonesia memiliki Codex Pangan Indone- sia yang beranggotakan perwak- ilan instansi pemerintah, lembaga penelitian, industri, asosiasi pro- dusen dan konsumen, serta pakar dibidang terkait. Codex Pangan Indonesia dibentuk ber- dasarkan kesepakatan instansi pemerintah yang memiliki kewe- nangan dalam bidang keamanan pangan dan perdagangan pa- ngan. Adapun tugas pokoknya adalah mengidentifikasi, memba- has, dan menetapkan kebijakan serta posisi Indonesia di forum CAC.
18.5.1 Penerapan Jaminan Keamanan
Penerapan peraturan yang ber- kaitan dengan keamanan pangan secara benar terbukti mampu meningkatkan keamanan pangan serta dapat mengurangi cemaran fisik, kimiawi, atau biologis dalam bahan pangan.
Kerjasama antara Badan Penguji- an Obat dan Makanan (BPOM) bekerjasama dengan instansi ter- kait membentuk Sistim Keaman- an Pangan Terpadu (SKPT) atau Integrated Food Safety System
(IFSS) dengan konsepnya from farm to table.
SKPT memiliki tiga jejaring, yaitu
a) jejaring intelijen pangan. Yang menghimpun informasi kegiatan pengkajian resiko keamanan pangan dari lembaga terkait lainnya, misalnya inspeksi dan riset keamanan pangan; b) jejaring pengawasan pangan, merupakan jejaring kerjasama antar lembaga dalam pengawas- an pangan, misalnya dalam stan- darisasi dan legalisasi pangan; dan c) jejaring promosi keaman- an pangan yang mempunyai ke- giatan antara lain promosis ke- amanan pangan, pendidikan, pe- latihan, serta penyuluhan kea- manan pangan kepada industri, konsumen, dan semua pihak yang terkait dengan keamanan pangan.
Departemen yang terkait dalam pembentukan SKPT adalah De- partemen Kesehatan, Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, Ke- lautan dan Perikanan, Pendidikan Nasional, pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga pe- nelitain, laboratorium swasta dan pemerintah, asosiasi industri dan perdagangan, badan Standarisasi Nasional, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
18.5.2 Analisis Risiko dalam Keamanan Pangan
Sebelum membicarakan menge- nai analisis resiko dalam keama- nan pangan, ada baiknya dipaha- Sebelum membicarakan menge- nai analisis resiko dalam keama- nan pangan, ada baiknya dipaha-
Menurut Murdiati (2006), risiko dalam keamanan pangan dapat
18.5.2.1 Penilaian Risiko
diartikan sebagai suatu kemung- Adapun yang dimaksud dengan kinan terjadinya gangguan kese-
penilaian risiko adalah evaluasi hatan dalam pangan.
yang dilakukan secara ilmiah terhadap gangguan kesehatan
Analisis resiko telah dijadikan da- pada manusia sebagai akibat sar dalam penentuan keamanan
mengkonsumsi bahan berbahaya pangan. Penentuan ini didasar-
dalam pangan. Untuk melakukan kan pada pertimbangan bahaya
penilaian secara baik, diperlukan yang ada, pengaruh bahaya da-
data dan informasi yang dapat lam jangka pendek atau panjang
menjelaskan hubungan antara bagi kesehatan masyarakat, pe-
bahaya dan risiko terhadap ngendalian untuk mengurangi re-
kesehatan manusia. siko yang timbul, dan cara tepat untuk menyampaikan informasi Penilaian risiko dapat dibagi kepada pihak terkait.
menjadi empat langkah, yaitu :
Risiko keamanan pangan dipe-
a) Identifikasi bahaya yang ngaruhi oleh pengendalian yang
mungkin ada dalam pangan dilakukan di sepanjang rantai
dan risiko yang mungkin di- penanganan atau pengolahan,
timbulkan
mulai dari lokasi budidaya atau
b) Karakterisasi bahaya, yaitu penangkapan, transportasi, In-
evaluasi secara kualitatif dan dustri, hingga ke konsumen. Pi-
kuantitatif terhadap kemung- hak pemerintah yang memiliki
kinan risiko yang mungkin kewenangan untuk menerbitkan
timbul oleh bahaya yang telah peraturan dan perundangan juga
diidentifikasi
akan berpengaruh terhadap risiko
c) Evaluasi pemaparan bahaya, yang mungkin terjadi.
yaitu evaluasi secara kulitatif dan kuantitatif kemungkinan
Analisis risiko merupakan suatu terpaparnya manusia oleh ba- proses yang terus menerus dikaji
haya tersebut karena konsu- dan diulang. Analisis risiko dike-
msi, dan kemungkinan ada- lompokkan menjadi tiga, yaitu : 1)
nya bahaya dalam pangan penilaian risiko (risk assessment);
yang dikonsumsi
d) Karakterisasi risiko, adalah nagement); dan 3) komunikasi
2) manajemen risiko (risk ma-
identifikasi risiko kesehatan risiko (Risk communication). Co-
ma-nusia yang ditimbulkan dex telah menyatakan bahwa
dari bahaya, perkiraan besar- standar, pedoman, dan rekomen-
nya risiko atau tingkat kepa- nya risiko atau tingkat kepa-
18.5.2.2 Manajemen Risiko
Adapun yang dimaksudkan de- ngan manajemen risiko adalah proses yang dilakukan dengan memperhatikan hasil penilaian ri- siko termasuk menentukan perlu tidaknya peraturan untuk mendu- kung kebijakan tersebut serta im- plementasi kebijakan yang diam- bil. Dalam manajemen risiko, perlindungan terhadap kesehatan manusia merupakan pertimbang- an paling utama.
Keluaran jangka panjang yang diharapkan dari manakemen risi- ko adalahadanya standar, pera- turan dan pedoman yang dapat digunakan sebagai perangkat gu- na mendapatkan jaminan ke- amanan pangan. Monitoring dan pengkajian ulang yang dilakukan terhadap keputusan yang diambil dilakukan secara konsisten untuk mengetahui efikasi dari imple- mentasi kebijakan yang dikeluar- kan. Manajemen risiko juga ha- rus menggunakan pendekatan yang terstruktur, dan keputusan maupun implementasinya dilaku- kan secara transparan.
Manajemen risiko juga harus merupakan suatu proses yang berkelanjutan dengan memperha- tikan data yang berasal dari eva- luasi maupun pengkajian ulang terhadap keputusan manajemen risiko. Jadi dengan kata lain, tahapan penting yang dilakukan
dalam manajemen risiko adalah evaluasi risiko, evaluasi pilihan, implementasi, dan monitoring dan kajian.
18.5.2.3 Komunikasi Risiko
Adapun yang dimaksud dengan komunikasi risiko adalah proses pertukaran informasi secara rutin dan berulang diantara individu, kelompok atau lembaga. Komu- nikasi yang dilakukan harus ber- sifat terbuka, interaktif dan tran- sparan. Karakterisasi risiko yang diperoleh dari penilaian risiko ser- ta pengendalian risiko atau kebi- jakan yang akan diimplemen- tasikan, harus dikomunikasikan agar semua pihak yang terkait dalam rantai pangan memperoleh informasi mengenai bahaya da- lam pangan dan tindakan yang harus dilakukan. Komunikasi ha- rus mengandung sifat mendidik dan melindungi konsumen, serta meningkatkan kesadaran konsu- men akan pentingnya keamanan pangan dan kemungkinan ba- haya yang ada dalam pangan.
Komunikasi risiko juga bertujuan memberi pengertian kepada pe- tani, nelayan atau peternak yang berperan sebagai titik awal rantai pangan. Komunikasi yang efektif dengan petani, nelayan atau peternak akan menentukan di- perolehnya jaminan keamanan pangan. Kerjasama dari semua pihak yang terkait akan menjamin tercapainya keamanan pangan (Tabel 18.1).
Tabel 18.6 Pembagian tanggungjawab diantara berbagai pihak yang
terkait dalam memberikan jaminan keamanan pangan
Pihak yang Tanggung jawab terkait
Pemerintah Menyediakan peraturan, undang-undang dan penegakan hukum. Bimbingan, pendidikan keamanan pangan, pengumpulan data dan Menyediakan dana penelitisan
Industri Menerapkan HACCP, Good Farming Practices, Good Handling Practices, Menerapkan jaminan mutu dan pengawasan mutu. Menyediakan prasarana yang memadai dan teknologi yang mendukung
Konsumen Pengetahuan tentang keamanan pangan. Penyimpanan, penyiapan dan pengolahan pangan yang benar. Penerapan higienis dan kebersihan serta sikap dan tindakan yang mendukung
Media
Komunikasi yang mendidik. Pemberitaan yang benar dan bertanggung jawab. Fasilitas komunikasi yang terbuka dan interaktif.
Sumber : Murdiati, 2006
18.6. Mutu Pangan
18.6.1 Standar Mutu Bahan
Mengkonsumsi produk pangan
Pangan
bermutu lebih menjamin kea- Standar mutu minimal bahan manan pangan. Oleh karenanya
pangan relatif sama, yaitu : konsumen perlu mengetahui
1) Bentuknya utuh mutu dari setiap bahan pangan.
2) Padat
Standar mutu pangan yang di-
3) Penampilan segar keluarkan oleh SNI dapat mem-
4) Layak dikonsumsi, tidak bantu konsumen untuk menen-
busuk atau rusak tukan mutu produk pangan yang
5) Bersih, bebas dari benda akan dibelinya.
asing yang tampak
6) Bebas dari kerusakan akibat Standar mutu bahan pangan me-
serangan hama dan/atau rupakan pedoman yang dapat
penyakit
digunakan untuk berbagai kebu-
7) Bebas dari memar tuhan, misalnya pemilihan bahan
8) Bebas dari kerusakan akibat pangan atau menghasilkan ba-
temperatur yang tidak han pangan berdaya saing ting-
sesuai
9) Bebas dari kerusakan akibat standar mutu, yaitu standar yang
gi. Indonesia telah memiliki
kelembaban ber-lebihan, dikeluarkan oleh Badan Stan-
kecuali pengem-bunan darisasi Nasional Indonesia atau
setelah pemindah-an dari SNI.
tempat penyimpa-nan dingin
10) Bebas dari bau dan rasa Materi mengenai analisis bahan
asing
pangan secara fisik, kimia, bio-
11) Memiliki tingkat perkem- logis, dan organoleptik dapat
bangan dan kematangan dipelajari dalam buku ini. Data
cukup
yang diperoleh dari hasil analisis tersebut dapat dibandingkan de-
18.6.2 Tahapan penentuan
ngan standar mutu yang telah
mutu
ditetapkan oleh SNI, sehingga akan diketahui mutu dari produk
18.6.2.1 Buah dan biji
pangan yang dihasilkan. Ada beberapa tahapan yang ha- rus diperhatikan dalam penen-
Beberapa contoh standar mutu tuan mutu buah, yaitu : dari bahan pangan yang umum
a) Pengambilan contoh akan disajikan. Pada bagian
Contoh diambil secara acak akhir dari bab ini, akan disam-
dari jumlah kemasan seperti paikan beberapa SNI yang
terlihat di bawah ini. Dari sebaginya dimiliki oleh siswa.
setiap kemasan diambil con- toh sebanyak 20 buah dari Suatu partai/lot buah segar setiap kemasan diambil con- toh sebanyak 20 buah dari Suatu partai/lot buah segar
da tinggi buah segar dari kemasan. Contoh diambil
seluruh contoh uji dengan secara acak dari jumlah ke-
menggunakan alat pengukur masan seperti pada data
diameter yang sesuai. Pisah- dibawah ini :
kan sesuai dengan keten-
1) Jumlah kemasan dalam tuan penggolongan yang di- partai/lot 1–5: contoh
nyatakan dalam standar. yang diambil 5.
c) Penentuan buah cacat dan
2) Jumlah kemasan dalam atau busuk : partai/lot 6–100: contoh
Hitung jumlah seluruh con- yang diambil 7.
toh uji, amati satu persatu
3) Jumlah kemasan dalam dari buah yang bersang- partai/lot 101–300: con-
kutan dari secara visual dan toh yang diambil 9.
organoleptik serta pisahkan
4) Jumlah kemasan dalam buah yang cacat/ busuk se- partai/lot 301–500: con-
suai dengan jenis cacat dan toh yang diambil 10.
batasan busuk sebagai beri-
5) Jumlah kemasan dalam
kut:
partai/lot 501–1000 : con- Î Cacat karena cuaca dan toh yang diambil semua.
mekanis yang rusak me- mar, luka pada kulit dan daging akibat tekanan,
Dari setiap kemasan yang di- benturan dan getaran; pilih secara acak diambil se-
Î Cacat fisiologis yaitu kurang-kurang-nya 3 kg ke-
buah yang tingkat kema- mudian dicampur. Untuk ke-
tangannya sudah berlan- masan dengan berat kurang
jut.
dari 3 bungkus harus diambil Î Cacat karena hama dan contoh sekurang-kurang-nya
penyakit yaitu buah yang dari dua kemasan. Dari jum-
sudah tercemar oleh se- lah buah yang terkumpul ke-
rangga dan patogen pe- mudian secara acak contoh
rusak.
sekurang-kurangnya 3 kg Î Buah dinyatakan busuk untuk diuji. Petugas pengam-
apabila pada daging/kulit- bil contoh harus yang meme-
nya telah terlihat pembu- nuhi persyarat, yaitu orang
sukan yang dapat diiden- yang telah berpengalama/te-
tifikasikan secara visual. lah dilatih terlebih dahulu dan
d) Penentuan kadar kotoran mempunyai ikatan dengan
Timbang seluruh contoh uji suatu badan hukum.
buah, amati secara visual
b) Penentuan ukuran diameter adanya kotoran yaitu semua Ukur setiap panjang garis
bahan yang bukan buah tengah yang tegak lurus pa-
seperti tanah, bahan organik seperti tanah, bahan organik
da bahan pangan segar/ terutama di bagian perut; b) Sirip berada pada kemasan yang
mengkilap dan masih menempel tampak secara visual. Pisah-
kuat pada tubuh sehingga sulit kan kotoran yang terdapat
dilepaskan; c) Sirip masih elas- pada bahan pangan segar
tis, bila ditarik atau dikembang- dan kemasan, seperti tanah,
kan maka sirip cenderung kem- potongan daun/benda lain
bali kebentuk semula; d) mata yang termasuk kotoran yang
tampak terang, jernih, menonjol menempel pada bahan pa-
dan cembung; e) Insang ber- ngan segar dan timbanglah.
warna merah sampai merah tua,
e) Penentuan
tertutup lendir, terang, dan Hitung jumlah seluruh contoh
kesegaran
lamella insang terpisah; f) bau uji bahan pangan, amati satu
segar spesifik jenis; g) daging persatu bahan pangan se-
berwarna putih cemerlang dan cara visual dan pisahkan ba-
masih menempel pada tulang; han pangan yang dinyatakan
dan h) bila tubuh ikan ditekan tidak segar yaitu dengan
dengan jari, maka tidak terlihat memperhatikan kondisinya.
bekas penekanan tersebut. Hitung jumlah satuan bahan pangan yang dinilai kurang segar dan hitung pula per-
18.6.2.3 Udang
sentase jumlah satuan ba- han pangan yang dinilai
Udang dikatakan bermutu baik kurang segar terhadap jum-
bila memiliki karakter sebagai lah seluruh contoh uji.
berikut : a) bau segar; b)
f) Penentuan adanya serangga Terkstur daging kenyal tetapi
hidup atau mati tidak lembek; c) karapas keras, Amati secara visual adanya
mengkilat dan tidak berlumut; d) serangga hidup atau mati pa-
tubuh ikan tidak lengket satu
da bahan pangan dan ke- dengan lainnya dan bila disentuh masan.
dengan jari tumpukan udang akan tumpah dan menyebar; e) karapas, kaki, ekor, dan kepala
18.6.2.2 Ikan
masih utuh; dan f) karapas bagian dalam kepala berwarna
Ikan dikatakan bermutu baik bila merah muda, bersih, dan cerah. kondisinya masih segar. Kese- garan ikan dapat dilihat dari : a) Kulitnya yang berwarna te-rang
18.6.2.4 Daging dengan warna spesifik ikan yang masih jelas dan jernih. Kulit
Ciri daging bermutu adalah se- masih kuat membungkus tubuh
bagai berikut : a) daging memiliki bagai berikut : a) daging memiliki
basahannya, namun tidak leng- bau asam atau busuk; c)elastis
ket di tangan.
dan tidak kaku, tidak lembek; d)
18.6.3 Standar Mutu bahan Pangan
18.6.3.1 Biji Kakao (SNI 01-2323-2000) Tingkat Mutu Karakteristik
I II Sub Standar
Jumlah biji/100 g 85-100 85-100 85-100 Kadar air %(b/b) maks
7.5 7.5 >7.5 Berjamur %(b/b) maks
3 4 >4 Tak Terfermentasi %(b/b) maks
3 8 >8 Berserangga, hampa, berkecambah, %(b/b)
3 6 >6 maks
Biji pecah, % (b/b) maks
33 3 Benda asing % (b/b) maks
00 0 Kemasan kg, netto/karung
18.6.3.2 Buah Durian (SNI 01-4482-1998) Karakteristik
Tingkat Mutu
I II III
Kerusakan
Tdk ada Tdk ada Cacat
Tdk ada
Ada Ada Berjamur %(b/b) maks
Tdk ada
3 4 >4 Rasa dan aroma
Baik Baik Baik Kekerasan daging
Keras/
Keras/ Keras/
Sedang sedang Kekerasan buah
Sedang
Segar Segar Segar Warna daging buah
Kuning Kuning Kuning Keseragaman
Seragam Seragam Seragam Perbandingan berat dengan biji
18.6.3.3 Buah manggis (SNI 01– 3211-1992) Karakteristik
Tingkat Mutu
Super
I II
Keseragaman Seragam Seragam Seragam Diameter
55-56 mm <55 mm Tingkat keseragaman
>65 mm
Segar Segar Segar Warna kulit
Hijau
Kemerahan Muda sampai
mengkilat merah Buah cacat atau busuk
0% 0% 0% Tangkai dan/atau kelopak
Utuh Utuh Utuh Kadar kotoran (b/b)
0% 0% 0% Serangga hidup atau mati
Tidak
Tidak ada Tidak ada
ada
Warna daging buah
Putih
Khas
Bersih khas
bersih
manggis manggis
putih
18.6.3.4 Buah Pepaya (SNI 01–4230– 1996) Kriteria penentuan jenis mutu buah pepaya Malang segar dinilai dari
tingkat ketuaan dimana jumlah strip berwarna jingga pada permukaan kulit buah yang berwarna hijau botol saat dipanen, kebenaran kultivar. Keseragaman ukuran berat, tingkat kerusakan, kebusukan dan kadar kotoran serta tingkat kesegaran.
Karakteristik Tingkat Mutu
I II III
1 strip strip warna jingga) Kebenaran kulrivar
Tingkat ketuaan warna kulit (jumlah
3 strip
2-3 strip
90% Keseragaman ukuran berat
Seragam Seragam
90% Keseragaman ukuran bentuk
Seragam Seragam
90% Buah cacat dan busuk
0% Kadar kotor
0% Serangga hidup/mati
0% Tingkat kesegaran
18.6.3.5 Tahu dan Mi Kering
Persyaratan Kriteria Uji
Tahu
Mi Kering
SNI 01-3142-1998
SNI 01-2974-1996
Keadaan :
Bau
Normal Rasa
Normal
Normal Warna
Normal
Putih/kuning
Normal tidak
berlendir/berjamur
Air % (b/b)
Maks 8 Abu % (b/b) Maks 1.0 Protein % (b/b) Min 9.0
Min 11 Lemak % (b/b) Min 0.5 Serat Kasar % (b/b) Maks 0.1 Bahan Tambahan Makanan % (b/b) Sesuai SNI 01-
Tidak boleh ada
0222-M dan Permenkes No. 722/Men.Kes/Per/ IX/1988
Boraks
Sesuai SNI 01- 022-1995
Pewarna Tambahan Cemaran logam mg/kg
Timbal
Maks 1.0 Tembaga
Maks 2.0
Maks 10.0 Seng
Maks 30.0
Maks 40.0 Timah
Maks 40.0
Maks 40/250*
Maks 0.05 Cemaran Arsen mg/kg Maks 1.0
Cemaran Mikroba
Angka Lempeng Total
Maks 1 x 10 4 Escherichia coli APM/g
Maks 10 Salmonella /25 g
Maks 10
Negatif
Kapang Koloni/g - Maks 1 x 10 4
Keterangan : * dikemas dalam kaleng
A B C Tulang dada
Sangat bengkok Tulang belakang
Lurus
Agak bengkok
Sangat bengkok Kaki dan Sayap
Lurus
Agak bengkok
Jelek Daging Baik, daging Agak baik,
Normal
Sedang
Tidak baik, dada, panjang
daging dada dan lebar
daging dada
kurus Lemak Menutup karkas Lemak cukup Lemak pada
cukup
pada dada dan
dada dean paha
paha
Bulu kasar Tidak ada
Sedikit
Banyak
Tidak terbatas Kulit memar
Tidak terbatas Warna merah
0.75 – 1.5 cm
1.0-1.5 cm
Tidak terbatas
Keterangan : A = Pasar swalayan, Resoran, fast food, Hotel dan Restoran asing B = Rumah makan. Katering, Pasar Tradisional C = Dijadikan daging tanpa tulang
18.6.3.8 Kriteria Mutu Telur
Kualitas Telur Bagian telur AA A B
Kulit Telur Bersih
Terang, ada Tidak Retak
Bersih
sedikit noda Bentuk normal
Tidak Retak
Bentuk normal
Tidak retak Bentuk kadang- kadang tidak normal
Ruang Udara
Lebih dari 0.5 lebih kecil
0.3 cm atau
0.5 cm atau
cm Putih Telur
lebih kecil
Jernih
Jernih Pekat
Jernih
Encer Kuning Telur
Agak pekat
Letak terpusat
Letak tidak baik
Letak terpusat
terpusat Kunign jernih
baik
Kuning jernih
Kurang jernih
Bebas dari noda Kadang-kadang
Kadang-kadang ada sedikit noda ada noda
Sumber : Titi Sudaryani, 1996
Penentuan Mutu Telur
ngan mengamati kulit telur. Te- Mutu telur dapat ditentukan de-
lur dikatakan bermutu baik apa- ngan dua cara. Pertama dengan
bila di dalam isinya tidak terda- melihat isi telur dan kedua de-
pat bercak darah atau bercak pat bercak darah atau bercak
berdasarkan persamaan : telur belum dierami, putih te- lurnya kental dan tebal, serta
HU =
kuning telurnya berwarna ku- ning. 0.37 100 log{H + 7.57 – 1.7W }
Mutu isi telur dapat diketahui
Dimana :
dengan menggunakan teropong, HU = Haugh unit micrometer, Roche yolk colour
H = tinggi putih telur fan, dan specific gravity. 1)
W = bobot telur (g) Teropong digunakan untuk meli- hat kuning telur dengan bantuan
Hasil Pengujian telur cahaya. Pada peternakan be-
1) bila nilai HU <31, mutu C sar, isi telur dilihat dengan
2) bila HU 31-60, mutu B menggunakan teropong khusus.
3) bila HU 60-72, mutu A Namun masyarakat biasanya
4) bila HU >72, mutu AA menggunakan gulungan kertas. Telur ditempatkan di ujung tero-
3) Roche yolk colour fan pang. Dengan mengandalkan
Roche yolk colour fan adalah cahaya lampu, isi telur dapat
sejumlah lembaran kertas ber- dilihat dengan jelas.
warna yang diberi nomor. Alat ini digunakan untuk menentukan
2) Mutu isi telur juga dapat kualitas telur berdasarkan ke- ditentukan dengan mengguna-
cocokan warna kuning telur kan mikrometer. Nilai Mutu telur
dengan Roche yolk colour fan. dinyatakan dengan Haugh unit.
Telur yang baik mempunyai Prosedur pengukurannya adalah
kisaran nilai 9-12. sebagai berikut :
1) Timbang telur
4) Specific gravity
2) Pecahan telur dahulu dan di- Cara ini cocok untuk diterapkan letakkan isinya di permukaan
pada telur yang masih segar, datar.
dimana kantung udaranya masih
3) Ukur ketebalan putih telur de- relative kecil. Cara pengukuran- ngan menggunakan mikro-
nya adalah sebagai berikut : meter. Pengukuran putih
a) Buat larutan garam dengan ni- telur dilakukan di tepi kuning
lai specific gravity tertentu (Tabel telur dan tepi putih telur.
4) Kesegaran telur identik de- ngan ketebalan putih telur. b) Masukan telur dalam keranja- Makin tebal putih telur, berarti
ng yang berongga mutu telur lebih baik. Nilai ng yang berongga mutu telur lebih baik. Nilai
d) Perhatikan, pada larutan garam dengan spesifik gravity berapa telur mengambang. Bila telur banyak mengambang pada specific gravity 1075, berarti ku- alitas kulit telurnya baik.
Tabel 18.7. Perbandingan air dan garam untuk menda- patkan nilai specific gravity tertentu
Air Garam
Specific
(L) (g)
Gravity
Manajemen Keamanan Pangan
Persyaratan Mutu
Jenis Uji
Kerupuk Ikan
Kerupuk Udang
Ikan Asin
Teri Asin
Cumi Kering
SNI 01-2708-1992 SNI 01-2719-1992 a) Organoleptik
SNI 01-2713-1992
SNI 01-2714-1992
SNI 01-2721-1992
7.5 7.5 6.5 7.0 6.5 Kapang
Negatif b) Mikrobiologi TPC per g maks.
5 x 104 E. coli MPN/g maks
3 3 3 3 3 Salmonella spp.
Negatif Vibrio cholerae
- Staphylococcus aureus
Negatif Negatif
1 x 103 c) Kimia Air % b/b maks
1 x 103
1 x 103
14 12 14 40 25 Abu % b/b maks
1 1 1 15 3 Protein % b/b maks
Persyaratan Mutu
Jenis Uji
Ikan Asap
Pindang Ikan
Bandeng Presto
Teri Nasi Kering Ikan Segar
SNI 01-3461-1994 SNI 01-2729-1992 a) Organoleptik
SNI 01-2725-1992
SNI 01-2717-1992
SNI 01-4106-1996
b) Mikrobiologi TPC per g maks.
5 x 105 E. coli MPN/g maks
3 3 3 3 3 Salmonella spp.
Vibrio cholerae
Negatif Staphylococcus aureus
c) Kimia Air % b/b maks
60 70 60 30-60
Abu % b/b maks 4 Protein % b/b maks
1.5 Garam % b/b maks
Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
Daftar SNI beberapa produk pangan
Nomor SNI Judul SNI
SNI 01-3707-1995
Abon
SNI 01-2975-1992
Bihun
SNI 01-3712-1995
Bihun instant
SNI 01-6128-1999
Beras giling
SNI 01-4043-1996
Jagung muda dalam kaleng
SNI 01-4280-1996
Keripik paru sapi
SNI 01-4307-1996
Kerupuk beras
SNI 01-3542-1994
Kopi bubuk
SNI 01-2983-1992
Kopi instant
SNI 01-4306-1996
Keripik ubi jalar
SNI 01-4315-1996
Keripik pisang
SNI 01-4269-1996
Keripik nangka
SNI 01-4305-1996
Keripik singkong
SNI 01-4031-1996
Keripik kentang
SNI 01-4304-1996
Keripik nenas
SNI 01-3143-1992
Minuman teh dalam kemasan
SNI 01-4314-1996
Minuman kopi dalam kemasan
SNI 01-3551-2000
Mi instant
SNI 01-3719-1995
Minuman sari buah
SNI 01-3777-1995
Makaroni
SNI 01-4316-1996
Nanas dalam kaleng
SNI 01-3840-1995
Roti
SNI 01-3544-1994
Sirup
SNI 01-3546-1994
Saus tomat
SNI 01-2270-1999
Susu bubuk
SNI 01-3548-1994
Sardine media saus tomat kaleng
SNI 01-3746-1995
Selai buah
SNI 01-3830-1995
Susu kedelai
SNI 01-3950-1998
Susu UHT
SNI 01-3945-1995
Teh hijau
SNI 01-4821-1995
Tepung gula
SNI 01-4447-1998
Tepung ketan
SNI 01-3727-1995
Tepung sagu
SNI 01-3727-1995
Tepung jagung
SNI 01-3451-1994
Tepung tapioca
SNI 01-3549-1994
Tepung beras
SNI 01-0004-1995
Lada Putih
SNI 01-0005-1995
Lada Hitam
SNI 01-3717-1995
Lada Putih Bubuk
SNI 01-3716-1995
Lada Hitam Bubuk
SNI 01-3162-1992
Tomat
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasri, sedarnawati, dan S. Budiyanto. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendi- dikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Arpah, M. 1993. Pengawasan Mutu Pangan. Penerbit Tarsito, Ban- dung. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Status regulasi cemaran dalam produk pangan. Buletin Kemanan Pangan. Nomor 6. ha- laman 4-5.
Bintang. Infomutu. Pusat standarisasi dan akreditas Setjen – Depar- temen Pertanian. Nov 2002. Hlm. 1. Bergdoll,, M.S. 1990. Staphylococcus food poisoning. Dalam Foodborne Disease. Hal. 145-168. Academic Press, San Diego.
Cappuccino, J.G. and N. Sherman. 1987. Microbiology : A Lanoratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. New York.
Deperindag. Infomutu. Pusat standarisasi dan akreditas Setjen - Departemen Pertanian. Nov 2002. Hlm. 2 Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. 2007. Metode dan tata cara pengambilan contoh daging. Direktorat Kesehatan Masya- rakat Veteriner. Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Djaafar, T.F. dan Rahayu, S. 2007. Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian, 26 (2), 2007.
DKP. 2005. Bahaya Fisik (Physical Hazard) pada Produk Perikanan. Warta Pasar Ikan. 2005. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
European Committee for Standardisation. 2004. Pelatihan Penerapan
Metode HACCP. European Committee for Standardisation - Implementing Agency for the Contract No ASIA/2003/069-236.
Food Agriculture Organization. 2004. Green, J.H. and A. Kramer. 1979. Food Processing Waste mana-
gement. AVI Westport, CT. Hermayani, E., E. Santoso, T. Utami dan S. Rahardjo. 1996. Identi- fikasi bahaya kontaminas S. Aureus dan titik kendali kritis pada pengolahan produk daging ayam dalam usaha jasa boga. Agrotech, Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 16 (3) : 7-15.
Jenie, B.S.L. dan W.P. Rahayu. 1990. Penanganan Limbah Industri Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Muhandri, T. dan D. Kadarisman. 2006. Sistem Jaminan mutu industri pangan. IPB Press. Mulya, M. dan D. Hanwar. 2003. Prinsip-prinsip Cara Berlaboratorium yang baik (Good Laboratory Practice). Majalah Farmasi Airlangga. Vol. III No. 2, Agustus 2003. Hlm. 71-76.
Murdiati, T.B. 2006. Jaminan keamanan pangan asal ternak. Jurnal Litbang Pertanian (2006) : 22-30. Rahayu, S. dan T.F. Djaafar. 2007. Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian, 26 (2) : 67- 75.
Seeley, H.W. and P.J. VanDemark. 1972. Microbe in Action. A Labo- ratory Manual of Microbiology. Second Edition. W.H. Freeman and Company, San Francisco.
SNI 01-4852-1998. Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya. Badan Standarisasi Nasional.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur analisis untuk bahan makanan dan pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Sudarmaji. 2005. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. Jur- nal Kesehatan Lingkungan. Vol. 1 No. 2. Januari 2005. Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar pengelolaan air limbah. UI-Press. Suklan, H. (1998). Pedoman Pelatihan System Hazard Analysis dan
Critical Control Point (HACCP) untuk Pengolahan Makanan. Jakarta: Depkes RI
Suriawiria, U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Penerbit Angka- sa. Bandung. Suwandi, Usman. Peran Media untuk Identifikasi Mikroba Patogen.
Penelitian dan Pengembangan, PT Kalbe Farma, Jakarta ) Syarief, R., S. Santausa, St. Isyana B. 1988. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Tejasari, 2005. Nilai Gizi Pangan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Bumi Aksara.
Jakarta. Tortora, G.J., B.R. Funke, and C.L. Case. 1982. Micobiology. An Introduction. Second Edition. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. New York.
Wheaton, F.W. and T.B. Lawson. 1985. Processing Aquatic Food Produck. John Wiley & Sons., Inc. Canada. Winarno, F.G. 1997. Keamanan pangan. Institut Pertanian Bogor.
Wirakartakusumah,M.A., K. Abdullah, dan A.M. Syarif. 1992. Sifat Fisik Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Wirjosoemarto, K., Y.H. Adisendjaja, B. Supriatna, dan Riandi. 2000. Teknik Laboratorium. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Univer- sitas Pendidikan Indonesia.
GLOSARI
Akreditasi : Rangkaian kegiatan Analisis organoleptik : Analisis pengakuan formal oleh lem-
sifat-sifat sensori bahan / baga akreditasi nasional,
produk pangan, meliputi ana- yang menyatakan bahwa su-
lisa terhadap waktu, aroma, atu lembaga / laboratorium
rasa, tekstur, dan kesukaan telah memenuhi persyaratan
dengan menggunakan pera- untuk melakukan kegiatan
latan berupa indera manusia. sertifikasi tertentu.
Autoklaf : Alat yang digunakan un- Akurasi : Merupakan ukuran kuali-
tuk memanaskan bahan pada tas suatu metode yang meng-
kondisi tekanan udara yang gambarkan besarnya penyim-
jenuh air.
pangan data hasil uji dengan Badan Standarisasi Nasional : Ba- harga sesungguhnya.
dan yang membantu presiden Alur proses : Suatu penyampaian
dalam menyelenggarakan pe- representatif dari urutan tahap
ngembangan dan pembinaan atau operasi yang digunakan
di bidang standarisasi sesuai dalam produksi atau pembu-
dengan peraturan perundang- atan bahan pangan tertentu.
undangan yang berlaku. Aman untuk dikonsumsi : Pangan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) : tersebut tidak mengandung
Bahan yang ditambahkan ke bahan-bahan yang dapat
dalam pangan untuk mempe- membahayakan kesehatan
ngaruhi sifat dan bentuk pa- atau keselamatan manusia,
ngan.
misalnya bahan yang dapat Bahan pangan : Bahan baku dan menimbulkan penyakit atau
bahan tambahan yang akan keracunan.
digunakan sebagai bahan ma- Analisis : Prosedur mengukur, me-
sukan dalam pengolahan sua- nentukan atau membanding-
tu produk pangan. kan suatu sifat atau parame-
Batas kritis : Suatu criteria yang ter dalam bahan / produk de-
dapat memisahkan status pe- ngan menggunakan metode
nerimaan dan penolakan. dan peralatan yang biasanya
Cara produksi pangan yang baik : dilakukan dalam suatu labo-
Suatu pedoman yang men- ratorium
jelaskan bagaimana mempro- Analisis bahaya : Proses pengum-
duksi pangan agar bermutu, pulan dan evaluasi informasi
aman, dan layak untuk dikon- informasi potensi bahaya dan
sumsi.
kondisi yang dapat menga- Coliform : Kelompok bakteri yang kibatkannya untuk menentu-
digunakan sebagai indicator kan potensi bahaya dan kon-
adanya polusi kotoran dan disi yang berperan penting kondisi sanitasi yang tidak
dalam keamanan pangan se-
baik.
hingga harus dimasukan da-
E. coli : Bakteri Gram negatif yang lam rencana HACCP.
berbentuk batang pendek
B1 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan B1 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
dan membahayakan kesehat- Ekstraksi : Suatu proses pemisah-
an manusia. an / penarikan suatu zat atau
Kemasan pangan : Bahan yang susbtansi tertentu dari suatu
digunakan untuk mewadahi bahan , dengan bantuan pela-
dan / atau membungkus pa- rut organik, air, dan lain-lain.
ngan, baik yang bersentuhan Evaporasi : Suatu proses penguap-
langsung dengan pangan an untuk memisahkan pelarut
ataupun tidak. (solvent) dengan zat terlarut
Kendali : Kondisi dimana prosedur (solute).
yang benar diikuti dan criteria Gizi pangan : Zat atau senyawa
yang ada dipenuhi. yang terdapat dalam pangan
Kepekaan : merupakan ukuran kua- yang terdiri atas karbohidrat,
litas uji yang menggambarkan lemak, dan protein, vitamin,
kemampuan metode itu untuk dan mineral serta turunannya
mendeteksi adanya suatu yang bermanfaat bagi partum-
komponen dalam contoh uji. buhan dan kesehatan manu-
Kesalahan acak : merupakan ke- sia.
salahan yang terjadi secara Good Manufacturing Practices :
kebetulan, tanpa disengaja, Acuan bagaimana mempro-
dan bervariasi dari satu pe- duksi yang baik.
ngujian ke pengujian berikut- Gravimetri : Metode analisis yang
nya.
didasarkan pada penimba- Kesalahan mutlak : Merupakan je- ngan (bobot).
nis kesalahan yang sede-
Hazard Analysis and Critical
mikian fatal, sehingga tidak Control Point : Suatu system
terdapat alternatif lain untuk yang mengidentifikasi, meng-
mengatasinya, kecuali me- evaluasi, dan mengendalikan
ngulang pengujian dari per- potensi bahaya yang nyata
mulaan.
un-tuk keamanan pangan. Konsumen : Setiap orang pemakai Inkubasi : Pengkondisian mikroba
bahan dan/jasa yang tesedia untuk tumbuh dan berkem-
dalam masyarakat, baik bagi bangbiak sesuai dengan suhu
kepentingan diri sendiri, ke- dan waktu yang dibutuhkan.
luarga, orang lain, maupun Jaminan keamanan pangan :
mahluk hidup lain, dan tidak Jaminan bahwa pangan tidak
untuk diperdagangkan. akan menimbul-kan masalah
Kromatografi : Metode analisis bila dikonsumsi semestinya.
ataupun preparatif fisik untuk Kadar abu : Jumlah residu an-
memisahkan senyawaan yang organik yang dihasilkan dari
berada dalam suatu fase mo- pengabuan / pemi-jahan su-
bil (fase bergerak) melewati atu produk.
suatu fase stasioner (fase di- Keamanan pangan : Kondisi dan
am).
upaya yang diperlukan untuk Laboratorium pengujian : Labo- mencegah pangan dari ke-
ratorium yang melaksanakan mungkinan cemaran biologis,
pengujian, yaitu suatu kegiat- kimia, dan benda lain yang
an teknis yang terdiri atas
B2 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan B2 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
dan sebagainya. ristik dari suatu produk, ba-
Mineral : Zat organik yang dalam han, peralatan, organisme, fe-
jumlah tertentu diperlukan nomena fisik, proses atau ja-
oleh tubuh untuk proses me- sa, sesuai dengan prosedur
tabolisme normal yang diper- yang telah ditetapkan.
oleh dari makanan sehari-ha- Lemak : Campuran triasil gliserol
ri.
yang berasal dari hewan atau- Mutu : Kumpulan parameter dan pun tumbuhan.
atribut yang menindikasikan Lot : Sekumpulan produk atau ba-
atau menunjukkan sifat-sifat han pangan yang mempunyai
yang harus dimiliki suatu ba- kriteria dan kondisi tertentu.
han atau produk pangan. Media : Nutrisi dalam bentuk padat
Mutu pangan : Nilai yang ditentu- atau cair untuk tempat par-
kan atas dasar kriteria ke- tumbuhan mikroba.
amanan pangan, kandungan Media agar : Media padat yang
gizi, dan standar perdaga- digunakan untuk pertumbuh-
ngan terhadap bahan makan- an mikroba.
an, makanan, dan minuman. Media pengkayaan : Media yang
Nutrisi : Ilmu tentang pemenuhan digunakan untuk memperbaiki
makanan bagi tubuh untuk sel-sel bakteri yang rusak
pertumbuhan dan perkem- atau meningkatkan jumlah po-
bangan serta menjaga ke- pulasi bakteri
langsungan fungsi fisiologis. Media selektif : Media yang me-
Pangan : Segala sesuatu yang ber- ngandung bahan-bahan se-
asal dari sumberhayati dan lektif untuk menghambat per-
air, baik yang diolah maupun tumbuhan bakteri selain bak-
yang tidak diolah, yang diper- teri yang dianalisa.
untukan sebagai makanan
Metode Angka Paling Memung-
atau minuman bagi konsumsi kinkan (APM) : Metode untuk
manusia, termasuk bahan menghitung jumlah mikroba
tambahan pangan, bahan ba- dengan menggunakan medi-
ku pangan, dan bahan lain um cair dalam tabung reaksi,
yang digunakan dalam proses pada umumnya setiap pe-
penyiapan pengolahan, dan / ngenceran 3 seri atau 5 seri
atau pembuatan makanan tabung dan perhitungan yang
atau minuman. dilakukan merupakan tahapan
Pangan higienis : Kondisi dan per- pendekatan secara statistik.
lakuan yang diperlukan untuk Mikroba : Kelompok organisme
menjamin keamanan pangan yang berukuran kecil dan ha-
di semua tahap rantai pa- nya dapat dilihat di bawah mi-
ngan.
kroskop. Pangan olahan : makanan atau Mikrobiologi : Ilmu tentang seluk
minuman hasil proses dengan beluk mikroba secara umum,
cara atau metode tertentu, baik yang bersifat parasit
dengan atau tanpa bahan maupun yang penting bagi
tambahan.
B3 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
Pangan olahan tertentu : Adalah nyimpanan, preparasi, dan pangan olahan untuk konsum-
analisis contoh uji. si bagi kelompok tertentu
Penyimpanan : Proses, cara, dan/ dalam upaya memelihara dan
atau kegiatan menyimpan pa- meningkatkan kualitas kese-
ngan, baik di sarana produksi hatan kelompok tersebut.
maupun distribusi. Pangan siap saji : Makanan dan/
Penyimpangan : Kegagalan meme- atau minuman yang sudah di-
nuhi suatu batas kritis. olah dan siap untuk langsung
Peralatan dasar non gelas : Per- disajikan di tempat usaha
alatan non gelas yang dibut- atau di laur tempat usaha atas
uhkan oleh suatu laboratorium dasar pesanan.
untuk dapat beroperasi, an- Pengawasan : Tindakan untuk me-
tara lain meliputi timbangan, lakukan pengamatan dan pe-
sentrifugal, peralatan analisis ngukuran yang berurutan dan
proksimat, peralatan ekstrak- terencana untuk mengenda-
si, spektrofotometer, pH meter likan parameter-parameter
dan lain-lain. untuk menentukan apakan
Perlindungan konsumen : Segala CCP masih terkendali.
upaya yang menjamin adanya Pengangkutan : Setiap kegiatan
kepastian hukum untuk mem- atau serangkaian kegiatan
beri perlindungan kepada dalam rangka memindahkan
konsumen. pangan dari satu tempat ke
Persyaratan sanitasi : Standar ke- tempat lain dengan cara atau
bersihan dan kesehatan yang sarana angkutan apapun da-
harus dipenuhi sebagai upaya lam rangka produksi, pere-
mematikan atau mencegah hi- daran dan/atau perdagangan
dupnya jasad renik pathogen pangan.
atau mengurangi jumlah jasad Pengendalian : Melakukan semua
renik lainnya agar pangan tindakan yang diperlukan un-
yang dihasilkan dan dikon- tuk menjamin dan memelihara
sumsi tidak membahayakan kesesuaian dengan kriteria
kesehatan dan jiwa manusia. yang terdapat dalam rencana
Potensi bahaya : Suatu benda atau HACCP.
kondisi biologis, kimiawi, dan Penguji : Individu yang memiliki ke-
fisik dalam makanan yang wenangan untuk melakukan
dapat membahayakan kese- pengujian. Kewenangan me-
hatan.
nguji tersebut diperoleh sete- Produk pangan : Hasil olahan dari lah memenuhi persyaratan
bahan pangan. yang ditetapkan oleh lembaga
Produksi pangan : Kegiatan atau berwenang.
proses menghasilkan, menyi-
Pengujian parameter kualitas
apkan, mengolah, membuat, lingkungan : adalah kegiatan
mengawetkan, mengemas, yang meliputi kegiatan penga-
mengemas kembali, dan/atau matan contoh uji, termasuk
mengubah bentuk pangan. analisis di lapangan, pena-
Produk perikanan : Ikan termasuk nganan, transportasi, pe-
biota perairan lainnya yang ditangani dan/atau diolah un-
B4 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan B4 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
berkembangbiaknya jasad re- beku, ikan olahan lainnya
nik pembusuk dan patogen yang digunakan untuk kon-
dalam makanan, minuman, sumsi manusia.
peralatan, dan bangunan Program sampling : Menentukan
yang dapat merusak pangan strategi, jumlah contoh dan
dan membahayakan manusia. cara pengembalian contoh di
Sertifikasi : Rangkaian kegiatan suatu industri, khususnya in-
penerbitan sertifikat terhadap dustri pangan.
barang dan atau jasa. Protein : Senyawa yang terdiri dari
Sertifikasi mutu pangan : Rang- asam amino yang satu sama
kaian kegiatan penerbitan ser- lain dihubungkan dengan ikat-
tifikat terhadap pangan yang an peptide dan urutan asam
telah memenuhi persyaratan aminonya sangat spesifik.
yang ditetapkan. Rasa : Sifat organoleptik yang be-
Serifikat : jaminan tertulis yang rupa tanggapan (persepsi)
diberikan oleh lemba- bintil-bintil pengecap di dalam
ga/laboratorium yang telah mulut yang mengenal cita ra-
diakreditasi untuk menya- sa asin, masam, pahit, dan
takan bahwa barang, jasa, manis, serta bau oleh hidung.
proses, system atau personal Rencana HACCP : Suatu dokumen
telah memenuhi standar yang yang disusun sesuai dengan
dipersyaratkan. prinsip-prinsip HACCP untuk menjamin pengendalian baha- ya yang nyata untuk keaman- an pangan dalam rantai makanan yang hendak dibuat.
Sampel yang mewakili : Sampel yang diambil berdasarkan kai- dah-kaidah statistik pengam- bilan contoh dan diambil se- cara acak sehingga mampu menggambarkan keadaan yang sama dengan popula- sinya.
Sampel uji : Merupakan sampel yang dipersiapkan dalam la- boratorium yang langsung diserahkan ke analis untuk diuji dengan metode dan pa- rameter pengujian tertentu.
Sanitasi pangan : Upaya untuk pencegahan terhadap ke-
B5 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
DAFTAR GAMBAR
1.1. Alat seleksi buah berdasarkan bentuk dan ukuran (sifat fisik) bahan pangan
1.2. Pnetrometer adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekenyalan daging
1.3. Pnetrometer adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekenyalan daging
1.4. Perancangan alat dengan memanfaatkan koefisien gesek bahan pangan
1.5. Perombakan cadangan energi yang digunakan untuk mengatasi stres
1.6. Kisaran pH lingkungan dari beberapa mikroba .............
2.1. Pola tahunan kandungan lemak pada ikan ................... 15
2.2. Permukaan potongan daging ikan yang dies cukup lama terlihat putih dan pudar
2.3. Serangan jamur pada buah pepaya .............................. 19
2.4. Jamur yang menyerang ekstrak nenas pada pembuatan kecap ikan dapat menimbulkan bau busuk
2.5. Ikan segar yang terserang bakteri .................................. 19
2.6. Jamur yang menyerang ikan asin .................................. 20
2.7. Red Tide .........................................................................
2.8. Bahan pangan yang cacat akibat luka ........................... 25
2.9. Ikan yang terserang mikroba ......................................... 26
2.10 Ikan yang terserang cacing ........................................... 26
3.1. Penggunaan alat pemukul untuk mematikan ikan dapat menyebakan terjadinya memar atau luka
3.2. Penangkapan ikan dengan pancing huhate dimana ikan yang tertangkap akan lepas dari pancing dan jatuh ke geladak kapal
3.3. Ikan dibagian ujung dan lilitan tali jaring (panah) lebih cenderung mengalami memar dibandingkan ikan dibagian lainnya
3.4. Bagian luar tubuh ikan yang mengalami memar terkena jaring selama proses penangkapan
C1 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
3.5. Tubuh ikan yang mengalami luka terkena pengait .........
3.6. Proses autolisis yang berlangsung lama dicirikan dengan tidak kembalinya daging ke posisi
33 semula .........
3.7. Cahaya matahari dapat mempercepat proses autolisis ..................................................................
3.8. Reaksi pencoklatan pada bahan pangan yang mengandung gula .....................................
3.9. Ikan yang mengalami burst belly ........................... 36
4.1. Bahan pangan yang dikemas sesuai standar .........
5.1. Bayam yang mengalami dehidrasi ......................... 49
5.2. Penggunaan es untuk menurunkan suhu bahan pangan ..................................................................
5.3. Buah jambu yang disimpan pada suhu rendah teksturnya menjadi lunak
5.4. Apel yang terkelupas kulitnya (pelindung alaminya) akan mengalami proses pencoklatan sehingga menurunkan mutu
5.5. Ikan hasil panen yang tidak segera diberi es akan meningkat suhunya sehingga memacu pertumbuhan dan aktivitas mikroba maupun enzim proteolitik
5.6. Geladak kapal penangkapan ikan yang tidak bersih dapat menjadi sumber mikroba
5.7. Pemasaran ikan di pasar tradisional tanpa fasilitas pendingin dan air bersih, serta terjadi pencampuran ikan utuh dengan ikan yang sudah ’terbuka’ merupakan penyebab
51 penurunan .............
5.8. Udang segar yang tidak ditangani secara baik akan menyebabkan timbulnya noda hitam (black spot). Meskipun tidak berbahaya, munculnya bintik hitam akan menurunkan mutu udang
5.9. Saluran air yang tidak diperhatikan kebersihannya
5.10. Sanitasi lingkungan yang kurang diperhatikan dapat menjadi sumber mikroba ..............................
5.11. Pengangkutan ikan tanpa dilengkapi fasilitas pendingin akan mempercepat proses penurunan mutu .......................................................................
5.12. Badan dan pakaian pekerja yang kurang bersih dapat menjadi sumber pencemar bagi produk pangan
C2 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
................................................................... 54
5.13. Sortasi ikan berdasarkan jenis, ukuran dan kesegaran akan lebih menjamin keseragaman mutu dari produk pangann yang dihasilkan .............
54
5.14. Kecepatan pemrosesan berpengaruh terhadap mutu produk filet yang dihasilkan ............................
55
5.15. Proses penjemuran ikan asin di alam terbuka kurang memberikan jaminan kebersihan sehingga akan mempengaruhi mutu ......................................
55
5.16. Produk pangan yang dikemas secara terbuka memperbesar kemungkinan terjadinya rekontaminasi
56 .........................................................
5.17. Pengemasan yang dilakukan saat produk pangan masih panas dapat menyebabkan mengumpulnya uap air di permukaan kemasan sehingga dapat digunakan oleh mikroba untuk tumbuh
56 ...................
5.18. Alur proses produksi ikan segar .............................. 58
6.1. Penggunaan air dalam jumlah terbatas untuk mencuci ikan dapat menjadi sumber kontaminasi ...
64
6.2. Peralatan dan pakaian kerja yang dikenakan memberikan jaminan bahan pangan yang dihasilkan lebih bersih
65 ............................................
6.3. Alur proses ikan yang berbeda antara pintu masuk dan pintu keluar .....................................................
66
6.4. Kebersihan karyawan di salah satu industri perikanan ...............................................................
67
6.5. Pembersihan limbah ikan menjaga kebersihan ruang kerja .............................................................
68
6.6. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga pada jagung pipil selama penyimpanan .........................
69
6.7. Penanganan limbah .............................................. 70
6.8. Rambut yang terbuka dan kebersihan pakaian pekerja berpengaruh terhadap sanitasi ..................
75
7.1. Dokumen untuk memformalkan penentuan tim HACCP ..................................................................
89
92
7.2. Formulir untuk bahan mentah dan bahan baku .....
93
7.3. Formulir untuk produk antara dan produk akhir .....
7.4. Formulir untuk mengumpulkan informasi tentang petunjuk penggunaan produk
95 .................................
7.5. Formulir diagram alir .............................................. 99
7.6. Identifikasi potensi Bahaya Biologis ..................... 101
7.7. Identifikasi potensi Bahaya Kimiawi ..................... 102
7.8. Identifikasi potensi Bahaya Fisik .......................... 105
7.9. Diagram Pohon Keputusan untuk penentuan titik kendali
C3 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
DAFTAR TABEL
1.1. Hubungan temperatur lingkungan dengan panas respirasi
3.1. Material, bahaya yang ditimbulkan dan sumber bahaya
32 fisik ............................................................................... ...
3.2. Senyawa kimia yang terkandung dalam bahan pangan
35 dan ambang batasnya ....................................................
3.3. Jenis bakteri pembusuk ..................................................
3.4. Jenis bakteri pathogen …………………………………….
5.1. Lembar Analisis Proses produksi baik hasil perikanan
6.1. Bahan pengawet makanan yang umum digunakan
6.2. Senyawa antiseptik dan desinfektan .............................. 76
9.1. Metode Sterilisasi ………………………………………….. 195
10.1. Data hasil pengmbilan sample …………………………… 211
10.2. Sampling di tempat pendaratan ikan …………………….. 214
10.3. Sampling untuk kesegaran ikan di pabrik ………………. 214
12.1. Konsentrasi larutan dalam persen massa ……………… 231
12.2. Volume akuades yang ditambahkan ……………………. 232
12.3. Bobot senyawa yang harus dilarutkan hingga volume menjadi 1 liter
13.1. Beberapa jenis selopan dan contoh penggunaannya 258
13.2. Karakteristik fisik selulosa asetat dan selulosa propionate …………………………………………………………
13.3. Rekapitulasi hasil uji bakar kemasan …………………… 269
14.1. Mikroba, media dan karakteristik ………………………… 277
14.2. Karakteristik pertumbuhan koloni bakteri ………………. 290
17.1. Daftar persyaratan kualitas air bersih …………………… 402
17.2. Hubungan antara tekanan uap boiler dengan maksimum total padatan terlarut
17.3. Hubungan antara tekanan uap boiler dengan maksimum alkalinitas
17.4. Hubungan antara tekanan uap boiler dengan maksimum kekerasan air
18.1. Batas maksimum cemaran mikroba pada produk pangan 419
18.2. Tingkat cemaran mikroba pada beberapa jenis sayuran 427
18.3. Mikroba pada bahan pangan dan dampaknya pada kesehatan manusia
D1 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan
..........................................................
18.4. Jaringan Bahan Pangan ................................................... 437
18.5. Skema penerapan sistem keamanan pangan pada setiap tahapan produksi.....................................................
438
18.6. Pembagian tanggungjawab diantara berbagai pihak yang terkait dalam memberikan jaminan keamanan
445 pangan
18.7. Perbandingan air dan garam untuk menda-patkan nilai specific gravity tertentu ………………………….
454
D2 Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan