PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN GAYA INKLUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 KARANGGEDE TAHUN AJARAN 2009

(1)

commit to user

i

KONVENSIONAL DAN GAYA INKLUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN

BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 1 KARANGGEDE

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

ANDRI SURYANTO

K4606017

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

KONVENSIONAL DAN GAYA INKLUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN

BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII

SMP NEGERI 1 KARANGGEDE

TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh:

ANDRI SURYANTO

K4606017

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

commit to user

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Sunardi, M.kes NIP. 19581121 199003 1 004

Drs. Waluyo, M.Or NIP. 19660307 199403 1 002


(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana

pendidikan.

Pada hari: Kamis Tanggal : 29 juli 2010

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H Mulyono, M.M. ____________

Sekretaris : Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes. _____________

Anggota I : Drs. H. Sunardi, M.Kes _____________

Anggota II : Drs. Waluyo, M.Or _____________

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, NIP. 19600727 198702 1001


(5)

commit to user

v

Andri Suryanto. PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN GAYA INKLUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 KARANGGEDE TAHUN AJARAN 2009/2010, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Servis atas bolavoli dengan pendekatan konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010. (2) Pembelajaran servis atas bolavoli yang lebih baik pengaruhnya antara pendekatan konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010

berjumlah 113 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random

sampling. Bila Subjek penelitian adalah sampel yang diambil dari populasi (N) yang diketahui besarnya,maka rumus yang digunakan adalah yang mengandung N, sehingga besarnya sampel yang digunakan sebanyak 40 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan servis atas dalam permainan bolavoli dari Nurhasan tahun 2001. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran servis atas bolavoli antara pendekatan konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010, dengan nilai perhitungan thit sebesar 1,657 dan ttabel sebesar 2,09 dengan taraf signifikansi 5%. (2) Pembelajaran servis atas bolavoli dengan gaya inklusi memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010. Kelompok 1 (pembelajaran servis atas bolavoli dengan gaya inklusi) memiliki peningkatan sebesar 52,81%. Sedangkan kelompok 2 (pembelajaran servis atas bolavoli dengan pendekatan konvensional) memiliki persentase peningkatan sebesar 40,11%.


(6)

commit to user

vi

Andri Suryanto. THE DIFFERENCE OF CONVENTIONAL AND INCLUSION STYLE LEARNING APPROACHES EFFECT ON THE LEARNING ACHIEVEMENT OF UPPER SERVICE IN VOLLEYBALL GAME IN THE VII MALE GRADERS OF SMP N 1 KARANGEDE IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July 2010.

The objective of research is to find out: (1) The difference of volleyball upper service learning effect with conventional approach and inclusion style on the learning achievement of upper service in volleyball game in the VII male graders of SMP N 1 Karangede in the School Year of 2009/2010, and (2) the volleyball upper service learning with the better effect between the conventional approach and inclusion style on the learning achievement of upper service in volleyball game in the VII male graders of SMP N 1 Karangede in the School Year of 2009/2010.

This research employed an experimental method. The population of research was the VII male graders of SMP N 1 Karangede in the School Year of 2009/2010 consisting of 113 students. The sampling technique used was random sampling one. If the subject of research was the sample taken from the population (N) with its known size, the formula used was the one containing N, so that the sample size used was 40 respondents. Techniques of collecting data used were test and the measurement of upper service competency in volleyball game from Nurhasan 2001. Technique of analyzing data employed was t-test at significance level of 5%.

Considering the result of research it can be concluded as follows: (1) there is no significant effect of volleyball upper service learning between conventional approach and inclusion style on the learning achievement of upper service in volleyball game in the VII male graders of SMP N 1 Karangede in the School Year of 2009/2010, with the tstat value of 1.657 and ttable of 2.09 at significance level of 5%. (2) The volleyball upper service learning with inclusion type has a better effect on the learning achievement of upper service in volleyball game in the VII male graders of SMP N 1 Karangede in the School Year of 2009/2010. Group 1 (volleyball upper service learning with inclusion style) has increase of 52.81%. Meanwhile group 2 (volleyball upper service learning with conventional method) has percentage increase of 40.11%.


(7)

commit to user

vii

 Hidup adalah tantangan yang harus dihadapi, jangan pernah takut & menyerah dalam menghadapinya.

“Mensana in corpora sano”. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.


(8)

commit to user

viii

Skripsi ini dipersembahkan kepada :  Bapak dan ibu tercinta dengan segala kasih

sayangnya.

 Adik-Adikku tersayang

 Dik Winasih Kusumaningrum, S.Pd yang

selalu memberi semangat.

 Teman-teman Cos “ANGKASA” (Team

touring Porwokerto) Your’s Is The Best.

 Teman-teman PENJAS “06”

 Adik-adik JPOK FKIP UNS.

 Keluarga besar JPOK FKIP UNS tercinta.


(9)

commit to user

ix

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Kami menyadari bahwa tidak mungkin menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, kami ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

2. Drs. H. Agus margono, M. Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan kesehatan Unuversitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

3. Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Kesehatan Jasmani

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

4. Drs. H. Sunardi, M.Kes. pembimbing I dan Drs. Waluyo, M.Or selaku

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah & Guru Penjas SMP Negeri 1 Karanggede yang telah memberikan izin penelitian.

6. Murid-murid kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede yang telah membantu

penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.


(10)

commit to user

x

Halaman

JUDUL……… i

PENGAJUAN……… ii

PERSETUJUAN……… iii

PENGESAHAN……….. iv

ABSTRAK……….. v

MOTTO………... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI………... x

DAFTAR GAMBAR……….. xiii

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. xv

BAB I PENADAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……….………. 1

B. Perumusan Masalah………..……… 6

C. Tujuan Penelitian………. 6

D. Manfaat Penelitian……… 7

BAB II LANDASAN TEORI………..……… 8

A. Tinjauan Pustaka………. 8

1. Pembelajaran Servis Atas Dengan Pendekatan Konvensional.. a. Pengertian pendekatan Konvensional……….. 8

b. Pelaksanaan Pembelajaran Servis Atas Dengan Pendekatan Konvensional……… 9

c. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Servis Atas Dengan Pendekatan Konvensional………. 11


(11)

commit to user

xi

a. Gaya Mengajar ………. 12

b. Pengertian Gaya Inklusi………. 13

c. Pembelajaran Servis Atas Gaya Inklusi………. 14

d. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Servis Atas dengan gaya Inklusi……… 16

3. Permainan Bolavoli……… 17

a. Pengertian permainan bolavoli……… 17

b. Macam-macam Teknik Dasar Bermain Bolavoli………… 19

c. Pentingnya Penguasaan Teknik Dasar Blavoli……… 21

4. Servis Atas Bolavoli……….. 23

a. Pentingnya Servis Dalam Permainan Bolavoli……… 23

b. Servis Atas………... 24

c. Teknik Pelaksanaan Servis Atas……….. 24

d. Kesalahan Yang Sering Dilakukan Saat Melakukan Servis Atas………... 27

5. Pendekatan Pembelajaran……….. 28

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran………...…… 28

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Servis Atas Bolavoli...…….. 29

c. Karakteristik Atau ciri-ciri Perubahan Akibat Belajar..….. 30

B. Kerangka Pemikiran……… 35

C. Perumusan Hipotesis………..… 37

BAB III METODE PENELITIAN……….……... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian………. 39

1. Tempat penelitian……….. 39

2. Waktu Penelitian………... 39

B. Metode Penelitian……….. … 40

C. Variabel Penelitian……… 41

D. Populasi dan Teknik Pengambilan sampel……… 42

1. Populasi………..…………. 42


(12)

commit to user

xii

F. Teknik Analisis data……… 43

BAB IV HASIL PENELITIAN………... 46

A. Diskripsi Data……….. … 46

B. Uji Prasyarat Analisis……… 47

1. Uji Normalitas………. 47

2. Uji Homogenitas………. 48

C. Pengujian Hipotesis ………. 49

D. Pembahasan Hasil Analisis Data………. 52

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan……….. 55

B. Implikasi………... 55

C. Saran……….... 56

DAFTAR PUSTAKA………. 57


(13)

commit to user

xiii

Halaman

Gambar 1. Sikap permulaan servis atas ………,,, 25

Gambar 2. Sikap pelaksanaan servis atas………. 26


(14)

commit to user

xiv

Halaman

Tabel 1. Diskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Hasil Belajar

Servis Atas Bolavoli Pada Kelompok 1 dan Kelompok 2…,,.. 46

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data tes Awal ………... 46

Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas ………... 47

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ………... 47

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ………... 48

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ……….. 49

Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 ……….. 50

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok 2 ………... 50

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ……… 51

Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Servis Atas Bolavoli antara Kelompok 1 dan kelompok 2 ………. 52


(15)

commit to user

xv

Halaman

Lampiran 1. Data Tes Awal Kemampuan Servis Atas Bolavoli …………. 61

Lampiran 2. Data Hasil Tes Awal Servis Bawah Bolavoli berdasarkan

Ranking ……….. 62

Lampiran 3. Tabel Data Kelompok Sampel Penelitian Berdasarkan hasil Tes

Awal Kemampuan Servis Atas Bolavoli ………. 63

Lampiran 4. Tabel Data Tes Akhir Kemampuan Servis Atas Bolavoli ………. 64 Lampiran 5. Tabel Uji Reliabilitas Data Tes Awal Kemampuan Servis Atas

Bolavoli ………. 65

Lampiran 6. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Awal Kelompok 1 ……….. 68

Lampiran 7. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Awal Kelompok 2 ……….. 69

Lampiran 8. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok 1 ………. 70

Lampiran 9. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok 2 ………. 71

Lampiran 10. Tabel Uji Homogenitas Data Tes Awal Kemampuan Servis

atas Bolavoli ……….. 72

Lampiran 11. Tabel Kerja Perbedaan Tes Awal Antar Kelompok (Uji T) .. 73 Lampiran 12. Tabel Kerja Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir

Kelompok 1……… 74 Lampiran 13. Tabel Kerja Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir

Kelompok 2 ………... 75

Lampiran 14. Tabel Kerja Perbedaan Tes Akhir Antar Kelompok ………. 76

Lampiran 15. Petunjuk Pelaksanan Tes Kemampuan servis Atas

Bolavoli ………. 77

Lampiran 16 Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian …….. 79


(16)

commit to user

xvi

Lampiran 18. Program Pembelajaran Servis Atas Bolavoli dengan

pendekatan Konvensional ………. 82

Lampiran 19. Prinsip Program Pembelajaran Konvensional dan Gaya


(17)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah yang bersifat formal, di sengaja direncanakan dengan bimbingan guru. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai oleh siswa dituangkan dalam tujuan belajar, dipersiapkan bahan apa yang harus dipelajari, dipersiapkan juga metode pembelajaran yang sesuai dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.

Sejalan dengan permasalahan belajar mengajar, kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas.

Dalam hal ini Adang Suherman (1999/2000: 23) menyatakan, “secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: “(1)

perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4)

perkembangan social”. Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang

perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa, merangsang perkembangan sikap, mental, social, emosi yang seimbang serta keterampilan gerak siswa. Pentingya peranan pendidikan jasmani di sekolah maka harus diajarkan secara baik dan benar.

Aktivitas jasmani atau gerak tubuh merupakan sarana dalam pendidikan jasmani. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan jasmani anak dan potensi lainya seperti : afektif, koqnitif dan psikomotor. Aktifitas gerak sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani telah dituangkan dalam kurikulum pendidikan jasmani yang berlaku.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani, yang dirancang dan di susun secara sistematis, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif. Tujuan umum pendidikan


(18)

commit to user

jasmani adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat.

Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang didalamnya terdapat beberapa macam cabang olahraga yang wajib diajarkan. Ditinjau dari materi yang harus diberikan kepada siswa, materi pendidikan jasmani dibedakan menjadi dua kelompok yaitu materi pokok dan materi pilihan. Materi pokok merupakan mata pelajaran yang harus diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sedangkan materi pilihan merupakan kegiatan olahraga di luar jam pelajaran sekolah berupa kegiatan ektrakulikuler olahraga.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di dalamnya diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum pendidikan jasmani, salah satu olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu permainan bolavoli. Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang komplek yang tidak mudah dilakukan setiap orang. Sebab dalam permainan bola voli dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar bisa diandalkan untuk melakukan semua gerakan yang ada dalam permainan bola voli. Dalam hal ini Aip Syarifudin

(1991/1992: 187) menyatakan,”Teknik dasar dalam permainan bolavoli pada

dasarnya terdiri atas servis (service) dan membagi-bagi bola (pass), baik dari bawah

maupun dari atas”. Namun dengan semakin maju dan berkembangnya bentuk-bentuk gerakan dalam permainan bolavoli (terutama dalam pertandingan), maka teknik dasar berkembang menjadi adanya teknik dalam melakukan smash dan teknik untuk mengantisipasi smash dari lawan(teknik membendung/block). Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu terdiri atas 6 orang pemain, setiap regu berusaha untuk dapat memukul dan menjatuhkan bola ke dalam lapangan lawan. Bola boleh dipukul dengan tangan maupun anggota tubuh yang lainnya dari batas pinggang ke atas dengan pantulan yang sempurna, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Walaupun begitu, permainan bolavoli sangat cepat berkembang dan merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat popular di Indonesia. Di Indonesia sendiri permainan


(19)

commit to user

bolavoli, secara resmi dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional II yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1951.

Langkah awal dalam proses pembelajaran permainan bolavoli yaitu memperkenalkan macam-macam teknik dasar bolavoli agar siswa memahami dan

menguasainya. Seperti dikemukakan M. Furqon H. (1995:115) bahwa, “Dalam awal

proses belajar, siswa tidak harus dibebani secara mental dan fisik. Oleh karena itu belajar teknik tetap diberikan pada bagian pertama atau permulaan sesi latihan “. Dengan menguasai macam-macam teknik dasar dalam bolavoli, diharapkan siswa akan memiliki keterampilan bermain bolavoli.

Servis merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang berperan sebagai tanda dimulainya permainan dan sebagai serangan pertama sebagai regu yang melakukanya. Berdasarkan jenisnya, servis bolavoli dibedakan menjadi dua macam yaitu servis bawah dan servis atas. Pentingnya peranan servis, maka harus diajarkan kepada siswa, agar siswa memahami dan menguasainya sehingga dapat melakukan servis dengan baik dan benar.

Servis atas merupakan sesuatu yang menantang bagi siswa, Untuk menggunakan servis ini siswa harus mampu melempar secara konsisten dan harus memiliki kekuatan serta koordinasi untuk memukul bola keatas jaring dengan menggunakan suatu gerakan melempar tangan atas.

Siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 karanggede tahun pelajaran 2009/2010 adalah sampel yang akan digunakan dalam penelitian untuk membuktikan dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian. Peneliti mengambil sampel di SMP Negeri 1 Karanggede karena peneliti merupakan alumni dari SMP Negeri 1 Karanggede, dimana di sekolah itu dalam pelajaran olahraga ada cabang olahraga yang diminati dan disukai oleh siswa pada umumnya baik itu siswa putra maupun siswa putri yaitu sepak bola dan bolavoli. Diantara kedua cabang tersebut yang paling diminati adalah permainan bolavoli. Banyak siswa di SMP Negeri 1 Karanggede yang bisa bermain bolavoli dan berprestasi hingga ke tingkat kabupaten, sampai sekarangpun masih ada siswa yang berprestasi dalam permainan bolavoli. Siswa putra


(20)

commit to user

kelas VII SMP Negeri 1 karanggede adalah siswa baru, sehingga kemampuan servis atas masih rendah dan perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena pada awalnya di Sekolah Dasar (SD) belum memiliki kemampuan dasar servis atas, sehingga belum menguasai teknik servis atas yang benar. Di samping itu juga, pada umumnya siswa kelas VII SMP belum memiliki kekuatan yang memadai. Belum menguasai teknik servis atas dan kekuatan yang belum memadai, sehingga kurang mampu melakukan servis atas yang baik dan efektif. Hal tersebut diperkuat oleh bapak Efendi, S.pd yang merupakan guru olahraga kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede, bahwa dalam melakukan berbagai teknik dalam permaian bolavoli anak kelas VII masih kurang. Misalnya melakukan servis atas maupun servis bawah, banyak siswa yang dalam melakukanya kurang begitu baik, servisnya melenceng ke kanan maupun kekiri lapangan pemainan ada yang tidak sampai net bahkan ada pula bolanya melebihi lapangan lawan.

Berdasarkan kenyataan bahwa, siswa pemula kebanyakan melakukan servis tanpa memperhitungkan efektifitas gerakan yang dilakukan. Hal yang terpenting bola dapat menyeberang melewati net dan masuk ke permainan lawan. Tetapi ada juga pukulan servisnya tidak menyeberangi net, servisnya tidak sampai di net bahkan ada juga yang servisnya melenceng jauh kekanan maupun ke kiri lapangan. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan siswa enggan dan bosan untuk melakukan pembelajaran.

Metode pembelajaran konvensional dan gaya inklusi merupakan pendekatan pembelajaran dan gaya pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran servis atas bolavoli terutama untuk siswa pemula. Pendekatan konvensional menekankan pada penguasaan teknik servis atas, sedangkan gaya inklusi rancangan pembelajaran yang di buat guru yang di dasarkan pada kemampuan masing-masing siswa dari yang mudah ke yang sukar.

Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pendidikan jasmani

cenderung konvensional atau tradisional. Praktek ditekankan pada “Teacher


(21)

commit to user

ditentukan oleh guru. Dalam pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas bagi siswa melalui kegiatan fisik. Biasanya tujuan pembelajaran ditekankan pada penguasan yang mengarah pada pencapaian tujuan prestasi tanpa melakukan modifikasi baik dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain. Pendekatan seperti itu menjadikan anak kurang senang atau bahkan merasa frustasi untuk melakukan program pendidikan jasmani karena tidak mampu dan sering gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan dalam bentuk kompleks. Tugas-tugas yang merupakan keterampilan komplek seperti itu sesungguhnya hanya mampu dilakukan oleh orang dewasa saja. Karena dalam pendekatan tradisional tidak dilakukan upaya memodifikasi tugas gerak yang kompleks menjadi tugas gerak yang sederhana, maka dapat diramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang harus dipelajari tergolong rendah.

Gaya mengajar inklusi, dalam hal ini guru merancang pembelajaran teknik dasar bolavoli pada level yang paling mudah, sedang dan tingkatan paling sulit. Dari rancangan yang telah di buat guru, siswa diberi kebebasan melakukan tugas ajar sesuai kemampuanya, misalnya dari tingkatan paling mudah, jika sudah menguasai tingkatkan pada level berikutnya.

Pembelajaran konvensional dan gaya inklusi, masing-masing bertujuan untuk meningkatkan penguasan teknik servis atas bolavoli, namun belum diketahui pendekatan mana yang lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar servis atas bolavoli. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan judul ,”Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Konvensional Dan Gaya Inklusi Terhadap Hasil Belajar Servis Atas Bolavoli Pada Siswa Putra Kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede Tahun Ajaran 2009/2010”.


(22)

commit to user B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Adakah perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran konvensional

dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010 ?

2. Manakah yang lebih afektif antara pendekatan pembelajaran konvensional dan

gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010 ?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui.

1. Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010

2. Efektifitas antara pendekatan pembelajaran konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010


(23)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain.

1. Dapat meningkatkan kemampuan servis atas bola voli bagi siswa yang

dijadikan objek penelitian.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru penjaskes di SMP Negeri 1 Karanggede bahwa pentingnya pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang karya


(24)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Servis Atas dengan Pendekatan Konvensional

a. Pengertian Pendekatan Konvensional

Ditinjau Dari Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001: 592) konvensional

diartikan, “kesepakatan, umum seperti adat istiadat, kebiasaan, kelaziman dan tradisional”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka pengertian pendekatan konvensional diartikan pendekatan tradisional. Berkaitan dengan pendekatan

tradisional Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001: 7) menyatakan, “pendekatan

tradisional adalah cara belajar yang lebih menekankan komponen-komponen teknik”.

Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 15) berpendapat, “pendekatan tradisional

mempunyai pengertian yang sama dengan pendekatan teknik yaitu pembelajaran yang

menekankan pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga”.

Berdasarkan pengertian pendekatan tradisional yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan konvesional merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada penguasaan teknik suatu cabang olahraga yang dalam pelaksanaanya dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini pembelajaran service atas dengan pendekatan konvesional dilakukan drilling atau latihan secara

terus menerus. Sugiyanto (1996: 72) menyatakan, “dalam pendekatan drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru dan melakukannya secara berulang-ulang”. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan agar terjadi otomasisi gerakan. Oleh karena itu, dalam pendekatan konvensional perlu disusun tata urutan pembelajaran yang baik agar siswa terlibat aktif, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut Sugiyanto (1996: 72) memberikan


(25)

commit to user

beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila pendekatan drill yang digunakan yaitu:

1. Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa, serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.

2. Pelajaran diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pelaksanaan

gerakan serta ketepatan penggunaannya. Apabila pelajar tidak meningkat penguasaan geraknya, situasinya perlu dianalisis untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaannya. 3. Selama pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap

tertuju pada kebenaran gerak.

4. Pelaksanaan drill disesuakan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.

5. Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi drill ke situasi permainan yang sebenarnya.

6. Suasana kompetetif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill, tetapi tetap ada control kebenaran geraknya.

Saran-saran dalam pendekatan drill tersebut sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh seorang guru dalam pelaksanaan mengajar keterampilan gerak. Seorang guru harus mampu menyusun tugas-tugas ajar secara baik, dapat membelajarkan siswa secara aktif sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar berjalan secara kondusif.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Servis Atas dengan Pendekatan Konvensional

Bertolak dari kesimpulan pendekatan konvensional tersebut diatas, maka pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional yaitu dengan memilah-milah teknik gerakan servis atas. Bagian-bagian teknik servis atas dipelajari secara berulang-ulang dari sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut. Kerangka kerja pendekatan konvensional yang diterapkan terangkum dalam table sebagai berikut :


(26)

commit to user

Teknik Proses Pembelajaran

1. Sikap permulaan

2. Gerak pelaksanaan

3. Gerak lanjutan

a. Di jelaskan sikap siap servis atas

b. Dijelaskan posisi kaki yang benar, sikap badan, posisi kedua tangan

c. Siswa mempraktekkan sikap permulaan servis

atas sesuai dengan instruksi

a. Dijelaskan cara melambungkan bola dan

tingginya lambungan bola.

b. Dijelaskan gerakan lengan pemukul dan

perkenaan lengan dengan bola.

c. Siswa mempraktekkan sesuai instruksi dari guru.

a. Dijelaskan sikap atau gerakan kaki setelah

memukul bola.

b. Dijelaskan maksud dan tujuan setelah melakukan

pukulan servis langsung masuk kelapangan dan melakukan sikap siap normal kembali.

c. Siswa mempraktekkan sesuai dengan instruksi

guru.

Berdasarkan kerangka pembelajaran servis atas tersebut, guru bertugas mengorganisasi pembelajaran di antaranya mengatur tata urutan pembelajaran, formasi pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran dan lain sebagainya. Disamping itu juga, menciptakan kondisi belajar yang menggairahkan adalah sangat penting, agar siswa terhindar dari rasa bosan. Dalam hal ini seorang guru harus mampu menciptakan variasi-variasi pembelajaran servis atas, misalnya servis atas di arahkan pada sasaran yang berubah-ubah dan sebagainya.


(27)

commit to user

Keaktifan siswa melakukan tugas ajar sangat di tuntut dalam pendekatan

konvensional. Seperti dikemukakan Rusli Lutan (1988: 399) bahwa “keaktifan sendiri

dari pihak siswa merupakan kunci utama penguasaan dan pemantapan gerak. Kelangsungan proses latihan pada tahap berikutnya ialah penguasaan teknik yang ideal. Hal ini tergantung pada inisiatif dan self-activity dari pihak siswa itu sendiri”.

Sedang guru bertugas mengarahkan penguasaan gerak, melakukan koreksi dan evaluasi setiap terjadi kesalahan teknik adalah penting terhindar dari pola gerakan yang salah dari teknik yang dipelajari. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1996: 72)

bahwa“setiap pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tertuju pada

kebenaran gerak”.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Servis Atas dengan pendekatan Konvensional

Berdasarkan pengertian dan pelaksanaan pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional yang telah di kemukakan di atas dapat di identifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional antara lain :

1) Siswa dapat memperagakan atau mempraktekkan teknik servis atas dengan baik dan benar.

2) Kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari guru, sehingga dapat meminimalkan kesalahan teknik.

Pembelajaran servis atas dengan pendekatan konvensional memiliki kelemahan antara lain :

1) Dapat menimbulkan rasa bosan, karena harus mengulang–ulang gerakan yang sama secara terus menerus dan menunggu giliran untuk melakukan tugas ajar.


(28)

commit to user

2) Hasrat gerak siswa tidak terpenuhi karena pembelajaran harus dilakukan secara runtut.

3) Siswa kurang ada tantangan dalam melakukan servis atas karena gerakan terlalu

monoton.

2. Pembelajaran Servis Atas dengan Gaya Inklusi

a. Gaya Mengajar

Pembuatan keputusan pada awal pengajaran tentang gaya mengajar yang akan digunakan oleh guru pendidikan jasmani sangatlah penting untuk mencapai pengajaran yang sukses. Bila gaya mengajar tidak direncanakan , maka guru pendidikan jasmani akan menghadapi kesukaran untuk menyampaikan materi. Berkaitan dengan gaya mengajar Husdarto dan Yudah M. Saputra (2000: 21)

menyatakan, “gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan

siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh

siswa”. Sedangkan Srijono Brotosuroyo, Sunardi dan M. Furqon (1994: 250)

berpendapat, “gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang

diberikan”.

Berdasarkan pengertian gaya mengajar yang dikemukakan dua ahli tesebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar merupakan cara atau siasat yang dilakukan guru untuk mengaktifkan dan menggiatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas-tugas dari guru. Dalam hal ini guru dapat memilih atau menerapkan gaya mengajar tertentu untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengatur kegiatan belajar. Dalam hal ini Muska Mosston dan Sara Ashworth (1992: 17-116)

mengelompokkan gaya mengajar menjadi 5 yakni “(1) The command style, (2) The practice style, (3) The reciprocal style, (4) The shelf-check style, (5) The inclusion style”.


(29)

commit to user

Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sangat penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Penerapan gaya mengajar ini dikaitkan dengan pengelolaan lingkungan belajar dan atmosfir belajar mengajar .

b. Pengertian Gaya Inklusi

Setiap gaya mengajar memiliki karekteristik sendiri-sendiri dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Muska Mosston dan Sara Ashworth (1992: 116) bahwa gaya mengajar inklusi adalah gaya mengajar yang dirancang oleh guru, di mana rancangan pembelajaran yang dibuat didasarkan pada kemampuan masing-masing siswa. Dari rancangan tersebut siswa diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas ajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 30) tujuan gaya mengajar inklusi

adalah “untuk membelajarkan siswa pada level kemampuan masing-masing siswa”. Gaya mengajar lainnya yang memiliki pengertian hampir sama dengan gaya inklusi adalah gaya tugas. Berkaitan dengan gaya tugas Rusli Lutan (2000: 32) menyatakan:

Ciri gaya tugas yaitu guru bertanggungjawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat atau lambatnya tempo belajar. Guru memberi keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar inklusi merupakan gaya mengajar yang mempunyai tujuan membelajarkan siswa berdasarkan kemampuan masing-masing siswa. Dalam hal ini siswa melakukan tugas ajar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat guru, dimana rancangan ini dibuat dengan tingkatan-tingkatan dari yang sederhana atau mudah, sedang atau tingkatan yang lebih sulit. Peranan siswa dalam gaya inklusi adalah mencoba melakukan gerakan untuk setiap tingkatan sesuai dengan kemampuannya. Siswa dapat memilih


(30)

commit to user

gerakan yang mereka anggap mampu. Siswa dapat melanjutkan aktivitasnya pada level yang lebih sukar atau sulit, jika sebelumnya telah dikuasai.

Peranan guru dalam gaya inklusi adalah mempersiapkan tugas gerak yang akan dilakukan siswa dan menentukan tingkat kesukaran di dalam tugas gerak yang akan diberikan. Guru harus mempersiapkan keriteria untuk masing-masing tahapan tugas.

Berdasarkan pengertian gaya inklusi di atas, gaya mengajar inklusi ini memiliki karakteristik yaitu, siswa diberi kebebasan untuk melakukan tugas gerak yang telah disusun oleh guru. Siswa dapat melakukan tugas gerak sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dengan kata lain, siswa diberikan pembelajaran servis atas bola voli dari rancangan yang sederhana atau mudah, untuk kemudian meningkat pada rancangan yang lebih sulit atau kompleks.

c. Pembelajaran Servis Atas Gaya Inklusi (Net meningkat dengan Jarak Bertahap)

Pembelajaran servis atas gaya Inklusi dengan net meningkat jarak bertahap berorientasi pada kondisi siswa yang belum siap atau belum mampu melakukan servis dari jarak yang sebenarnya. Seringkali servis atas dari jarak sebenarnya maupun dengan tinggi net yang sesuai kurang dapat dilakukan dengan baik, bolanya sering menyangkut net, atau bolanya melenceng diluar lapangan permainan. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu disusun cara belajar dari yang mudah atau sederhana, untuk selanjutnya ditingkatkan secara bertahap. Menurut Sugiyanto (1996: 64) bahwa:

Berdasarkan pertimbangan tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas,

penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip

penyusunan materi keterampilan yaitu: (1)dimulai dari materi belajar yang mudah dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar, (2) dimulai dari materi belajar yang sederhana dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang semakin komplek.


(31)

commit to user

Dari pendapat yang di kemukakan tokoh di atas ada pendapat lain yang dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 76) bahwa:

Manakala kondisi sebenarnya menjadi penghambat belajar keterampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak merusak integritas skill yang dipelajarinya. Pada kesempatan ini ubahlah orientasi pembelajaran agar lebih menekankan pada efisiensi (proses) daripada efektivitas (produk). Jelaskanlah pengetahuan hasil tentang proses. Untuk elanjutnya tingkatkan kondisi. Berdasarkan dua pendapat ahli diatas menunjukkan bahwa, pembelajaran servis atas dengan net meningkat dan jarak bertahap merupakan cara belajar yang dilakukan dalam pembelajaran servis atas dengan gaya inklusi, karena servis atas dari jarak maupun tinggi net yang sesuai siswa mengalami kesulitan. Pembelajaran servis atas ini dilakukan dari kondisi yang mudah atau sederhana baik dari tinggi net maupun jarak servis secara bertahap di tingkatkan menuju yang sebenarnya atau sesuai. Belajar tahap demi tahap hasilnya akan lebih baik. Hasil yang dicapai pada tahap awal bisa menjadi modal untuk mempelajari materi berikutnya. Kemampuan fisik dan gerak akan berkembang sejalan dengan aktifitas mempraktekkan gerak berulang-ulang. Dengan meningkatnya daya fisik dan gerak akan menjadi siap untuk mempelajari gerakan-gerakan yang semakin sukar atau berat dan kompleks.

Pelaksanaan pembelajaran servis atas yaitu: Berdasarkan jadwal yang direncanakan yaitu selama enam minggu dengan tiga kali pembelajaran dalam satu minggu. Pada minggu pertama servis atas dilakukan dengan tinggi net putri (2,10 meter), setelah tiga kali pertemuan tinggi net di naikkan 6 cm (dari sisa ketinggian 2,10 yaitu 33 cm di bagi 5 minggu yaitu 6,6 diambil 6 cm) dan seterusnya hingga ketinggian net pada ketinggian yang sebenarnya (prinsip overload). Jarak servis pada pertemuan 1 adalah 3 m. dari program yang dijadwalkan ada jarak sisa 6 meter. Dari 6 meter di bagi 5 minggu hasilnya 1,20 m. Dengan demikian jarak servis setelah tiga kali pertemuan jaraknya ditambah 1,20 m.. Dari jarak servis dan tinggi net yang bertahap sampai mencapai tinggi dan jarak servis yang sebenarnya tersebut di harapkan siswa akan lebih mudah menyeberangkan bola ke daerah lapangan lawan.


(32)

commit to user d. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar Inklusi

Mengajar gaya inklusi merupakan bentuk mengajar yang menekankan pada tingkat kesukaran dan kompleksitas gerakan yang dipelajari. Tingkat kemudahan atau kesukaran tugas gerak telah disusun atau dirancang oleh guru dan siswa dapat memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut, gaya mengajar inklusi dapat di identifikasi kelebihan dan kelemahannya.

Kelebihan gaya mengajar inklusi terhadap penguasaan teknik dasar bolavoli antara lain:

1. Siswa dapat mengukur tingkat kemampuannya masing-masing, sehingga

dapat menentukan dan memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya.

2. Belajar tahap demi tahap mempunyai dampak yang lebih baik, sehingga akan

memberi kemudahan untuk mempelajari tugas gerak yang lebih sulit atau rumit.

3. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena merasa tertantang dengan

tugas ajar yang semakin sukar atau rumit.

Sedangkan kelemahan gaya mengajar inklusi terhadap penguasaan teknik dasar bolavoli antara lain:

1. Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam pembelajaran, karena menuntut

kemampuan yang memadai sebelum mempelajari tahap berikutnya.

2. Waktu yang dibutuhkan lebih lama, bila pada tahap sebelumnya siswa belum

menguasai dengan baik.

3. Kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda, siswa yang terampil akan semakin berkembang, sedangkan yang kemampuannya rendah peningkatan kemampuan agak lambat.


(33)

commit to user

3

. Permainan Bolavoli

a. Pengertian Permainan Bolavoli

Permainan bolavoli merupakan cabang olahraga yang cukup populer yang diciptakan oleh William G. Morgan pada tahun 1895. Dia adalah seorang Pembina pendidikan jasmani pada organisasi Young Man Cristian Association (YMCA) di kota Massachusetts, Amerika Serikat. Mula-mula permainan bolavoli diberi nama Mintonette, di mana permainanya hampir serupa dengan permainan badminton. Jumlah pemain tidak terbatas, sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengembangkan kesegaran jasmani para buruh di samping bersenam umum. Kemudian permainan diubah menjadi Volleyball yang artinya memvoli bola berganti-ganti. Pada tahun 1992 YMCA berhasil mengadakan kejuaran nasional bolavoli di negara Amerika Serikat. Pertandingan bolavoli yang pertama tahun 1947 di polandia. Pada tahun 1948 IVBF(Internasional Volley Ball Federation) didirikan dengan beranggotakan 15 negara dan berpusat di Paris.

Bolavoli masuk ke Indonesia pada tahun 1928, yang dibawa oleh serdadu-serdadu Belanda, serta guru yang di datangkan dari Belanda, sewaktu mereka bertugas di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, bekas angkatan perang Belanda yang bergabung dengan TNI, ikut mempopulerkan bolavoli. Pada PON III tahun 1953 di Medan (sumatera Utara) bola voli mulai dipertandingkan. Pada tahun 1954, Surabaya dan Jakarta mulai membentuk organisasai bolavoli nasional, atas jasa Dr. Azis Saleh, waktu itu menjabat komisaris teknik KOI (Komite Olimpiade Indonesia). Setelah diadakan pertemuan IBVOS (Surabaya) dan PERVID (Jakarta), bersepakat membentuk Organisasi bolavoli nasional. Dan pada tanggal 22 januari 1955, lahirlah

Organisasi persatuan Bolavoli Indonesia(PBVSI), dengan ketuanya W.J. Latumenten.

Prestasi yang pernah dicapai Indonesia adalah juara Asia dalam Asian Game IV tahun 1962, Ganefo I di Jakarta, juara putra Sea Games XI di Manila, juara putri Sea Game XII di Singapura.


(34)

commit to user

Permainan bola voli merupakan cabang olahraga beregu atau tim. Permainan bolavoli dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim terdiri dari enam orang pemain. Permainan bolavoli dimainkan di atas lapangan berbentuk empat persegi panjang berukuran 18 X 9 meter yang dipisahkan oleh net. Pelaksanaan permainan bola voli yaitu dengan memvoli atau memantulkan bola. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak terjadi pukulan ganda. Bola divoli atau dipantulkan sebanyak tiga kali dan selanjutnya diseberangkan kedaerah permainan lawan. Seperti dikemukakan

Amung Ma’mun dan Toto Subroto (2001: 43) bahwa, “Pada dasarnya prinsip

bermain bolavoli adalah memantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai, bola di mainkan sebanyak-banyaknya tiga kali sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu diseberangkan ke lapangan lawan

melewati jaring dan masuk sesulit mungkin”.

Seiring dengan upaya penyempurnaan permainan agar lebih menarik, maka unsur-unsur dalam permainan bolavoli mengalami perubahan. Dalam sejarahnya, perkembangan bolavoli menyangkut empat hal pokok, yaitu: Teknik, Peraturan permainan, sarana dan perlengkapan, dan perkembangan bentuk permainan. Perkembangan teknik diarahkan pada peningkatan keterampilan gerak, dirancang agar bola yang dimainkan dapat dilewatkan melalui jaring ke lapangan lawan sehingga lawan tidak mampu mengembalikan bola atau mengalami kesulitan untuk mengembalikan bola dengan baik, tanpa mengabaikan peraturan permainan bola voli. Pada awalnya servis dilakukan, semata-mata hanya membuka permainan. Dalam perkembangannya, servis dimanfaatkan sekaligus sebagai serangan. Caranya pemain yang melakukan servis melompat ke udara setelah bola dilambungkan, mirip pelaksanaan spike. Kini teknik itu sudah menjadi bagian keterampilan bermain bolavoli. Demikian juga dengan teknik spike, Dalam permainan bola voli sekarang bukan hanya pemain depan yang berfungsi melakukan serangan, tetapi pemain belakang pun mampu melakukanya. Tentu pelaksanan seperti itu tidak melanggar peraturan. Telapak kaki saat tolakan dilakukan tidak didalam daerah depan (daerah tiga meter). Pelaksanaan spike itu membutuhkan power yang besar untuk mampu


(35)

commit to user

melompat ke atas depan melakukan serangan. Berkaitan dengan hal tersebut

Soedarwo, Sunardi & Agus Margono (2000: 31) menyatakan, “Teknik bermain bola

boli terus berkembang sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku, dan yang seharusnya selalu berorientasi pada prinsip efisiensi dan efektifitas daripada

gerakan”. Hal serupa dikemukakan Amung Ma’mun & Toto Subroto(2001: 37) bahwa, “Semula bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasanya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola”. Dengan

demikian permainan bola voli dari tahun ke tahun akan semakin berkembang baik itu teknik maupun peraturan, semata-mata untuk tujuan rekreasi agar diperoleh kesenangan dan kegembiraan.

b. Macam-macam Teknik Dasar Bermain Bolavoli

Menguasai teknik dasar bolavoli merupakan syarat mutlak agar dapat bermain bolavoli dengan baik. Teknik dasar bolavoli merupakan serangkaian gerakan yang harus dilakukan dalam permainan bolavoli. Dalam permainan bolavoli ada beberapa bentuk teknik dasar yang harus dikuasai. Teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri atas servis, passing bawah, passing atas, block,dan smash. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli Aip Syaifudin dan Muhadi (1991/1992: 187) menyatakan,

“teknik dasar permainan bolavoli merupakan permainan untuk melakukan bentuk

-bentuk gerakan yang berhubungan dengan permainan bolavoli”. Menurut M. Yunus (1992: 108) mengemukakan bahwa, “teknik dasar adalah cara melakukan sesuatu

untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan

yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal”. Sedangkan Soedarwo, Sunardi &

Agus Margono (2000: 6) menyatakan, “Teknik dasar bolavoli adalah proses

melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian praktek dengan sebaik mungkin untuk

menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga permainan bolavoli”

Berdasarkan pengertian teknik dasar bolavoli yang dikemukakan oleh tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli merupakan suatu proses gerakan tubuh yang dibuktikan dengan praktek yang dilakukan dengan


(36)

sebaik-commit to user

baiknya dalam arti efektif dan efisien untuk menyelesaiakan tugas yang pasti guna mencapai hasil yang baik dalam bermain bolavoli. Dengan meguasai teknik dasar bolavoli, maka mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang optimal. Seperti

dikemukakan A. Sarumpaet dkk. (1992: 87) bahwa, “Teknik dasar bolavoli harus

benar-benar dikuasai terlebih dahulu agar dapat mengembangkan mutu permainan,

lancar dan teratur”. Adapun macam-macam teknik dasar bolavoli menurut Sugiyanto,

Soedarwo dan Sunardi (1994: 21) bahwa, “Teknik dasar bermain bolavoli terdiri dari:

(1) sikap dasar siap, (2) gerakan menyongsong bola, (3) gerakan menjangkau bola,

(4) pas atas dan pas bawah, (5) servis, (6)semes dan, (7) blok”. Hal serupa

dikemukakan Soedarwo dkk. (2000: 7) bahwa teknik dasar bermain bolavoli dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

1) Passing:

a) Teknik pass atas b) Teknik pass bawah. c) Set-up/umpan.

2) Smash:

a) Normal smash

b) Semi smash

c) Push smash

3) Service:

a) Tenis service. b) Floating. c) Cekis.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bolavoli terdiri dua macam yaitu teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola berupa gerakan-gerakan khusus yang mendukung teknik dengan bola, sedangkan teknik dengan bola adalah cara memainkan bola dengan anggota badan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Keterkaitan antara teknik tanpa bola dan teknik dengan bola didasarkan pada kebutuhan dalam permainan.


(37)

commit to user c. Pentingnya Penguasaan Teknik Dasar Bolavoli

Penguasan teknik dasar bolavoli merupakan unsur yang sangat mendasar untuk mencapai prestasi bolavoli, selain faktor fisik, taktik dan mental. Teknik dasar bolavoli merupakan faktor utama yang harus dikembangkan melalui latihan yang baik dan teratur. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli. Marta Dinata (2004: 5)

menyatakan,”Untuk meningkatkan prestasi, seorang pemain bolavoli harus menguasai beberapa teknik dasar terlebih dahulu. Teknik dasar merupakan faktor utama selain kondisi fisik, taktik dan mental. M. Yunus (1992: 68) menyatakan,

“Teknik dalam permainan bolavoli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk

mencapai hasil yang optimal”. Sedangkan Dieter Beutelstahl (2003: 9) berpendapat, “teknik merupakan prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek, dan

bertujuan mencari penyelesaian suatu problem pergerakan tertentu dengan cara yang

paling ekonomis dan berguna”.

Berdasarkan pengertian teknik dasar bolavoli yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, Selain fisik, taktik, dan mental faktor penting dalam bermain bolavoli adalah teknik, karena teknik merupakan suatu proses gerak tubuh yang dibuktikan dengan praktek yang dilakukan dengan sebaik mungkin dalam arti efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti guna mencapai hasil yang baik dalam permainan bolavoli. Teknik bermain bolavoli merupakan aktifitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal.

Penguasan teknik dasar bolavoli mempunyai peran penting dalam usaha mencapai prestasi yang optimal. Seorang pemain yang menguasai teknik dasar bolavoli dengan baik akan mendukung penampilannya baik secara individu maupun

secara kolektif. M. Yunus (1992: 68) menyatakan, “ seni dalam permainan bolavoli terlihat dari pemain yang sudah menguasai teknik tinggi hingga menyerupai akrobatik dengan pukulan-pukulan dan tipu muslihat yang indah serta mempesona para


(38)

commit to user

“penguasan teknik dasar bolavoli merupakan salah satu unsur yang menentukan

menang atau kalahnya suatu regu dalam pertandingan”. Oleh karena itu, teknik dasar

tersebut harus benar-benar di kuasai terlebih dahulu, agar dapat mengembangkan mutu permainan, lancar dan teratur. Hal senada dikemukakan Soedarwo dkk. (2000:

6) menyatakan, “penguasan teknik dasar permainan bolavoli merupakan salah satu

unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental”.

Berdasarkan tiga pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, penguasan teknik dasar bolavoli mempunyai peran penting baik secara individual maupun secara kolektif dalam bermain bolavoli di samping faktor fisik, taktik dan mental. Dengan menguasai teknik dasar bolavoli akan mendukung penampilan seorang pemain lebih baik, dan secara kolektif dapat mempengaruhi menang atau kalahnya suatu tim dalam pertandingan. Pentingnya penguasaan teknik dasar permainan menurut Suharno HP. (1985: 11) mengingat hal-hal sebagai berikut:

1. Hukuman kesalahan teknik terhadap pelanggaran permainan yang hubungannya dengan kesalahan dalam melakukan teknik.

2. Karena terpisahnya tempat antara regu ke satu dengan regu yang lain, sehingga tidak terjadi adanya sentuhan badan dari permainan lawan.

3. Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan teknik ini antara lain membawa bola, mengangkat bola, serta pukulan rangkap.

4. Permainan bolavoli adalah permainan yang cepat, artinya waktu untuk memainkan bola sangat terbatas, sehingga penguasan teknik yang tidak sempurna akan memungkinkan timbulnya kesalahan teknik yang lebih besar.

5. Penguasan taktik-taktik yang tinggi hanya memungkinkan kalau penguasaan teknik dasar dan tinggi dalam bolavoli cukup sempurna.

Penguasaan teknik dasar bolavoli dengan baik adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi bolavoli baik secara individu maupun secara tim. Kemampuan yang dimiliki individu akan memberikan sumbangan untuk kemenangan tim, karena bolavoli permainan tim. Seperti dikemukakan Sugiyanto

dkk. (1994: 11) menyatakan bahwa, “kriteria penilaian prestasi bermain bolavoli yang

bisa lebih obyektif adalah berkaitan dengan kualitas individu yang menjadi anggota


(39)

commit to user

4

. Servis Atas Bolavoli

a. Pentingnya Servis dalam Permainan Bolavoli

Servis merupakan salah satu teknik dasar permainan bolavoli yang memiliki fungsi ganda yaitu, sebagai tanda dimulainya permainan dan sebagai serangan pertama bagi regu yang melakukannya. Berkaitan dengan servis Barbara L.V. &

Bonnie J.F (1996: 27) menyatakan “servis adalah satu-satunya teknik yang digunakan

untuk memulai pertandingan”. Amung Ma’mum dan Toto subroto (2001: 61) bahwa, “servis adalah awal terjadinya suatu permainan bolavoli. Akan tetapi dalam

perkembanganya servis menjadi salah satu serangan pertama yang sangat penting”.

Menurut Sugiyanto, Soedarwo dan Sunardi (1994: 26) bahwa, “servis selain sebagai

pukulan awal untuk memulai permainan, servis berkembang menjadi suatu teknik

yang dapat di gunakan untuk menyerang”. Menurut Marta Dinata (2004: 5) “servis

merupakan awal permainan, dan dapat dimasukkan ke dalam kategori serangan yang

pertama”. Hal senada dikemukakan Agus Mukholid (2004: 35) bahwa, “Servis tidak

hanya sebagai permulaan permainan ataupun sekedar menyajikan bola, tetapi hendaknya diartikan sebagai suatu serangan awal untuk mendapatkan angka agar

regunya memperoleh kemenangan”.

Pengertian servis yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, servis merupakan tanda dimulainya permainan bolavoli dan sebagai serangan pertama untuk

mendapatkan point bagi regu yang mendapat kesempatan servis. Kemampuan server

melakukan servis yang efektif dan sulit dikembalikan akan dapat mempengaruhi

jalanya permainan. Seperti dikemukakan Deiter Beutelstahl (2005: 8) bahwa, “servis yang baik mempengaruhi seluruh jalanya pertandingan”. Hal ini berarti, angka atau

point dapat dihasilkan melalui servis yang baik dan sulit untuk dikembalikan. Servis yang sulit dan mematikan ini biasanya hanya mampu dilakukan pada pertandingan-pertandingan bolavoli tingkat tinggi.


(40)

commit to user b. Servis Atas

Servis atas merupakan bentuk pukulan yang memiliki efektifitas tinggi untuk melakukan serangan, dibandingkan dengan servis bawah. Pelaksanaanya adalah dengan memukul bola menggunakan lengan yang di pukul diatas kepala. Menurut

pendapat yang dikemukakan Agus Mukholid (2004: 35) bahwa, “Kelemahan servis

tangan bawah adalah mudah diterima dan lintasanya melambung tinggi sehingga

mudah diantisipasi lawan”. Servis dapat dikategorikan sebagai serangan karena

pukulan servis atas memiliki tenaga ayun lebih besar dan kecepatan gerakan lengan pemukul juga lebih besar. Selain itu juga, lintasan bola lebih pendek sehingga bola sulit untuk diprediksi lawan dan bisa menghasilkan nilai atau point bagi server.

Serangan pertama dalam permainan bolavoli bisa dimulai dari servis, maka kesempatan server dalam melakukan servis dapat dilakukan dengan berbagai macam jenis servis yang dianggap paling efektif untuk mematikan lawan. Barbara L.V. &

Bonnie J.F. (1996: 28) menyatakan “servis canggih yang populer adalah servis

topspin, servis mengambang, melingkar (roundhouse floather), dan servis meloncat (jump serve)”. Menurut Suharno HP. (1985: 25-26) servis atas dibedakan menjadi

tiga yaitu:”(1) Tenis servis, (2) Servis floating/mengapung, (3) Servis cekis”

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, seorang pemain harus menguasai teknik servis karena servis merupakan serangan pertama yang bisa memungkinkan menghasilkan nilai, dan akan mendukung pencapaian kemenangan timnya. Semakin baik dalam menguasai teknik servis atas semakin besar juga peluang untuk mendapatkan point melalui servis.

c. Teknik Pelaksanaan Servis Atas

Penguasaan teknik servis atas yang benar akan menghasilkan pukulan servis yang efektif sesuai yang diharapkan. Sedangkan kesalahan teknik servis atas adalah kegagalan. Menurut Soedarwo dkk. (2000: 20-21) teknik servis atas meliputi ”(1) sikap permulaan, (2) sikap saat perkenaan dan, (3) sikap akhir”. Teknik-teknik servis


(41)

commit to user

atas harus dilakukan dengan benar, agar dapat memperoleh hasil servis yang baik. Adapun pelaksanaan teknik servis atas sebagai berikut:

1) Sikap permulaan.

Ambil sikap berdiri dengan kaki kiri berada lebih kedepan daripada kaki kanan dan kedua lutut ditekuk. Tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama memegang bola. Tangan kiri menyangga bola, sadang tangan kanan memegang bagian atas bola. Bola dilambungkan dengan tangan kiri ke atas sampai ketinggian kurang lebih setengah meter di atas kepala. Tangan kanan segera ditarik ke belakang atas kepala, dengan telapak tangan menghadap kedepan.

Gambar 1. Sikap Permulaan Servis Atas

(Barbara L.V& Bonnie J.F. 1996: 31)

2) Sikap saat perkenaan.

Setelah tangan kanan berada di atas belakang kepala dan bola berada sejangkauan tangan maka segera bola dipukul dengan cara memukul seperti pada smash. Sewaktu akan melakukan servis, perhatian selalu terpusat pada bola. Lecutan tangan dan lengan sangat diperlukan dalam servis atas, bila perlu dibantu gerakan togok kearah depan sehingga bola


(42)

commit to user

akan memutar lebih banyak. Pada waktu lengan dilecutkan siku jangan sampai ikut tertarik kebawah.

Gambar 2. Sikap Pelaksanaan Servis Atas

(Barbara L.V& Bonnie J.F. 1996: 31)

3) Sikap akhir.

Setelah memukul bola maka diikuti langkah kaki kanan ke depan dan terus masuk kelapangan permainan serta mengambil sikap siap normal.

Gambar 3. Sikap Akhir Servis Atas.


(43)

commit to user

d. Kesalahan yang sering dilakukan Saat Melakukan Servis Atas

Sebagai serangan servis bukan merupakan hal yang mudah untuk melakukannya. Setiap jenis pukulan servis atas memiliki teknik yang berbeda-beda, sehingga tidak menutup kemungkinan servis yang dilakukan sering terjadi kesalahan. Menurut peraturan bolavoli Edisi (2001-2004) dijelaskan bahwa,

“Kesalahan servis apabila 1) menyalahi giliran servis, (2) tidak melakukan servis

sebagaimana mestinya, (3) menyentuh pemain dari tim yang melakukan servis atau

gagal melewati net, (4) bola keluar, (5) bola melewati di atas tabir”

Keberhasilan servis atas sangat tergantung penguasaan teknik yang benar dan sempurna. Keberhasilan servis akan dapat mempengaruhi jalanya permainan secara keseluruhan. Oleh karena itu kesalahan-kesalahan seperti di atas harus dihindari. Bila terjadi kesalahan harus segara dibetulkan. Lebih lanjut Barbarra L.V. dan Bonnie J.F. (1996: 35) memberikan cara memperbaiki kesalahan sevis atas yaitu :

1. Lemparkan bola di belakang bahu dan lengan anda memukul bola.

2. Lemparan harus dilakukan didepan tubuh anda, tidak di luar bahu dari lengan anda yang memukul bola.

3. Pindahkan berat badan anda pada saat memukul bola. Pukul bola dengan

tumit telapak tangan anda terbuka.

4. Pukul bola dibagian tengah belakang dan tekuk pergelangan tangan anda

dengan penuh tenaga, putar jemari tangan anda pada bola dan akhiri dengan menjatuhkan lengan anda ke pinggang.

5. Lemparkan bola sedikit di belakang bahu anda dan pindahkan berat badan

anda ke depan.

Untuk memperoleh kualitas servis atas yang baik, maka setiap terjadi kesalahan harus dicermati letak kesalahannya, dan untuk pukulan servis berikutnya kesalahan dapat terhindarkan. Kemampuan siswa dalam mencermati setiap kesalahan yang dilakukan akan dapat membentuk pola pukulan servis seperti yang diharapkan. Oleh karena itu sejak awal pembelajaran harus ditanamkan servis yang efektif, sehingga akan terhindar dari kesalahan.


(44)

commit to user

5. Pendekatan pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Ditinjau dari kata pendekatan pembelajaran, kalimat tersebut masing-masing perlu dipahami arti dari masing-masing kata tersebut. Menurut Depdikbud (1990:

180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu” Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25)

bahwa, “Pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Sedangkan pembelajaran menurut H.J. Gino dkk. (1998: 32) bahwa,”Pembelajaran atau

instruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dan dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam

kegiatan belajar mengajar”. Menurut Sukintaka (2004: 55) bahwa,”Pembelajaran

mengandung pengertian , bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi disamping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik

mempelajarinya”

Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan mempelajarkan siswa guna membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat

Wahjoedi (1999: 121) bahwa, ”Pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola

kegiatan belajar dan perilaku siswa agar siswa dapat aktif melakukan tugas sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaiful Sagala (2005: 68)

bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru

dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan intruksional

tertentu”.

Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran yang dikemukakan dua ahli tersebut menunjukkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran terjadi dua kejadian


(45)

commit to user

secara bersama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu, peserta didik atau siswa. Kedua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar, yaitu guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa menerimanya. Seperti dikemukakan Syaiful Sagala (2005: 68)

bahwa, “Pada pokoknya pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian yang lainnya berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang-bidang ilmu.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Servis atas Bolavoli

Servis atas merupakan salah satu bentuk keterampilan yang memiliki beberapa unsur gerakan yang dalam pelaksanaanya harus dikoordinasikan secara baik dan harmonis. Untuk menguasai gerakan servis atas, maka harus belajar dengan baik dan teratur dengan mengulang-ulang gerakan tersebut sebanyak-banyaknya.

Seperti dikemukakan Suharno HP. (1993: 22) bahwa, “untuk mengotomatiskan

penguasaan unsur gerak fisik, teknik dan keterampilan yang benar atlet harus

melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya”.

Berdasarkan keterampilan harus disajikan secara runtut dan dilakukan secara berulang-ulang. Penyajian materi pembelajaran yang baik akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa untuk menyerap atau menguasai tugas ajar yang diberikan. Menurut PBVSI (1995: 67) dijelaskan bahwa metode umum pembelajaran keterampilan olahraga secara metodis dapat diurutkan sebagai berikut:

1) Memberikan gambaran pengertian yang benar melalui penjelasan lisan (informasi verbal).

2) Memberikan contoh atau demonstrasi yang benar antar lain dengan:

a) Contoh langsung dari pelatih atau guru

b) Contoh siswa yang dianggap baik

c) Contoh dengan gambar seri/foto

d) Contoh dengan film/video

3) Siswa disuruh melaksanakan gerakan dengan formasi-formasi yang


(46)

commit to user

4) Guru mengoreksi dan membetulkan kesalahan-kesalahan baik bersifat

perorangan maupun kelompok.

5) Siswa disuruh mengulang kembali sebanyak mungkin untuk mencapai

gerakan otomatis yang benar.

6) Guru mengevaluasi terhadap hasil yang sudah dapat dicapai pada saat itu.

Tata urutan mengajar keterampilan olahraga termasuk servis atas bolavoli tersebut penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh guru. Pembelajaran keterampilan yang ditata dengan metode yang tepat akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

c. Karakteristik atau Ciri-Ciri perubahan Akibat Belajar

Belajar gerak merupakan suatu proses yang mengarah pada perubahan diri siswa, dimana siswa memiliki keterampilan gerak yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Pada prinsipnya perubahan yang terjadi akibat belajar gerak adalah bersifat permanen. Ini artinya, keterampilan yang telah diperoleh tidak langsung hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan. Dengan demikian dalam belajar motorik terdapat beberapa karakteristik atau ciri yang membeda dengan belajar pada umumnya. Menurut Schmidt (1982) yang dikutip Rusli Lutan (1998: 102-107)

karakteristik belajar gerak meliputi: “(1) Belajar sebagai sebuah proses, (2) Belajar

motorik adalah hasil langsung dari latihan, (3) Belajar motorik tak teramati secara langsung, (4) Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi (kebiasaan), (5) Belajar motorik relatif permanen, (6) Belajar motorik bisa menimbulkan efek negatif

dan (7) Kurve hasil belajar”. Untuk lebih jelasnya ketujuh karakteristik belajar motorik diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1. Belajar Sebagai Proses

Proses adalah seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama, menghasilkan beberapa perilaku tertentu. Sebagai contoh dalam membaca, proses diasosiasikan dengan gerakan mata, menangkap kode dan simbol di dalam teks,


(47)

commit to user

memberikan pengertian sesuai dengan perbendaharaan kata yang tersimpan dalam ingatan, dan seterusnya. Demikian halnya dalam belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat suatu proses yang menyumbang kepada perubahan dalam perilaku

motorik sebagai hasil dari belajar atau berlatih dalam organisme yang

memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelum belajar atau berlatih.

Proses perubahan yang terjadi akibat dari belajar harus disadari oleh siswa, sehingga siswa dapat merasakan bahwa dirinya telah mencapai peningkatan keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti dikemukakan Slameto (1993:

3) bahwa, “Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau

sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya sesuatu perubahan pada dirinya”. Dengan kemampuan siswa menyadari akan perubahan yang terjadi dalam dirinya, ini artinya telah terjadi proses belajar gerak dalam diri siswa. Dengan terjadinya proses belajar, maka akan dicapai hasil belajar yang lebih baik.

2. Belajar Motorik adalah Hasil Langsung Dari Latihan

Perubahan perilaku motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang dewasa lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak yang muda), meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998: 33)

menyatakan bahwa, “Perubahan-perubahan hasil belajar gerak sebenarnya bukan murni dari hasil suatu pengkondisian proses belajar, melainkan wujud interaksi antara kondisi belajar dengan faktor-faktor perkembangan individu”.

Ini artinya, perubahan kemampuan individu dalam penguasaan gerak ditentukan oleh adanya interaksi yang rumit antara faktor keturunan dan pengaruh lingkungan. Perkembangan individu berproses sebagai akibat adanya perubahan anatomis-fisiologis yang mengarah pada status kematangan. Pertumbuhan fisik yang


(48)

commit to user

menunjukkan pada pembesaran ukuran tubuh dan bagian-bagiannya, terkait dengan perubahan-perubahan fungsi faal dan sistem lain dalam tubuh. Pola-pola perubahan tersebut pada gilirannya akan selalu mewarnai pola penguasaan gerak, sebagai hasil proses belajar gerak.

3. Belajar Motorik Tak Teramati Secara Langsung

Belajar motorik atau keterampilan olah raga tak teramati secara langsung. Proses yang terjadi dibalik perubahan keterampilan sangat kompleks dalam sistem persyarafan, seperti misalnya bagaimana informasi sensori di proses itu semuanya tidak dapat diamati secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam keterampilan atau perilaku motorik.

4.Belajar Menghasilkan Kapabilitas Untuk Bereaksi (Kebiasaan)

Pembahasan belajar motorik juga dapat ditinjau dari munculnya kapabilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Kemampuan tersebut dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat syaraf. Tujuan belajar atau latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut kebiasaan. Menurut Rusli Lutan (1988: 104) kapabilitas ini penting maknanya karena berimplikasi pada keadaan yaitu, “jika telah tercipta kebiasaan dan kebiasaan itu kuat, keterampilan dapat diperagakan jika terdapat kondisi yang mendukung, tetapi jika kondisi tidak mendukung (lelah)

keterampilan yang dimaksud tidak dapat dilakukan”.

5. Belajar Motorik Relatif Permanen

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, lelah dan lain sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan akibat belajar. Perubahan yang terjadi akibat proses belajar bersifat menetap atau permanen. Hasil belajar gerak relatif bertahan hingga waktu relatif lama. Sebagai contoh, kemampuan siswa melakukan lempar lembing


(49)

commit to user

gaya jangket tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan semakin berkembang jika terus dipergunakan atau berlatih secara teratur. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama satu bulan, bertahun-tahun atau hanya dua atau tiga hari. Untuk kebutuhan analisis dapat ditegaskan bahwa, belajar akan menghasilkan beberapa efek yang melekat pada diri siswa setelah melakukan belajar gerak.

6. Belajar Motorik Bisa Menimbulkan Efek Negatif

Dilihat hasil yang dicapai dari belajar gerak menunjukkan bahwa, belajar dapat menimbulkan efek positif yaitu, penyempurnaan keterampilan atau penampilan gerak seseorang. Namun disisi lain, belajar dapat menimbulkan efek negatif. Sebagai contoh, seorang pesenam belajar gerakan salto ke belakang. Pada suatu ketika lompatannya kurang tinggi dan putaran badannya terlampau banyak sehingga jatuh terlentang. Akibatnya ia mengalami rasa sakit pada punggunya dan menyebabkan tidak berani lagi melakukan gerakan salto ke belakang. Rasa takut ini mungkin berlangsung beberapa lama, sampai kemudian keberaniannya muncul kembali. Contoh semacam ini dapat dipakai sebagai ilustrasi gejala kemunduran suatu keterampilan sebagai rangkaian akibat kegiatan belajar pada waktu sebelumnya.

Kesan buruk terhadap pengalaman masa lampau, kegiatan pahit dalam suatu kegiatan atau tidak berhasil melakukan suatu jenis keterampilan dengan sempurna justru bukan berakibat negatif, tetapi hendaknya dijadikan pendorong ke arah perubahan positif. Pengalaman semacam ini hendaknya menjadi pendorong untuk lebih giat belajar hingga mencapai hasil yang lebih baik.

7. Kurva Hasil Belajar

Salah satu persoalan yang paling rumit dalam proses belajar gerak adalah tentang penggambaran hasil belajar dan kecermatan dalam hasil penafsirannya. Kurva hasil belajar adalah gambaran penguasaan kapabilitas untuk bereaksi (yaitu kebiasaan) dalam satu jenis tugas setelah dilakukan berulang-ulang. Kurva hasil belajar adalah gambaran penguasaan kapabilitas untuk bereaksi (yaitu kebiasaan)


(1)

commit to user

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 diperoleh nilai sebesar = 11,617 sedangkan ttabel = 2,09, ternyata thitung >

ttabel5% yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kel;ompok 1. Hal ini artinya, kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan servis atas bolavoli yang disebabkan oleh pendekatan pembelajaran servis atas bolavoli yang diberikan, yaitu pendekatan pembelajaran servis atas bolavoli dengan gaya inklusi.

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 diperoleh nilai sebesar = 7,178 sedangkan ttabel = 2,09 ternyata thitung >

ttabel5%, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. Hal ini artinya, kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan servis atas bolavoli yang disebabkan oleh pembelajaran yang diberikan, yaitu pendekatan pembelajaran servis atas bolavoli dengan pendekatan konvensional.

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung sebesar 1,657 sedangkan

ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,09. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tes akhir pada kelompok 1 dan tes akhir pada kelompok 2. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010, tidak dapat diterima kebenaranya.

1. Pembelajaran Servis Atas dengan Gaya Inklusi Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Servis Atas Bolavoli Pada Siswa Putra SMP Negeri 1 Karanggede Tahun ajaran 2009/2010.

Berdasarkan hasil penghitungan persentase peningkatan kemampuan servis atas bolavoli diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki nilai persentase peningkatan kemampuan servis atas bolavoli sebesar 52,81%. Sedangkan kelompok 2


(2)

commit to user

memiliki peningkatan kemampuan servis atas bolavoli sebesar 40,11%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, pembelajaran servis atas bolavoli dengan gaya inklusi lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010, dapat diterima kebenaranya.


(3)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran servis atas bolavoli antara pendekatan konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010, dengan nilai perhitungan thit sebesar 1,657 dan ttabel sebesar

2,09 dengan taraf signifikasi 5%.

2. Pembelajaran servis atas bolavoli dengan gaya inklusi memiliki efektifitas yang lebih baik terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010. Kelompok 1 (pendekatan pembelajaran servis atas bolavoli dengan gaya inklusi) memiliki peningkatan sebesar 52,81%. Sedangkan kelompok 2 (pembelajaran servis atas bolavoli dengan pendekatan konvensional) memiliki persentase peningkatan sebesar 40,11%.

3. Diskusi

Berdasarkan simpulan A.1 menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran servis atas bolavoli antara pendekatan konvensional dan gaya inklusi terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 1 Karanggede tahun ajaran 2009/2010. Membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran sama pengaruhnya terhadap hasil pembelajaran.


(4)

commit to user

B. Implikasi

Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah, dampak dari pendekatan pembelajaran konvensional dan gaya inklusi dalam meningkatkan kemampuan servis atas dalam permainan bolavoli yang telah dilaksanakan, bahwa sampel dalam penelitian ini semakin baik dan benar dalam melakukan servis atas dalam permainan bolavoli.

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk memilih bentuk pembelajaran yang tepat, khususnya untuk meningkatkan kemampuan servis atas bolavoli.

C. Saran

Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada para guru penjaskes di SMP Negeri 1 Karanggede disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam upaya meningkatkan kemampuan servis atas bolavoli, harus

menggunakan pendekatan pembelajaran servis yang tepat, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

2. Untuk meningkatkan kemampuan servis atas bolavoli seorang guru dapat

menerapkan pembelajaran servis dengan pendekatan konvensional dan gaya inklusi.


(5)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syaifudin dan Muhadi. 1991/1992. Pendidikan jasmani. Jakarta : Depdikbud. Dirjendikti. Proyek pembinaan Tenaga Kependidikan.

Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani. Surakarta : Yudhistira.

Amung Ma’mum & Toto Subroto. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Permainan Bolavoli Konsep& Metode Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Manengah.

Barbara L.V. & Bonnie J.F. 1996. Bolavoli Tingkat Pemula. Alih Bahasa. Monti. Jakarta : Raja Grafindo.

Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bola Basket. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan

menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal olahraga.

Dieter Beutelstahl. 2005. Belajar Bermain Bolavolley. Bandung : CV. Pioner Jaya. H.J. Gino dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press.

Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Marta Dinata. 2004. Belajar Bolavoli. Jakarta : Penerbit Cerdas jaya.

Mulyono Biyakto Atmojo. 1997. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Surakarta: UNS press.

Muska Mosston & Sara Ashworth. 1992. Teaching Physical Education. New York: Macmillan College Publishing Company.

M. Furqon H. 1995. Teori Umum Latihan. Alih Bahasa. General Theori of Training. Surakarta : UNS Press.

M. Sajoto. 2005. Peningkatan Kondisi Fisik.Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize

M. Yunus. 1992. Bolavoli Olahraga Pilihan. Jakarta : Depdikbud Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi.


(6)

commit to user

Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algensindo.

Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Rusli Lutan. 1998. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan metode. Jakarta : Depdikbud Dirjendikti.

Rusli Lutan dan adang Suherman. 2000. Perencanaa Pembelajaran Penjaskes.

Jakarta Depdikbud. Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Soedarwo, Sunardi, dan Agus Margono. 2000. Teori dan Praktek Bolavoli. Surakarta : UNS Press.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyanto. 1995. Metodologi Peneliltian. Surakarta : UNS Press. --- 1996. Belajar gerak I. Surakarta : UNS Press.

Sugiyanto, Soedarwo, dan Sunardi. 1994. Kepelatihan Bolavoli. Surakarta : UNS Press.

Suharno HP.1985. Dasar-Dasar Permainan Bolavoli. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta _________. 1993. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Sutrisno Hadi. 1995. Metode Research Jilid IV. Yogyakarta : Andi Offset. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta : Pusat Pengkajian dan

Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga. Widodo J. Pudjirahardjo. 1993. Metode Penelitian dan Statistik Terapan. Surabaya :


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN PASSING MENGGUNAKAN BOLA TIDAK STANDART DAN BOLA STANDART TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS IV

2 193 92

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SERVIS ATAS PADA PERMAINAN BOLAVOLI

4 40 158

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING ATAS PERMAINAN BOLAVOLI

0 4 66

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS PERMAINAN BOLAVOLI

0 2 67

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR LATIHAN DAN RESIPROKAL TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI SMP N 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 3 67

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 2 NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 24 73

Perbedaan Hasil Latihan Servis Atas Topspin antara Jarak Bertahap dan Jarak Tetap Terhadap Hasil Latihan Servis Permainan Bolavoli pada Siswa Putra Eksrtakurikuler SMA N 1 Polokarto.

0 0 1

PERBEDAAN LATIHAN SERVIS FLOATING DAN SERVIS TOP SPIN TERHADAP KETEPATAN SERVIS DALAM PERMAIANAN BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA EKTRAKURIKULER MAN 1 SEMARANG TAHUN 2009.

0 6 82

PENGGUNAAN GAYA MENGAJAR INKLUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLAVOLI MINI PADA SISWA KELAS IV SD N 1 PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SERVIS ATAS PADA PERMAINAN BOLAVOLI.

0 0 19